jingga 21

8 0 0
                                    

Seminggu setelah ujian nasional, Angkasa mendadak berubah. Tidak ada sikap peduli, tidak seperti Angkasa yang dahulu Rea kenal. Kini, Angkasa sulit dihubungi. Chat dan telepon juga hanya sekedarnya saja. Rea harus bertemu dengan Angkasa dan menanyakan tentang perubahan sikapnya.

Rea datang ke sekolahnya, berharap Angkasa ada di sana. Setelah ujian nasional, kelas akhir tidak melakukan kegiatan yang formal. Mereka hanya sekedar datang untuk melihat-lihat, tidak lagi di absen seperti biasanya.

"Nti, di kelas ada Angkasa?" Rea mencoba menelepon Nti.

"Nggak ada, Re, tadi sih gue lihat dia ke taman belakang. Coba lo lihat."

Setelah memutuskan telepon, Rea bergegas ke taman belakang. Angkasa tidak pernah seperti ini, apakah ada orang lain? Atau Angkasa sedang bosan?
Rea melihat sosok Angkasa yang sedang duduk di taman belakang. Hatinya sangat sesak, Angkasa memainkan ponselnya. Tapi, kenapa Angkasa tidak membalas chatnya.

"Sa?"

"Hm." Rea tersentak mendapat respon seperti itu. Apa Rea melakukan kesalahan.

"Kamu kenapa? Kenapa nggak balas chat aku? Kamu sudah nggak sayang lagi sama aku? Atau ada cewek lain? Kamu bosen sama aku?" Rea menahan air matanya agar tidak luruh dihadapan Angkasa.

"Jangan nuduh! Aku lagi males chatan."

"Kita bisa teleponan kalau gitu."

"Aku juga males ngomong. Aku lagi mau nenangin pikiran saja." Bahkan Angkasa tidak menatapnya.

"Aku minta maaf kalau ada salah, tapi kamu jangan diemin aku. Kalau aku salah bilang, jangan kayak gini. Kamu seolah-olah menjauh dari aku." Rea menumpahkan air matanya. Rea tidak mengerti mengapa Angkasa seperti ini.

"Re, aku cuma butuh waktu saja. Kamu harus ngertiin aku juga, aku sudah ikutin semua mau kamu."

"Jadi selama ini kamu terpaksa? Kamu cuma kasihan sama aku? Kamu nggak bahagia sama aku? Iya?" Rea menatap pilu kearah Angkasa.

Angkasa menjambak rambutnya. "Bukan gitu, Re. Kamu selalu salah tanggap setiap aku ngutarain sesuatu. Padahal bukan itu yang aku maksud."

"Lalu apa? Jelasin sama aku apa yang aku nggak paham? Kamu selama ini cuma kasihan kan sama kondisi aku? Kamu nggak bener-bener sayang sama aku."

"Re, kalau aku nggak sayang sama kamu. Kita nggak akan sejauh ini. Aku nggak mungkin ada di samping kamu."

"Buktinya kamu menjauh dari aku, kamu berubah. Aku nggak mau minum obat lagi."
Angkasa menarik bahu Rea. "Kamu selalu gitu, setiap kita ada masalah pasti nggak mau minum obat. Jangan jadiin aku tujuan kamu sembuh."

"Kenapa? Kamu yang sudah buat aku semangat jalani hari-hari. Kamu yang buat aku mau berobat lagi. Apa salahnya?"

"Re, kamu nggak tahu apa yang aku rasain."

"Sudahlah, kamu berubah, kamu buat aku sakit."

Rea pergi dari taman itu. Air matanya mengalir sangat deras, tidak habis pikir bahwa Angkasa akan bersikap seperti ini. Angkasa bilang, dia tidak akan membuatnya sakit. Tapi nyatanya Angkasa menyakitinya. Bahkan Angkasa tidak mengejarnya, apakah Angkasa sudah memiliki tambatan hati yang lain.

-RMW-

Hari perencanaan perpisahan, semua siswa diharuskan datang ke sekolah. Sudah empat hari Angkasa tidak berkomunikasi dengan Rea. Angkasa hanya ingin menenangkan diri saja, bukan untuk menjauhi atau meninggalkan Rea. Angkasa mencoba menghubungi Rea, hasilnya nihil. Nomor Rea tidak aktif, mungkin sebentar lagi dia akan datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Dalam Senja (Proses Penerbitan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang