Sementara di malam yang sama, calon pengantin pria beserta rekan dan saudara laki-lakinya tengah berkumpul di suatu club. Pria-pria gagah dan pekerja keras dengan kantong tebal ini berhasil membuat setiap wanita di sekelilingnya selalu menatap ke meja mereka.
Sang pemilik acara sekaligus bos besar hari itu duduk di tengah meja, mengenakan kemeja dan celana bahan warna hitam. Tujuan mereka berkumpul adalah untuk saling menenangkan pikiran dan mengumpulkan tenaga.
Maron tak berniat untuk mabuk malam ini. Ia memesan cairan dengan dosis alkohol rendah atau tak memabukkan. Sama halnya dengan pria di sebelah kanannya yang terlihat masih enggan untuk mencicipi minuman khas pria bermasalah.
"Bro, gue lupa calon istri lo kaya apa. Coba liat jangan sampai kita-kita saling serobot di tengah jalan."
Ucap salah satu rekan Maron yang sama-sama dokter. Mereka tak perlu berteriak karena ruangan mereka sedikit tertutup dinding kaca.
Menyanggupi permintaan salah seorang sahabatnya, ia menarik iphone di saku kiri celana dan membuka galeri. Menampilkan beberapa foto Elda yang selfie menggunakan hp miliknya.
"Nih," sambil menyodorkan iphone yang sudah terpampang wajah wanita manis berambut panjang.
"Inget-inget nih muka, jangan sampe kaya Marquez suka nikung." Tambah pria tadi dan sukses membuat rekan lainnya terkekeh.
"Ini siapa? Perfect banget Dok. Cocok buat jadi ibu anak gue." Tambah rekan dokternya karena tadi menggeser foto ke kanan.
"Itu sahabatnya calon istri,"
"Kenalin dong nanti waktu nikahan ya?"
"Lo, lo dan lo ngga cocok sama dia," dengan tegas Maron langsung menolak mereka untuk mendekati wanita baik ini.
"Buseeet, Sejak kapan lo jadi dukun, pake nunjuk ngga cocok lagi. Kita kan ngga tahu jodoh kita siapa. Siapa tahu Tuhan baik sama gue terus ngasih istri yang cantik, baik, sexy, ngga suka belanja,"
"Jangan ketinggian kalo ngarep," potong Maron dengan tegas usai mendengar keinginan adik kelasnya dulu.
"Guru gue dulu ngajarinnya raih lah cita-citamu setinggi langit. Nah cita-cita gue harus tinggi dong."
Bordes masih menyaksikan perdebatan rekan-rekan Maron ini dengan senyum tipis. Tak lama setelah Maron kembali menerima hpnya. Ia menunjukkan suatu gambar pada Bordes.
"Lo masih sama yang ini?"
"Yang mana?"jawabnya asal, karena difoto tersebut ada tiga wanita cantik yang selalu ramai kalau sedang kumpul.
"Vava lah, eh tunggu maksud lo dengan yang mana?" Maron jadi penasaran.
Bordes meminum isi gelasnya dan hanya tertawa garing.
"Gue tanya serius,"desak Maron.
"Gue udah dapet ban utama," bisiknya pada Maron.Dan itu sukses membuat dokter bedah ini menatapnya garang.
"Setelah lo buang ban serep, lo langsung dapet ban utama? Gila, bener-bener gila sahabat gue ini."
"Dia bisa buat gue lupa segalanya,"
"Vava udah tahu lo begini?" Bordes pun menggeleng.
"Gue yakin si Princess ngga mau nyakitin perasaan sahabatnya."
"Kita udah putus resmi,"
"Kedua pihak? Atau cuma dari pihak lo?"
"Pelan-pelan juga dia pasti ngelupain gue."
"Rasanya akan beda banget ketika mantan pacar jadian atau nikah sama sahabatnya sendiri. Itu hati wanita man, bukan berlian yang ngga hancur-hancur."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY MAN - Bordes Alexander[End]
RomanceAda seorang wanita cantik yang akan menginjak usia 25 tahun. Bekerja, berkumpul bersama teman dan liburan itu adalah agenda berputarnya. Ia menjadi satu-satunya di antara 2 teman lain yang belum mempunyai pasangan. Tapi hidupnya sudah indah, ia perc...