Aku memasuki unit apartemen wanita yang beberapa bulan ini berhasil mencuri perhatianku. Kenapa aku bisa masuk dan tahu sandinya, karena aku sengaja melihat pemilik unit ini menekan deretan 4 kode rahasia itu. Catat aku sengaja!Agar segala kegelisahan yang kadang muncul tentang dirinya bisa segera teratasi. Malam menjelang dini hari selama satu minggu ini, aku selalu menjenguknya. Mengabsen wajahnya di otakku. Menatap raut imut dan cantiknya ketika tidur.
Tenang Gadis, aku tak pernah sekalipun menyentuh tubuhmu ketika sedang tidak sadarkan diri. Tahi lalat yang ada di punggung sebelah kanan selalu aku lihat, karena tak jarang posisi tidurnya yang miring dan hanya mengenakan daster tali spaghetti. Punggung dan dadanya terekspos jelas dan aku hanya bisa melihatnya saja tak berani menyentuh.
Wanita yang satu ini sangat sempurna untukku. Aku ingin anakku dilahirkan olehnya, hanya olehnya. Cantik, pintar menjaga diri, dan apa adanya. Bukan tipe wanita suka shopping, mengumbar harta atau sosialita yang kemana-mana harus mengenakan pakaian dengan merk ternama.
Dia sudah cantik dari lahir, maka diperlakukan seperti apapun dia akan selalu tampil cantik. Bahkan ketika cemberut pun yang biasanya semua orang wajahnya akan nampak buruk, ia justru terlihat lucu.
Kali ini setelah mendapati dia dan Vava bertengkar, yang akar awalnya dari aku sendiri, aku merasa perlu melakukan sesuatu. Ku tatap wajahnya yang lelah berkeringat lagi. Duduk bersila di atas karpet dan memandanginya terlelap adalah hal yang bisa membuatku tenang. Nanti aku ingin melihatnya tidur seperti ini di kamarku, di rumahku.
Jas dan dasi sudah aku lepas. Tinggal kemeja hitam yang lengannya sudah terlipat hingga siku. Menyesap kopi instan yang tersedia, sebenarnya aku tak terbiasa dengan kopi seperti ini. Aapa boleh buat, hanya ini yang aku temukan untuk terjaga sambil menunggunya bangun.
Dari arah dapur aku melihatnya berkali-kali merubah posisi tidur. Sudah jam 00.12 menit, lumayan lama dia tidur. Mungkin akan terbangun besok pagi.
"Aku pindahin ke kamar ya," ajak ku pelan sambil mencoba mengangkatnya dari sofa.
Dia tak banyak bereaksi, sambil bergumam entah apa. Matanya sudah sedikit demi sedikit terbuka. Lalu berkedip beberapa kali dan mengucek dibantu punggung tangan. Aku masih dalam perjalanan menggendongnya menuju kamar.
"Pasti mimpi," gumamnya. Kemudian matanya terpejam lagi, meneruskan tidur lagi setelah ku rebahkan di atas ranjang. Roknya kali ini benar-benar pendek, setengah paha. Kemejanya transparan, terlihat tanktop putih di dalamnya. Aku mencoba duduk di tepi ranjang, sambil menatap seiisi kamar milik sang Princess.
Berdasarkan hasil pengamatanku, mengenai warna tembok, furnitur dan pernak-pernik di kamar milik Gadis. Aku dapat menyimpulkan, dia suka kebersihan, simpel, dan teratur.
Tak ada barang yang tak tersimpan dengan benar. Dan semua barang memiliki fungsi. Tidak seperti kebanyakan wanita yang menempatkan banyak barang tak berguna di dalam kamar.Tak ada foto atau pun lukisan. Justru lebih pada tanaman hidup di jendela kamarnya
***
"Ya kenapa?" Jawab Bordes setelah mendapat telfon dari Maron.
"Lo dimana?"
"Gue di apartemen dia, kenapa?"
"Bisa ikut dateng ngga lo ke cafe? Ada Vava disini."
"Ngga!"
"Yakin lo?"
"Ngga ada alasan buat gue kesana."
Tut, segera sambungan mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MAN - Bordes Alexander[End]
RomanceAda seorang wanita cantik yang akan menginjak usia 25 tahun. Bekerja, berkumpul bersama teman dan liburan itu adalah agenda berputarnya. Ia menjadi satu-satunya di antara 2 teman lain yang belum mempunyai pasangan. Tapi hidupnya sudah indah, ia perc...