Its like a dream.
Ketika Irene dan Kyungsoo menghabiskan 4 hari sisa honeymoon mereka to the fullest, they feel like living in the fairy tales.
Mereka emang gak selalu lovey dovey setiap saat. Boro-boro saling sayang-sayangan 24/7 days seperti bayangan Irene yang ada malah tiap menit kali mereka berdebat. Pokoknya ada aja yang di komentarin sama Kyungsoo.
Mulai dari baju Irene yang katanya kurang bahan lah,
Irene dibilang 'manekin berjalan' lah karena dikit-dikit pose minta foto,
atau yang tiba-tiba bilang Irene dibilang mirip koala karena melukin Kyungoo mulu.
Intinya ada aja yang dikomentarin.
Tapi itu semua gak seberapa sama kelakukan Kyungsoo yang kalo gak sibuk komentar—pendek tapi nyelekit—ya suaminya itu bisa tiba-tiba tega jalan duluan lah, ninggalin Irene kalau kelamaan siap-siap, atau mendiamkan segala celotehan unfaedah ala Bae Irene. Nyebelin kan? Jelas. Sangat malah.
Tapi ya balik lagi Kyungsoo tetaplah Kyungsoo yang meski udah melakukan hal-hal tega kaya gitu gak pernah segan-segan untuk menuruti segala keinginan Irene dalam diamnya.
Meski Kyungsoo selalu bilang baju Irene kurang bahan, dia juga lah yang akan memberikan jaketnya untuk menutupi segala kekurang bahanan itu,
Meski Kyungsoo selalu bilang Irene mirip 'Manekin berjalan', dia juga lah yang akan menerima secara sukarela menjadi photographer dadakan untuk Irene,
Atau meski Kyungsoo bilang malu dan risih karena Irene hobi melukin Kyungsoo di waktu-waktu tak terduga kayak Koala, tapi Kyungsoo juga lah yang akan menyampirkan lagi salah satu lengannya untuk membalas pelukan Irene dalam sebuah gerutuan kecil.
Dan ya, meski Kyungsoo suka mendadak meninggalkan Irene yang lelet atau mengabaikan celotehan unfaedah Irene, Kyungsoo pula lah yang akan langsung membalikkan badannya lagi menghadap Irene hanya untuk menghampiri Istrinya itu agar cepat bergerak.
See? its not perfect, but Irene yakin dia tengah hidup di tengah-tengah fairy tales.
Lalu saat ini ketika momen bulan madu mereka telah usai, kenyataan pun mulai harus mereka hadapi kembali. Dan kenyataan itu diawali dengan kebingungan akan memilih sebuah rumah yang kelak akan mereka berdua tinggali.
Kyungsoo tadinya ingin membahas hal tersebut nanti saja, namun mengingat sudah beberapa bulan mereka selalu bolak-balik dari rumah No.8 dan No.18 secara bergantian dan itu sangat terasa tidak efisien, Kyungsoo pun memberanikan diri mengajak Istrinya berdiskusi perihal rumah.
"Giman Ren?"
Irene sibuk mempertimbangkan segala brosur yang ada di hadapan mereka. Bahkan kondisi Kyungsoo pun gak kalah hebohnya dengan Irene, sedari tadi Suaminya itu sibuk membuka-buka segala link tentang perumahan-perumahan yang mungkin mereka beli. Kalau tangannya gak sibuk clack click sana sini, ya bibirnya yang sibuk menelepon beberapa agen perumahan untuk bernegosiasi.
"Ren." Panggil Kyungsoo lagi karena tidak mendapatkan tanggapan yang significant.
"Duh aku bingung Kyung. Yang ini rumahnya aku suka tapi harganya gak nyanggupin banget. Kalau yang satunya harga oke tapi lokasi di ujung dunia banget. Ini mah mending kita pindah ke luar kota sekalian aja." Gerutu Irene.
"Yang di daerah Jakarta gimana? Ya emang harganya lebih mahal tapi deket sama tempat kerja kita kan?" Tanya Kyungsoo berusaha memberikan pilihan. Rumah Sakit keluarga Kyungsoo memang memiliki beberapa cabang dan salah satunya di Bogor juga Jakarta, jadi wajar kalau Kyungsoo suka berpindah di dua tempat itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
S U A M I
FanfictionThere is no happily ever after. Yet, You could find a little happiness between the before ever after. Irene tahu keputusannya menerima perjodohan dengan Kyungsoo tidak akan berjalan semulus jalan tol cipali. Irene itu lebih tua, bawel, cerewet apala...