Haechan dan Jinyoung berhenti melangkah. Bahkan Heejin ikut berhenti memberontak.
Bukan, bukan karena suara sirine tersebut melainkan karena teriakan Chaewon.
Chaewon menurunkan jendela dan melongokkan kepalanya dengan muka senang. "Haechan! Jinyoung! Heejin! Eunbin buka mata!"
Heejin kembali memberontak, "Heh, bocil. Turunin gue, gue mau liat Eunbin. Turunin!"
Haechan dan Jinyoung menurut. Keduanya dengan segera menggeletakan badan Heejin di tanah, masih dalam keadaan cewek itu yang tiduran. Dua cowok itu langsung menghampiri mobil, meninggalkan Heejin sendiri.
"Bangsat, gak gini juga nurunin guenya. Ck, babi." Heejin segera berdiri dan berjalan pelan ke arah mobil karena cewek itu sambil membersihkan rambut dan pakaian bagian belakangnya dari debu dan pasir-pasir yang menempel.
Eunbin di mobil menggumamkan sesuatu sambil menatap ke luar jendela, tapi Chaewon, Haechan dan Jinyoung gak denger. "Hah? Apa? Apa?"
Chaewon kemudian mendekatkan telinganya ke mulut Eunbin. Samar-samar tapi jelas, kata-kata Eunbin terdengar. "Awas...ada...Seungmin."
Chaewon menjauhkan telinganya dan menatap Eunbin bingung. "Awas ada Seungmin?"
Jinyoung mengulangi ucapan tersebut. Chaewon kembali mendekatkan telinganya ke mulut Eunbin. "Awas..ada Seungmin. Hhh...di...luar."
Lagi, Chaewon mengulangin ucapan Eunbin. Chaewon seketika mengerti dan menatap ke luar jendela. Benar, ada Seungmin disana, dengan panah milik Jeno yang diarahkan ke Heejin. "Heejin! Awas ada Seungmin!"
Jinyoung dan Haechan ikut menoleh ke arah Heejin dan Seungmin. Heejin yang masih jalan pelan sambil membersihkan dirinya, seketika menoleh menatap Chaewon. "Hah? Seungmin?"
Melihat Chaewon yang menunjuk ke belakangnya, Heejin berniat untuk berbalik tapi satu panah dengan cepat menembus kulit punggungnya, dekat tulang belikat. Oh, tapi itu gak pengaruh sama Heejin.
Heejin menengok dan memegang punggungnya yang mulai mengeluarkan darah. Heejin berbalik seraya mengambil pistol dari saku celananya. Pistol yang sebelumnya dia pakai untuk menembak Lee bersaudara.
Jangan main-main sama Jeon Heejin.
Heejin mengarahkan pistol tersebut tepat ke kepala Seungmin dan dengan cepat peluru yang ia lepaskan menembus kepala cowok itu. Heejin dapat mendengar Chaewon menjerit di belakangnya begitu Seungmin tumbang.
"Heejin!" Jinyoung berteriak. Entah karena dirinya yang dipanah atau karena Heejin menembak kepala Seungmin. Hm, tapi sepertinya karena opsi kedua. Jinyoung dan Haechan berlari bersamaan. Jinyoung berhenti sebentar di sebelahnya kemudian langsung menghampiri Seungmin. Haechan berhenti di sebelahnya. "Gak papa?"
"Gue berdarah dan lo masih nanya gue gak papa? Tapi, gak papa sih. Gue kuat-kuat aja." Heejin kemudian mencabut anak panah yang nancap di punggungnya. Haechan menatap Heejin ngeri.
"Bener? Kalo gitu kan, darahnya ngocor, Jin. Ihhh, serem banget tauuu," kata Haechan sekali lagi. Heejin mengangguk. " Gak usah lebay, darah ngocor doang. Ntar juga berhenti kok."
Haechan masih natap Heejin ngeri, tapi cowok itu membiarkan Heejin. Terserah Heejin saja lah. "Padahal, Jin, gak usah lo tembak balik, urusannya makin panjang. Polisㅡ"
"Nona, tolong taruh senjata anda dan angkat tangan." Heejin tersenyum miris. Gadis itu menurut dan menatap Haechan.
Polisi gak liat dia nyabut panah atau noda darah di baju Heejin karena cewek itu pakai baju warna hitam. Polisi hanya denger suara tembakan dan menyimpulkan Heejin yang menembak Seungmin karena ada pistol di tangannya.