Part 20

697 138 16
                                    

Awas typo!

"Kau dengar orang tua Jinsung meninggal, apa kau tahu itu" kata Shin Yaechan pada teman sekelasnya yang bernama Jinyeong.

Jinyeong terkejut mendengar hal tersebut, lalu ia mendekatkan bibirnya pada telinga Yaechan.

"Karena apa?" tanya Jinhyeong, dengan berbisik. Kemudian Yaechan menjelaskan kronologi kematian orang tua Jinsung. Tapi pas dia menjelaskan, tiba-tiba tangan Yechan dicubit oleh Jinyeong.

"Kenapa kau mencubitku?" tanya Yaechan kesal karena penjelasan terganggu.

Jinyeong melotot, ke arah belakang Yaechan. Membuat Yaechan ikut meloleh ke arah sana.

Terlihatlah Jinsung yang datang dari pintu luar. Jinsung tersenyum melihat mereka berdua. Seperti biasanya.

Kedua pria itu juga membalas senyuman dari pria itu lalu kembali duduk di tempat mereka masing-masing.

***

Jinsung menempelkan kertas yang bertuliskan, "Disewakan" didepan pintu rumahnya. Karena kematian kedua orang tuanya membuatnya sangat kesepian.

Maka dia memutuskan untuk, benyewakan kamar-kamar yang kosong di rumahnya. Untuk mendapatkan uang dan juga mendapatkan teman satu rumah.

Saat itu Jinsung mulai merasakan lapar telah melandanya. Lalu ia memutuskan untuk membeli makanan. Jinsung segera mengambil jaket dan keluar, tak lupa ia mengunci pintu rumah itu.

Dia melihat kedai hotdog di pinggir jalan, bau hotdog kentang yang khas memuatnya tergiur. Lalu ia memutuskan untuk membeli tiga buah hotdog di sana.

***

Doyum merasa tidak enak pada Jinsung, tadi saat di sekolah ia tidak mengobrol atau berpapasan dengan pria itu.

Doyum takut, jika nanti Jinsung akan membencinya. Doyum mulai frustasi, apalagi adiknya si Dohyun juga mengusirnya dari rumah karena melihat Doyum yang tidur saja di rumah.

Sekarang Doyum memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman. Siapa tahu nanti dia bertemu dengan Taewoo si penggemar Wifi. Jadi dia tak bosan.

Mata Doyum melebar ketika dia melihat Jinsung yang tengah membeli hotdog di pinggir jalan.

Hanya Doyum yang melihat Jinsung, ia tagang. Lalu ia berlari bersembunyi di semak-semak pinggir jalan.

"Sial, kenapa aku harus bertemu dengannya di sini" gumam Doyum sambil melihat Jinsung yang sudah berbalik. Dia berjalan ke arah Doyum datang lagi.

Doyum merasakan tangannya digigit serangga, ini memang aneh masa seorang vampir di gigit serangga. Doyum repleks menepuknya, membuat semak-semak yang berada di sampingnya bergoyang ria.

Jinsung tak sengaja menoleh ke arah sana, dia melihat semak itu bergerak tanpa di terpa angin.

"Apa ada orang di sana?" tanya Jinsung tiba-tiba. Membuat Doyum melotot mendengarnya.

"Mampus aku" batin Doyum.

Jinsung meneliti semak itu, lalu ia teringat sesuatu.

"Doyum kau kah itu?" tanya Jinsung, sambil memdekat ke arah sana. Goal Doyum terciduk tengah bersembunyi di sana.

Lalu saat itu juga, Doyum menebalkan mukanya, dan keluar dari sana. Dengan wajah dinginnya seperti biasa.

"Ternyata kau" ucap Doyum dingin, dia tak berani menatap mata Jinsung.

"Ya, ini aku. Apa yang kau lakukan di semak itu?" tanya Jinsung.

"Aah aku? Tadi aku buang air kecil" jawab Doyum. Dia tak punya alasan yang mantap saat ini.

Memdengar itu Jinsung hanya mengoh, sambil tersenyum seperti biasanya.

"Kenapa kau tidak mampir saja ke rumahku untuk meminjam toilet?" tanya Jinsung.

"Rumahmu? Bukannya rumahmu jauh dari sini?" tanya Doyum.

"Itu!" ujar Jinsung sambil menunjuk sebuah rumah yang berada sekita sepuluh meter dari mereka.

"Ahh aku lupa bahwa itu rumahmu" kata Doyum. Ia masih tak berani menatap Jinsung.

"Apa kau mau mampir?" tanya Jinsung. Langsung Doyum menatap Jinsung setelah mendengar tawaran dari Jinsung.

Doyum mengangguk bagai terhipnotis. Ia melihat senyuman yang terukir di bibir Jinsung. Melihat itu ia merasa sangat bersalah akan kata-katanya kemarin pada Jinsung.

***

"Kau duduk saja di sini, aku akan ambilkan minum untukmu" kata Jinsung yang meninggalkan Doyum yang duduk di ruang tamu.

"Tidak usah" ujar Doyum membuat langkah Jinsung terhenti.

"Tak apa kau itu tamuku, santai saja" kata Jinsung lalu ia melanjutkan perjalanannya menuju dapur.

Tak sampai lima belas menit, Jinsung sudah membawa dua gelas minuman. Salah satu minuman itu adalah darah.

"Dari mana kau mendapatkan darah?" tanya Doyum, saat Jinsung menyodorkan minuman itu pada Doyum.

"Itu, kemarin saat aku memasak, tanganku terluka terkena pisau lalu banyak darah keluar. Aku tak tega membiarkannya terbuang sia-sia lalu aku memutuskan untuk menyimpannya dalam toples acar" jelas Jinsung. Sambil tersenyum.

Doyum prihatin mendengarnya, lalu ia menatap Jinsung.

"Kenapa kau menatapku seperti itu, minumlah" kata Jinsung.

Setelah itu melihat Doyum syang sudah minum, Jinsung duduk di sofa samping Doyum.

"Apa kau ingin menonton TV?" tanya Jinsung sambil membawa remote.

Doyum menggeleng, melihat respon dari Doyum, Jinsung meletakan kembali remot itu di meja.

"Jinsung aku.." kata Doyum terpotong saat ponsel Jinsung berbunyi, ia mengambil ponselnya. Ternyata ada panggilan yang masuk.

"Doyum tunggu sebentar ya" kata Jinsung lalu ia pergi untuk mengangkat nomor yang dikenal itu.

"Halo apa anda menyewakan salah satu kamar di rumah anda?" tanya seorang pria dalam telepon itu.

"Ya benar, apa anda ingin menyewanya?" tanya Jinsung.

"Benar, saya Kim Mingyu besok saya akan langsung ke sana" ujar pria yang bernama Kim Mingyu itu.

Mendengar itu Jinsung sangat senang, dia sampai jingkrak-jingkrak mendengar bahwa ada orang yang akan satu rumah dengannya.

"Baiklah, saya akan menunggu anda besok" ujar pria itu lalu ia memutuskan panggilan.

Jinsung sangat senang, baru saja dia menempelkan kertas itu di sana. Sudah ada yang akan menyewa kamarnya.

Jinsung kembali ke tempat semula di samping Doyum.

"Doyum apa yang ingin kau katakan?" tanya Jinsung kembali.

"Tidak bukan apa-apa" jawab Doyum singkat.

***

*TBC*


Makasih ya kalian yang udah mau baca, tapi hargai aku ya. Jika kalian suka cerita ini, bisa divote, kalo gak juga gak apa.

Pokoknya terima kasih banyak!!

Saranghaeyo

Blood Lovers [Jeonjung] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang