Part 6 - Break

2.3K 163 3
                                    

Jatuh cinta adalah perasaan yang belum pernah dialami oleh Gadis. Usianya sudah menginjak 25 tahun, namun selama ini hatinya tak sekalipun terbuka untuk seseorang.

Bukannya ia tak mau, tapi karena ia merasa belum waktunya. Ia memiliki pemikiran, jika masa mudanya untuk belajar dan bermain. Dan saat ini, bekerja dan mencari pendamping hidup.

Wanita cantik ini sudah memutuskan, setelah tiupan lilin berangka 25 mati maka ia sudah akan membuka hatinya untuk sosok laki-laki. Mencoba membalas berbagai pesan perhatian dari rekan-rekannya yang selama ini terus berdatangan. Jangan anggap dia tidak laku, dia hanya belum ingin.

Tak pernah terbayang pria seperti apa yang akan jadi suaminya. Ia melihat ayahnya sendiri, tegas dan disiplin. Lalu Kakak laki-lakinya, cenderung konyol dan bebas.

Ia dekat dengan calon suami Elda, Maron. Gadis melihatnya sebagai sosok yang dewasa, datar dan mengayomi. Maron seorang dokter namun bisa menerima Elda yang cerewet dan kurang disiplin.

Lalu Bordes, ia baru mengenal beberapa bulan saja. Tak banyak yang ia tahu, tapi kala pertemuan kemarin di Bandung. Gadis sedikit paham akan kepribadiannya, datar dan galak tapi peduli. Mungkin itu yang selama ini dirasakan Vava jika pacarnya cenderung kaku tapi sangat loyal padanya.

Saat ini Gadis sedang berusaha menghindari tatapan Bordes di depan pintu apartemen. Vava datang menyelamatkan kecanggungan mereka. Tak mau mengganggu perbincangan pasangan ini, ia bergegas ke kamar mengambil kaos untuk menutup badannya.

Sayup-sayup terdengar teriakan Vava yang marah, sementara Bordes masih bersabar menghadapi kekesalan pacarnya. Elda kini berada di sampingnya, duduk di kursi dapur. Sementara pasangan yang tengah cekcok berada di dekat pintu yang sudah tertutup.

"Dengerin dulu Va, berusahalah lebih dewasa." Bordes mencoba menenangkan Vava.

"Hmmm kalo Vava kaya gini terus ke semua pasangannya, dia ngga akan nemu pasangan hidup". Itu Elda yang bersuara.

"Ko gitu." Gadis memutuskan pandangannya dari sepasang kekasih.

"Setiap hubungan pasti masing-masing punya ego. Dan ketika keduanya sama-sama pengin menang, maka untuk selamanya mereka ngga akan bisa bareng. Harusnya ada satu yang ngalah, dan lo tahu Bordes berusaha ngalah tapi Vava masih aja semaunya sendiri."

Wanita yang dianggap Elda sebagai adik kandungnya sendiri ini hanya mengangguk. Berusaha memahami dan akan menerapkannya nanti ketika ia punya pasangan. Bener-bener polos Gadis ini.

Suara Vava yang mendominasi masih terdengar, dan makin keras. Mereka masih menunggu akan kelanjutannya. Hingga kalimat yang terlontar dari Vava mengagetkan keduanya, mereka segera mendekat tapi masih memberi jarak.

"Pokoknya aku mau kita break aja, aku pengin Mas introspeksi diri juga. Kalo aku masih pengin bebas dan ngga di batasi."

Elda melongo mendengar ucapan Vava.

"Ya udah kalo itu mau kamu."

Kali ini giliran Gadis yang terperangah, karena Bordes menyetujui keinginan Vava. Lelaki itu menatapnya dan Elda bergantian lalu menunduk untuk pamit pulang. Menutup pintu apartemen dengan cukup keras.

Sesaat ketiganya diam.

1 detik
5 detik.

"Ye! akhirnya aku berani ngomong gitu sama Mas Bordes"

Kali ini secara bersama Gadis dan Elda yang terperangah. Sahabatnya ini sudah gila atau apa.Mendapati Vava yang jingrak-jingrak seperti mendapat doorprize jalan sehat, tak nampak seperti habis putus-Elda hanya mengeleng pelan. Ia cukup kecewa dengan hasil ini

***

Seminggu semenjak kejadian itu, bukannya terlihat Vava yang gegana- gelisah galau merana. Ia justru bagai burung lepas dalam sangkar. Elda sampai tepok jidat memiliki teman sepertinya.

"Biar tahu rasa Mas Bordes, emang dia aja yang bisa ngatur, aku juga bisa dong." Vava spontan berkata seperti itu.

"Lo ko jadi gini, ngga ada hormat-hormatnya sama Mas Bordes." Gadis mulai menasehati.

"Ya elah Dis, kadang laki-laki itu harus diginiin. Kalo terusan kita patuh yang ada dia ngelunjak tahu"

"Ngga semua laki kaya gitu ya Va, buktinya Maron ngga." Bela Elda

"Ya lu enak dapet yang memang adem ngga banyak ngmong. Nah gue, Mas Bordes itu banyak ngatur, suruh ini suruh itu."

"Itu artinya dia perhatian sama Lo, mau ngerubah lo jadi lebih baik."

"Perhatian sama over itu beda ya, kalau dia cenderung over ke gue. Emang dasar laki maunya pas di ranjang aja. Kalo urusan kaya gini mereka mundur, ini masalah baper dan kode. Masa dia ngga paham,"

"Gue semakin ngga suka arah omongan lo Va, sorry. Kalo gue liat, yang salah di sini itu lo, Bordes udah merendahkan dirinya buat minta maaf dan ngikutin mau lo, tapi lo masih seenaknya sendiri."

"Stop ngga usah bela dia," Vava kesal dan emosi.

"Tapi kalu gue bela lo, itu artinya gue yang bego. Udah jelas yang masih egois siapa tapi malah membalikkan fakta."

Elda nampak emosi dalam berkata-kata. Dia tidak suka mendengar omongan Vava yang seakan-akan dirinya selalu benar.

"Lo ngga sadar selama ini apa aja salah lo sama Bordes? Perlu gue sebutin? Jalan sama cowo lain, nginep tempat cowo lain, dan selingkuh,"lanjut Elda

"Gue ngga suka lo semakin sok tahu urusan gue. Harusnya lo tahu gue dong" Vava berdiri dari kursinya, merasa terpojok dan disalahkan terus menerus.

"Udah, malu di tempat umum. Ini masalah lo Va, tapi kita peduli dan pengin bantu. Tapi kalo lo ngga suka kita semakin sok tahu, kita akan diam. Fine."

Gadis menengahi dan memberi mereka minum agar tenang. Jangan sampai gara-gara ini persahabatan mereka retak.

***

Sementara di bagian dunia yang lain, Bordes tengah meluapkan kekesalannya pada sebuah samsak. Meninjunya berkali-kali. Bukan karena break yang Vava sebutkan, itu tidaklah penting. Ia justru sedang mengenyahkan rasa panas dingin tiap kali melihat teman Vava.

Tidak bisa dipungkiri, wanita itu memang memiliki daya tarik yang luar biasa. Baru pertama kali bersama saja, Bordes mulai merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Perasaan asing yang menjalar tanpa ijin.

Wajah polos, innocent dan lemah itu membangkitkan jiwa dominannya tiba-tiba.

Jangan lupa vote, comment atau follow akun ini ya guys sebagai bentuk penghargaan. Sekaligus penyemangat author

Revisi 080420

MY MAN - Bordes Alexander[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang