Part 1 - Single Happy

8.6K 196 3
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak guys untuk menghargai author, vote atau comment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa tinggalkan jejak guys untuk menghargai author, vote atau comment.

Revisi 070420

Ketika semua orang asik dengan pasangannya di malam minggu. Ia justru membuka laptop dan menonton puluhan film romantis. Bungkusan snack dan minuman kemasan sudah kosong dan berserakan di samping kanan kirinya.

Lembaran tisu sudah bertebaran dimana-mana menandakan sang pemilik ruangan tengah bersedih dan baper pada alur film yang ditonton. Saat ini kondisi ruang tamu di apartemennya sungguh miris.

Suara bel menginterupsinya, ia bangkit dan membuat tisu di pangkuannya jatuh.

Setelah pintu dibuka, suara lengkingan dari Diva Riana Putri sudah langsung menyergapnya.

"Ya ampun Gadis, malam minggu lo miris banget," sapanya.

"Kenapa?" sambil berlalu tanpa menyuruh masuk Diva.

"Film apa kali ini?"

Diva langsung duduk di sofanya tadi dan menekan tombol spasi untuk melanjutkan video filmnya. Gadis tak menjawab.

"Ah ini, Chris Evan kalo disini ngga cocok. Lebih enak diliat di film hero. Maco. Lo udah mandi?"yanya Diva setelah Gadis duduk di sampingnya dan mengelap sisa ingus dan air mata.

Gadis mengangguk.

"Lo habis dari mana?" Karena Gadis penasaran Vava hari ini pake pakaian bener. Rok batik dan atasan polos. Sepertinya baju sarimbit.

"Biasa diajak Mas Bordes kondangan. Hmm tapi habis itu ngga di ajak jalan, kan jadi pengin gampar."

"Gaya lo mau gampar, kaya biasanya lo ngga ngrengek minta banget maksa buat jalan?"

"Dia ada urusan lagi jadi ngga bisa deh, si El kemana yaa dari sore kaya orang miskin Hpnya off terus". Sambil memeriksa iphone, menscroll chat dan dilanjut stalking instagram orang.

"Kan dia ke Malaysia, tengok kakaknya disana yg lairan." Masih fokus menonton film.

"Lo tahu dari siapa?" Diva mengalihkan pandangan dari layar iphone. Sambil menukikan alis karena penasaran.

"Makanya kuping lo jangan dipake buat dengerin musik dugem aja," ujar Gadis dan menarik telinga sahabatnya itu tanpa ampun.

"Aw! Sakit Gadiissss, daripada gue dangdutan lo pasti malu, AAa mas Bordes kuping aku sakit dijewer Gadis"

Tambahnya lebay dan manja sambil mengusap daun telinga yang merah.

"Serah lo"

Gadis berdiri mengambil sapu dan langsung membersihkan karya ciptanya di ruang tamu. Sambil membersihkan ia mengomel dan memberi ceramah agama pada Diva untuk kebiasaannya dugem yang sama sekali ngga ada manfaatnya.

"Lo itu udah buang duit, ngrusak diri jugaa. Insaf segera Va. Mau gimana nanti anak lo,"

"Iya ustadzah, saya masih belajar untuk hijrah," bela Diva.

Gadis membuang sampah menuju dapur tapi suaranya masih berlanjut memberikan wejangan untuk orang yang justru lebih tua 2 tahun darinya.

"Berubah berarti ngga masuk keluar bar terus, malu-maluin. Anak polisi hobinya dugem."Gadis semakin menampakkan taringnya kalo sudah seperti itu.

"Eh ko jadi lo yang nyeramahin gue, harusnya gue. Nih denger Princess Gadis, lo kan udah dewasa ya sanah cari pacar."

"Ko jadi pacar ujung-ujungnya, ah gue ngga suka nih kalo lo yang mulai mengalihkan pembicaraan."

Malas berurusan dengan Diva, Gadis masuk ke kamarnya untuk tidur. Membiarkan makhluk dugem di luar kamarnya sendirian.

Single mah bebas, yang penting ngga mengganggu hubungan orang apa lagi merebut pasangan orang.

Gadis Evana Rubianto, wanita cantik yang belum punya pacar dan masih fokus untuk bekerja.

***
Sementara di tempat lain, ada lelaki yang tengah galau memikirkan hidupnya. Pasangan yang dia yakini baik dan cocok untuk dijadikan seorang istri, perlahan sedikit terkuat berbagai sikap dan sifatnya.

Wanitanya cenderung tidak mau mengalah, sering memaksakan keinginan. Susah untuk diatur dan terlihat kadang kurang menghargai dirinya sebagai lelaki.

Ketika dia sedang menasehati pacarnya, justru wanita itu malah aktif berselancar di dunia maya, stalking bahkan chating dengan teman lainnya untuk berkumpul.

Kehidupan pacarnya sedikit aneh, anak seorang polisi namun tidak seperti yang dia bayangkan. Wanitanya lebih suka berbicara keras dan kadang berteriak. Ia saja harus berkali-kali mengingatkan agar selalu memelankan suaranya yang melengking. Sedikit menganggu apalagi berada di tempat umum.

Hubungan mereka belum lama, masih bisa dihitung dengan jari bulan-bulan yang mereka lalui. Entah karena sudah terperangkap dengan wanita itu atau karena dia yang memang tidak mau untuk mencari wanita lain yang lebih baik.

Bordes Alexander, duduk termenung di sebuah restoran bersama Maron, salah satu sahabatnya yang bekerja sebagai dokter.

"Wah cewe lo nih Lex"

Maron menyodorkan foto yang memperlihatkan beberapa wanita yang tengah selfi di suatu club malam. Jelas pacar Maron- Elda yang mendapatkan foto itu.

Bordes hanya menggeleng pelan, tidak marah ataupun kaget dengan apa yang dia lihat. Memasang wajah datar dan cool seperti itu bukanlah hal penting.

"Yang kaya gini mau lo jadiin bini? Ngga cocok!"

Tidak ada angin dan hujan tiba-tiba saja Maron mengomentari sesuatu. Tapi darimana dia kepikiran kalau Bordes mau mengajak wanita itu ke pelaminan. Bordes sendiri hanya diam di tempatnya sambil menyesap minuman pelan-pelan.

"Lo udah kenal sahabat Elda selain Vava?" Bordes menggeleng tidak tahu.

"Mm, pernah satu kali ketemu kayaknya. Tapi udah lupa"

Maron tergelak, ia tertawa renyah mendengar jawaban sahabatnya.

"Yakin lupa?"

Bordes terlihat menimbang-nimbang, ia berpikir sejenak untuk mengingat.

"Yang dadanya gede?"

Tawa Maron langsung membahana mendengar jawaban Bordes. Rata-rata pria yang melihatnya pasti langsung berkomentar seperti itu. Jadi jika Bordes mengingat bagian itu, dia pria yang normal.

Masih menyisakan tawa yang terdengar sangat bahagia, Maron menyugar rambutnya ke belakang.

"Lo jangan anggep omongan gue ini penting ya, just for fun. Gue pernah mimpi tentang kalian berdua"

Kernyitan langsung terlihat di dahi Bordes, kedua alisnya menukik tajam. Mempertahankan wajah arogan dan tegasnya di depan Maron.

"Mimpi apa?"

"Kalian berdua. Di dapur gue. Lagi bercinta haha"

"Shit"

Bordes melempar barang kecil yang ada di genggaman tangannya. Kesal mendengar hal tidak penting ini di buat lelucon. Harusnya yang bercinta dengan Bordes itu Vava-pacarnya, kenapa jadi perempuan lain?

MY MAN - Bordes Alexander[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang