Part 18

820 143 13
                                    

Awas typo

Dengan badan yang lebih besar itu, Dohyun menyeret kakaknya ke suatu tempat. Tempat yang belum pernah di kunjungi oleh Doyum.

Dohyun membuka pintu, dan langsung melepas tangannya pada pergelangan Doyum.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Doyum. Dohyun tak menjawab pertanyaan itu, ia pergi mencari seseorang pegawai di sana.

"Tolong ubah dia!" kata Dohyun pada salah satu pegawai yang ada di sana.
Orang itu mengangguk lalu ia segera menggiring tubuh kurus Doyum duduk di kursi dengan kaca besar di depannya.

"Apa yang bisa saya lakukan untuk kalian?" tanya pegawai itu dengan penuh kesopanan.

"Tolong cat rambutnya" ujar Dohyun dari belakang.

Pegawai itu tersenyum mendengarnya, lalu ia segera memulai pekerjaannya.

***

Hanya kesunyian yang melanda mereka di perjalanan, tak ada yang membuka pembicaraan. Mereka salih acuh tak acuh seperti dua orang yang tak saling kenal.

"Doyum!" terdengar suara seseorang yang memanggil namanya.

Ternyata itu adalah Sungwon, dia berlari ke arah mereka berdua.

"Waaa kau mewarnai rambutmu? Sangat keren" ujar Sungwon melihat penampilan baru Doyum. Lalu kemudian pandangannya teralihkan pada pria yang berdiri di samping Doyum.

"Nam Dohyun?" ujar Sungwon. Mendengar itu Dohyun hanya tersenyum.

"Ternyata benar itu kau!" teriak Sungwon seraya memeluk pria itu.

"Kenapa kau bisa di sini?" tanya Sungwon.

"Aku hanya berkunjung sebentar" ujar Dohyun sambil tersenyum.

"Apa kau ingin membeli es krim?" tanya Sungwon. Dohyun mengangguk lalu mereka pergi meninggalkan Doyum sendirian di sana.

"Dasar anak-anak itu" gumam Doyum kesal karena di tinggal pergi oleh kedua sejoli itu.

Dia melanjutkan perjalanannya, sangat bosan. Apalagi dengan penampilan barunya membuat Doyum malu. Semua orang memperhatikannya dan berbisik-bisik.

Apa dia terlihat aneh dengan rambut yang di warnai. Lalu sekilah ia melihat Jinsung. Dia keluar dari arah rumah sakit.

Doyum melihat wajah Jinsung yang lesu tak seperti biasanya. Apa dia sakit? Pikir Doyum dalam hati. Bergegas ia berlari menghampiri pria itu yang berjalan di tengan kerumunan banyak orang.

Dengan secepat kilat, Doyum sudah berada di belakang Jinsung.

"Apa yang harus aku katakan?" batin Doyum.

Tiba-tiba Jinsung berhenti berjalan, membuat Doyum juga ikut berhenti.

"Jinsung"

Mendengar itu Jinsung berbalik dan langsung menghamburkan tubuhnya pada Doyum.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Doyum sambil mengelus punggung Jinsung dengan lembut.

Tiba-tiba Jinsung menangis, apa yanh sebenarnya terjadi padanya membuat Doyum bingung.

"Orang tuaku....
...

... meninggal"

***

Jinsung tengah asik memainkan ponselnya, ia memainkan permainan tebak-tembakan. Lalu ada pesan singkat yang masuk. Ia menyudahi permainannya dan memeriksa pesan itu.

"Hah ini pesan dari ibu" kata Jinsung kegirangan.

Jinsung ibu akan sudah berangkat dengan ayah dan kakakmu. Kami menaiki pesawat X yang akan mendarat di Korea pagi ini.

Isi pesan singkat itu, Jinsung tersenyum ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya itu.

Hati-hati kalian

Jawab Jinsung singkat. Ia kembali merebahkan tubuhnya pada ranjang sambil memeluk ponselnya di dada.

"Besok saat aku bangun tidur pasti mereka sudah di rumah, aku akan tidur sekarang" ujarnya lalu langsung memejamkan mata.

***
Matahari mulai menyilaukan mata Jinsung, ternyata tadi malam ia lupa menutup jendela.

Ia melihat jam dinding, sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Ia menghembuskan napas karena hari ini hari libur. Ia bisa bangun tidur kapanpun yang dia mau.

Tapi anehnya, tak ada suara siapapun dari luar. Penasaran ia keluar kamar memeriksa apakah keluarganya sudah tiba atau belum.

Satu persatu ia memasuki ruangan yang ada di rumahnya. Tapi tak ada satupun orang. Aneh yang dia rasakan, tapi ia nerusaha berpikir positif.

Ia mengambil dua roti dan segelas susu dan berjalan menuju ruang tamu. Ia duduk di sofa dan menyalakan televisi mencari siaran yang dia gemari.

Kini Jinsung sedang menonton kartun dengan tiga beruang yang menjadi pemain utamanya. Ia tertawa menonton tingkah lucu ketiga beruang itu.

Siaran iklan membuatnya terganggu saat asiknya dia menonton. Dia mengganti siaran mencari acara yang bagus. Tapi di salah satu channel terdapat berita pesawat jatuh. Dan itu adalah pesawat yang di tumpangi keluarganya.

Ia sebenarnya tak percaya, tapi saat ia melihat daftar korban matanya langsung berair mengeluarkan aor mata.

"Korban yang sudah di temukan akan segera di bawa ke tempat tinggal mereka di Korea"

Jinsung langsung bangit dan lari menuju keluar rumah.

***
Jinsung masih menangis di pelukan Doyum. Membuat Doyum ia melihat pria itu.

"Apa aku akan hidup sendirian sekarang?" tanya Jinsung pada Doyum di sela-sela tangisannya.

"Tidak aku tak akan sendirian, aku di sini" ujar Doyum menenangkan Jinsung yang masih menangis.

Jinsung menatap wajah Doyum, lalu Doyum mengelap air mata yang mengalir di pipi Jinsung. Membuat Jinsung menangis lagi dan mendekap tubuh Doyum semakin erat.

"Sudahkah, ayo kita pulang. Aku akan mengantarmu pulang" ujar Doyum.

"Maukah kau menginap di rumahku?" tanya Jinsung. Doyum diam sejenak, lalu ia memegang pundak Jinsung.

"Jika aku lapar, bagaimana?" tanya Doyum.

"Kau bisa minum darahku" ujar Jinsung. Mendengar itu Doyum merasa tak senang.

"Apa maksudmu?" ujar Doyum. Mendengar itu Jinsung kembali menangis.

Doyum terkejut lalu ia mendekat dan mendekap tubuh pria itu.

"Baiklah aku akan menginap di rumahmu" ujar Doyum.

***
TBC

Jangan lupa voment yaa!! Pai pai

Blood Lovers [Jeonjung] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang