14. Code

1.6K 227 39
                                    

Jinyoung semakin mengeratkan pegangannya ke baju bagian pundak Eunbin setelah memberanikan diri melihat sosok serba hitam yang sebelumnya menepuk pundaknya.

"B-binn."

Eunbin langsung membalikan badannya setelah merasakan tangan dan suara Jinyoung yang bergetar ketakutan. Cewek itu kaget tetapi dengan cepat mengubah kembali raut wajahnya menjadi datar. Jinyoung bergeser ke sebelah Eunbin. Takut soalnya makhluk itu cuma berjarak kira-kira tujuh puluh sentimeter dari dia.

"L-lo siapa sih?" Yah, walaupun udah mencoba biar dia gak keliatan ketakutan, tapi Eunbin tetap aja manusia. Siapa sih yang gak takut liat makhluk serba hitam di bangunan tua gini?

"Monyet cinta ak-"

"Gak. Enggak mungkin elo. Lo udah mati, gak mungkin." Eunbin mundur perlahan-lahan yang membuat Jinyoung ikut mundur juga.

Otak Jinyoung memang lagi rada error makanya anaknya cuman planga-plongo.

"Hah? Apa, Bin? Siapa sih? Suzzanna?"

"Mungkin lah. Buktina aing di dieu." Manusia serba hitam pun melepaskan topi dan masker yang dikenakannya. "Hehehe, hai?"

Eunbin melongo, badannya melemas. Jinyoung masih bingung. Setelah dua detik, dia baru, "Loh? LEE HAECHAN?!"

"Enya atuh. Saha deui? Jurig?"

"Lo kan udah..." Eunbin diam, berpikir.

"Mati? Gue pura-pura mati tau. Kalian gak sadar? Ya ampun. Setidaknya tadi kalian nyadar. Kalian dateng masa gak nyadar ada motor aing terus pas pergi udah hilang?? Aduh, rek ceurik aing téh."

Eunbin masih diam, mikir, dan ingat-ingat. Jinyoung antara mikir sama melamun natap ke arah kaki Haechan, lebih tepatnya ke kaki Haechan yang napak.

"Panahnya kena leher."
"Layar monitor juga udah lurus.." Eunbin terus-menerus menggumam pelan.

"Setan!"

Eunbin dan Haechan langsung melihat ke arah Jinyoung.

"Ada yang ngebisik di telinga gue! Setan!"

"Itu Eunbin ngegumam, Nyoung.."

"Tuhkan ada suara lagi! Ngomong ke gue! Bin, ayo pergi!"

Eunbin memukul kepala Jinyoung sembari menghela napas panjang, "Itu Haechan asli, Jinyoung. Lo halu atau gimana sih?"

"Haish," Haechan mengibaskan tangannya ke arah Jinyoung dan Eunbin, layaknya ibu-ibu. "Udah yuk, gengs. Kita basmi kejahatan dulu. Talking-nya nanti lagi."

Eunbin jalan berdampingan sama Haechan di depan, Jinyoung tetap memegang pundak Eunbin.

Jinyoung mengarahkan jari telunjuknya ke punggung Haechan di samping Eunbin dan menekan-nekan bagian punggungnya sampai si empunya menoleh. "Ih ai sia meuni mesum, tong grepe-grepe aing ih geli."

"Eh anjay beneran nyata."

Haechan langsung memekik, "Nyata atuh ih meuni jahat."

"Ck, diem. Ini sekarang kemana? Kelas? Gudang? Kemana?" Eunbin langsung memotong sebelum dua cowok itu malah baku hantam.

"Liat aja di maps gue. Emang gak di salin sama kalian?"

"Ada di Jinyoung." Eunbin menunjuk Jinyoung yang sedang mengotak-atik ponselnya.

"Di...ini dimana sih?" Jinyoung menunjukan ponselnya ke arah Haechan dan Eunbin.

"Gudang eh aula bukan sih, Bin?" Seingat otak Haechan, letak gudang dan aula bersebelahan di lantai dua, membuatnya kebingungan itu gedung apa. Terlebih lagi, ukuran keduanya hampir mirip entah mengapa.

[✓] Fake ㅡ 00 line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang