Part 5 - Rumpi No Secret

2.5K 151 1
                                    

Gadis sampai di resort dengan diantar Bordes. Selama perjalanan mereka mengunci mulut, tak ada obrolan apapun. Gadis fokus membalas chat, sedangkan Bordes serius mengemudi. Terakhir, hanya kata terimakasih saja yang terucap ketika Gadis sampai di lobi resort. Resort dimana 25% sahamnya adalah milik lelaki galak ini.

Rekan-rekannya yang tahu jika Gadis tadi sore diantar seseorang dengan motor langsung menggodanya. Mereka penasaran siapakah pengeran bermotor yang menolongnya, mengantar bahkan mengajaknya pergi. Namun, kekepoan mereka hanya dijawab dengan satu kalimat oleh Gadis, dia pacarnya temenku. Case close.

Survei tempat untuk acara perusahaan telah selesai, dan mereka pun kembali ke Jakarta. Tanpa ada kejadian atau drama tambahan yang menghibur.

Gadis sudah sampai di hunian kebanggaannya, tempat yang disewa dengan susah payah dan penuh pengorbanan. Sebuah notifikasi muncul di layar iphone. Berasal dari nomor yang tak dikenal, dan isinya cukup membuatnya terkejut. Ia tak berusaha membalas dan langsung menghubungi Elda serta Vava agar datang ke apartemennya.

Baju kamu ketinggalan di mobil aku.

Waktu menunjukkan pukul 17.12, ia sudah mandi dan mengenakan baju andalannya yaitu daster batik tanpa lengan. Berjalan menuju dapur, Gadis mempersiapkan oleh-oleh dan makanan cemilan lain. Es jeruk peras siap, dodol Garut siap, spaghetti siap, kripik-kripik asin hingga pedas juga sudah siap di meja tengah.

"Nah selesai," serunya kemudian mencuci tangan dan langsung menggerai rambutnya yang panjang. Tak lama bel berbunyi, di balik pintu pasti berdiri perempuan-perempuan yang selalu menemaninya.

"Princess Dasteeeeerr, aku kangen tahu." Sapa Elda ketika pintu baru saja dibuka, ia langsung memeluk Gadis dengan erat.

"Aku juga, mana oleh-olehnya dari luar negeri?" Tagih Gadis.

"Nih." Elda menunjuk paper bag di tangan kanannya dengan sedikit diangkat tinggi.

"Vava belum dateng?"

"Belum"

"Hmm ngomong doang."

Elda memuji kebiasaan Vava yang cepat tanggap kalau di grup WA, tapi lelet jika dalam prakteknya.

"Makin cantik aja," puji Elda.

"Wong jowo jelas ayu nganggo opo wae"

"Dasternya yang cantik ahahahha,
mungkin kalo ada kantor yang membebaskan karyawannya pake daster lo pasti kerja di situ."

"Ngga, daster dan gaya sexy gue ini cuma buat tontonan suami aja. Belum ada yang pernah liat gue kaya gini kecuali nanti suami gue."

"Iih emang demen suami lo pulang-pulang cape tontonannya gini doang, daster bolong lagi yang ada tuh lingerie Dis"

"Itu elo"

"Kalo Maron ngga akan gue kasih tontonan daster atau lingerie. "

"Apa dong?"

"Ya badan gue lah, ngapain pake ditutupi depan suami"

"Otak lo, makin mendekati pernikahan makin kotor."

Gadis menoyor kepala Elda pelan. Tak habis pikir, padahal sebelum kenal Maron temennya ini otaknya masih suci dan omongannya tidak sevulgar ini.

"Hahahah"

Tiga puluh menit setelah Elda datang barulah Vava muncul dengan wajah cemberutnya. Pasti sesuatu terjadi.

"AA!!, gue galau" teriaknya ketika dibukakan pintu.

"Kenapa?"tanya Gadis yang tak mengerti.

Mereka kini sudah lengkap, berkumpul di depan televisi. Meja penuh dengan makanan dan minuman. Gadis-gadis ini duduk lesehan di atas karpet dan mengenakan pakaian seadanya. Ups salah, hanya Gadis yang masih gadis.

MY MAN - Bordes Alexander[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang