●●●
HAECHAN EUNBIN JINYOUNG
Kringg, bunyi bel café yang menandakan ada seseorang yang masuk ke dalamnya.
Mata Haechan melirik ke sana kemari sampai menemukan sosok Eunbin yang lagi menjambak rambut Jinyoung.
"Annyeonghaseyo, lurr. Sebelum kalian berdua ngomong sama hamba, hamba ingin memastikan something important. Berdiri dong, sambil megang tas masing-masing," kata Haechan sambil ngeluarin satu alat dari tasnya.
"Ck, sok inggris korea lo."
"Mau ngapain sih?" gerutu Jinyoung yang sibuk dengan gamenya tetapi ikut berdiri. Mendengar pertanyaan Jinyoung itu, Haechan mengisyaratkan agar cowok itu diam.
Haechan menggerakkan alat tersebut ke atas, bawah, dan samping badan Jinyoung juga Eunbin. Jinyoung nendang kaki Haechan lumayan keras. "Ngapain, heh?"
Haechan berdecak. "Diem bisa gak sih?"
Jinyoung menggeleng sembari terus menendang kaki Haechan. Kali ini lebih pelan dari sebelumnya tapi tetap aja Haechan keganggu. "Enggak. Cepet kasih tau ih."
Haechan kembali berdecak. "Ngescan badan sama tas kalian. Nah ketemu. Lepas sepatu kanan sama minjem handphone kalian."
Jinyoung melirik Eunbin yang memiringkan kepalanya bingung. Gitu juga tetap dikasih. Haechan membolak-balikan ponsel Jinyoung. Selanjutnya, membuka casing ponselnya, "Nyoung, sumpah lo gak nyadar ada ini?"
Jinyoung nunjuk benda kecil yang lagi dilepas sama Haechan, "Itu...apa?"
"Penyadap suara."
Setelahnya, ngelakuin hal yang sama ke ponsel Eunbin.
Pindah ke sepatu. Haechan scan lagi sepatu Jinyoung baru neliti bagian tali dan nyoplok benda kecil yang sama seperti di ponsel mereka.
"Itu penyadap juga?" bukan Jinyoung, kali ini Eunbin.
"Ini kamera."
Haechan naruh empat benda itu ke lantai dan nginjek semuanya.
Eunbin nunjuk Haechan, "Lo...darimana tau semua ini?"
"Tiga minggu lalu, pas Sanha mati, langsung nyadar gue kalo ini tuh pembunuhan berantai. Akhirnya, gue nyelidikin sendiri. Makanya, sejak itu gue jadi makin sinting biar pelakunya gak tau kalo gue nyelidikin mereka. Yah, tapi ketauan deh gara-gara barusan. Makanya diem coba, Nyoung. Jadi, ngapain kalian ngajak gue kesini? Rék bikin aing jadi nyamuk?"
"Enggak lah. Amit-amit sama si baejingan ini." Eunbin nunjuk Jinyoung yang mukanya udah kecut. "Tapi, lo percaya kita berdua kan?"
"Kalo gak percaya, ngapain aing ngelepas kamera sama penyadap dari kalian?"
"Taudah. Tapi, jangan kasih tau siapa-siapa ya. Jadiii, emmm-" Eunbin ngehela napas.
Jinyoung langsung motong, "-Ck, ngelamain. Eunbin bisa ngeramal masa depan. Kemungkinan besar, besok lo mati."
Haechan tepuk tangan kenceng, "Wahhhh! Ternyata, anu ciga kitu téh bener aya..! Marvelous marvelous!"
Jinyoung ngakak keras, "Chan, lo Jarjit apa gimana?"
"Aing mati kumaha?"
Jinyoung nyenggol Eunbin pelan, "Mati gimana tah?"
Eunbin ngehela napas lumayan panjang, "Dipanah banyak. Masih pake seragam sekolah. Di komplek deket rumah lo yang sepi banget, lo nya lagi jalan sambil loncat-loncat. Tiba-tiba ada panah dari kiri atas dateng terus."