Pagi Jihyo sangat cerah hari ini. Jika hari hari sebelumnya ia masih memikirkan tentang sepupunya yang terus terusan enggan bersekolah, hari ini ia tak perlu khawatir lagi. Bahkan, Chayeon lebih dulu siap untuk bersekolah dibanding Jihyo.
"Kau merona sekali hari ini, Cha"
Jihyo menepuk pundak Chayeon yang tengah berdiri di depan kaca sembari terus tersenyum lebar."Bukan hanya hari ini, Ji. Sepanjang hidupku, aku akan terus begini jika aku mempunya pria setampan Taehyung" Chayeon, menampakkan wajah percaya dirinya.
Jihyo rasanya sangat ingin berterimakasih kepada Taehyung, karena berkatnya lah Chayeon bisa seceria ini. Bahkan selama Jihyo mengenal Chayeon, ia tak pernah melihat Chayeon segembira ini.
Jihyo menatap Chayeon lekat. Ia mengulas senyuman manisnya. Chayeon yang menyadari bahwa sepupunya itu tengah asik melihatnya pun, ikut berbalik menatap.
"Kau terpesona dengan kecantikan ku, Ji? Maaf, aku sudah punya Kim Taehyung"
Sedetik setelah ucapan Chayeon barusan, kedua gadis itupun tertawa renyah.Tak berselang lama, ekpresi Chayeon berubah drastis. Senyumnya telah pudar, matanya berubah menjadi sendu bahkan berkaca kaca.
Ah ayolah, Jihyo membenci ketika sepupunya memasang raut wajah seperti itu.
"Aish Cha? apalagi yang—
Chayeon tak mau mendengar Jihyo, ia hanya ingin memeluk sepupu sekaligus sahabat terbaiknya itu.
Chayeon benar benar memeluk erat tubuh Jihyo, tangisannya pun tumpah di bahu gadis itu.
"Maaf Ji, maaf. Selama ini, kau selalu berkorban untukku. Tapi aku tak bisa membalasnya Ji. Aku hanya terus terusan membuatmu sakit, membuatmu harus mengalah. Percayalah Ji, aku juga benci diriku, sampai saat ini. Meskipun aku memilikinya, aku tetap tak akan tenang karena aku selalu memikirkanmu Ji. Aku tak mau bahagia diatas penderitaanmu Ji, Maaf sekali lagi. Hiks" Tangisannya makin menjadi.
Jihyo tak dapat membendung air matanya. Seketika, pipinya telah dibanjiri air mata. Ia sakit, mendengar ucapan sepupunya yang mengatakan bahwa ia membenci dirinya karena Jihyo.
"Hei, Cha. Kau ini berkata apa? Siapa yang sakit? siapa yang berkorban? siapa yang mengalah? aku tak merasa melakukan semuanya. Aku hanya melakukan tugasku, membuat sepupuku bahagia. Kau tau Cha? aku lebih bahagia jika kau memilikinya. Aku tau kau menginginkannya dari lama Cha. Aku bahagia bisa membantumu, sangat bahagia. Kau malah akan membuatku bersedih, jika kau terus menangis seperti ini. Ketahuilah, aku juga sakit mendengar kau membenci dirimu. Love yourself first, Cha"
Kedua gadis itupun larut dalam tangis.Jihyo melepaskan pelukan itu. Meletakkan kedua tangannya untuk menopang pipi sepupunya itu. Ia menghilangkan bekas air mata di pipi Chayeon.
"Berhenti menangis. Ingat, aku ikut bahagia jika kau bahagia. Dan, aku tak melakukannya karena terpaksa" Jihyo, mengukir senyuman tulusnya.
"Tapi Ji—
"Kau tak boleh menangis karena ku lagi Cha. Ini harus menjadi yang terakhir!"
Chayeon mengangguk paham, sembari membalas senyuman Jihyo.
Tiin Tiin
"Eoh? rupanya Tuan Kim sekarang menjadi supir mu?" Gurau Jihyo, dibalas tawa renyah oleh Chayeon.
"Ayo Ji, kita berangkat"
"Ah, tidak tidak. Aku akan mencari taksi. Kau, nikmati hari pertamamu dengannya!" Seru Jihyo ceria.
"Paboo ya! Boros sekali kau Park Jihyo. Jika ada tumpangan, buat apa susah susah mencari taksi?"
"Tidak Cha—