"Suami, Pantai atau gunung?"
Kyungsoo yang masih sibuk dengan tablet ditangannya hanya melirik istrinya sekilas. "Terserah."
"Luxury atau backpaker?"
"Terserah." Kyungsoo bukannya gak mau peduli soal bulan madu, tapi riset yang tengah ia jalani untuk rumah sakit jelas lebih tidak bisa Kyungsoo lepaskan dari pengawasannya.
"Suami!" Protes Irene.
Kyungsoo menghela napasnya berusaha sabar. His wife is open minded and mature as hell, but when there is something that she wants and Kyungsoo does not give any attention, sometimes she could be too much to handle. Gak usah jauh-jauh sebelum ini istrinya itu habis membuat Kyungsoo sakit kepala lantaran Irene ingin makan es krim gelato di tengah siang bolong. Sumpah Kyungsoo mau saja mengantar Irene tapi dirinya yang habis terjaga sepanjang malam karena operasi dan kurang tidur jelas sedang tidak mood untuk pergi dikala itu.
Kyungsoo pun mengambil jalan tengah dengan meminta Kyulkyung dan Youngjae untuk mengantar Irene. Sayang, inisiatif nya saat itu tidak disambut baik Irene yang tengah mengalami datang bulan. Irene memang tetap pergi dengan adik-adiknya dengan senyum dan tawa, tapi setelah pulang dan masuk kamar mereka serta jauh dari jangkauan orang-orang, nyatanya Irene tetap merajuk dan membuat Kyungsoo mengalami sakit kepala tak terhindarkan. Sepertinya habis ini Kyungsoo perlu nyetok Panadol banyak-banyak.
Sekarang Irene yang mulai mengeluarkan tanda-tanda merajuk disaat dirinya tengah pusing membaca laporan hasil riset jelas tidak akan berujung menyenangkan lagi.
"Apa Sayang?"
"Aku butuh pendapat kamu."
"Rene kalau kamu memang butuh pendapat aku, can we talk about this later? Karena aku lagi butuh konsentrasi untuk baca hasil riset." Ujar Kyungsoo berusaha untuk tetap sabar dan tenang.
"Tapi bulan madu kita tinggal dua minggu lagi dan kita belum booking apapun." Jawab Irene dengan nada yang sedikit naik.
"Then you decided. I don't mind. Okey?"
Irene membalas tatapan suaminya. Ia tahu ketika Kyungsoo sudah berbicara seperti saat ini, itu artinya ucapan Suaminya itu final dan tidak bisa di ganggu gugat.
Irene menghela napas gusar. "Okey. Aku kasih kamu waktu malam ini buat baca apa pun riset ditangan kamu sampai gumoh. Tapi besok malam ketika aku pulang kerja dan kamu udah balik dari rumah sakit, we're going to talk about this 'stupid' honeymoon without any distraction."
"Deal. And Irene please do not cursing." Kyungsoo tidak yakin apa besok sudah bisa meninggalkan laporan yang ia pegang saat ini. Tapi demi kenyamanan tidurnya malam ini Kyungsoo pun memilih menyetujui permintaan Irene.
Irene menutup layar laptopnya, meletakkan di atas meja kerja di kamar suaminya, kembali ke tempat tidur dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Kyungsoo sedikit bingung karena ia kira Irene sudah tidak kenapa-kenapa, tapi kok Irene sekarang malah selimutan memunggungi dirinya.
"Rene?"
"Aku emang setuju kasih kamu waktu buat kelarin baca riset kamu itu dan nunda omongan tentang honeymoon. Tapi ya Kyung aku tetap masih kesal. Jadi jangan ngomong sama aku dulu jangan peluk-peluk aku dulu. Malam ini kamu peluk aja guling sama tablet kamu."
Kyungsoo menggaruk tengkuknya serba salah. Pengalamannya sebulan menjadi suami Irene mengajarkan untuk menuruti segala permintaan istrinya itu. Termasuk ketika istrinya sedang merajuk seperti ini. Bukannya apa kalau Youngjae bilang ketika perempuan sedang ngambek lalu bilang 'jangan deket-deket, jangan peduliin' kita sebagai pria perlu tetap berusaha meluluhkan hati si perempuan dengan melakukan kebalikannya, maka niscaya perempuan itu pasti luluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
S U A M I
FanficThere is no happily ever after. Yet, You could find a little happiness between the before ever after. Irene tahu keputusannya menerima perjodohan dengan Kyungsoo tidak akan berjalan semulus jalan tol cipali. Irene itu lebih tua, bawel, cerewet apala...