Part 4 - Alexander's home

2.6K 168 2
                                    

Setelah hujan sedikit reda, Bordes mengajak Gadis ke rumah orang tuanya untuk ganti baju. Selama perjalanan itu mereka masing-masing terdiam. Lelah dalam kondisi baju basah dan angin yang terus berhembus semakin membuat mereka kedinginan. Minuman bajigur tadi lumayan menghangatkan, namun hanya sebentar karena baju mereka yang bekum kering.

Rumah keluarga Bordes berada di perumahan elit dimana setiap daerahnya dibatasi tembok tinggi. Usai menunggu satpam membuka gerbang, merekapun masuk.

"Ini rumah ayahku."

Bordes memberitahu walaupun Gadis tidak menanyakannya. Ia pun hanya mengangguk dan mengikuti Bordes menuju teras rumah yang sangat luas. Rumah yang benar-benar besar, menunjukkan seberapa kayanya keluarga pacar Vava ini. Apa Vava pernah kesini?

Tak lama bel dibunyikan keluar seorang ibu-ibu yang tersenyum dan menyuruh mereka masuk, sepertinya itu ART.

"Yang lain sudah pulang?" Pria tampan ini menanyakan anggota keluarganya yang lain.

"Belum Den, semuanya masih di luar."

Bibi itu memperhatikan Gadis dari ujung kaki hingga kepala lalu tersenyum. Cantiknya pacar Den Alex.

"Tolong ambilin bajunya Barin ya bi, pinjamkan ke dia."

Bordes melenggang pergi menuju lantai dua, sebelumnya ia sempat melirik keadaan Gadis di sebelah kirinya. Ia mengisyaratkan dengan mata untuk mengikuti bibi. Kemeja putih Bordes transparan, mempertontonkan otot dada dan bisep di lengannya yang membuatnya makin gagah.

"Mari Non."
Gadis mengikutinya menuju suatu kamar, tak berlama-lama ia segera mandi dan memakai baju ganti yang sudah disiapkan. Memakai pakaian seadanya, without underware.

Setengah jam kemudian, Gadis sudah rapi dengan kaos dan celana panjang. Rambutnya masih sedikit basah. Ia menenteng paper bag yang berisi baju kantornya dan keluar kamar. Sedikit tidak sopan karena matanya melirik benda-benda di dekatnya.

Berjalan menuju ruang tengan, akhirnya ia melihat kekasih sahabatnya itu tengah duduk di meja makan dan fokus menatap iphone. Kali ini tampilan Bordes yang biasanya kaku dan formal,  terlihat lebih santai. Badan besar itu terbalut kaos pendek putih dan celana jeans.

Gadis masih memperhatikan pria itu dari kejauhan, menatap wajah keturunan Spanyol dari ayahnya. Sedikit tahu karena tadi ia sempat menatap frame besar yang menampakkan foto keluarga. Ada seorang pria yang ia yakini ayah Bordes, ibunya dan adik perempuan yang cantik.

Di bawah frame tersebut juga ada plakat serta piala-piala kejuaraan dan penghargaan. Gadis menangkap nama Bordes Alexander Martinez di salah satu plakat. Oh jadi ini namanya, batin Gadis. Sangat tidak cocok sekali ketika Vava dan Ia memanggilnya mas. Jelas-jelas wajahnya bule.

Asik menyusuri pajangan yang ada di dekat ruang makan, tanpa sadar tiba-tiba Bordes sudah ada di sebelahnya.

"Kita makan dulu, baru ku antar ke tempat kamu menginap." Hanya itu yang dia ucapkan, kemudian menunduk menatap lagi iphonenya lalu menelepon.

Gadis duduk di meja makan yang sudah siap dengan semua hidangan enak. Ia mendengar Bordes yang sedang menelepon seseorang. Berdiri di pinggir jendela kaca yang menghadap kolam renang langsung membuatnya bersinar, terlihat makin tampan.

Jelas Gadis langsung mengenyahkan pemikiran aneh tentang Bordes. Pria itu nampak frustasi dan lelah, terbukti dengan menyandarkan punggungnya ke tembok. Alis matanya berkerut dan hampir menyatu, satu tangannya ia gunakan untuk memijat pelipis.

"Dimakan non, aden sudah mulai makan tuh." Benar, di piring Bordes masih ada nasi, udang, ayam goreng serta sambal.

"Haturnuwun bi."

Gadis mulai mengisi piringnya dengan nasi dan beberapa lauk. Ia hanya mengambil ayam paha, sayur capcay dan memulai makan. Ini sudah 2 jam lewat, makan siang yang sangat telat. Sedang enaknya menikmati makan siang, tiba-tiba suara bentakan mengagetkannya. Karena kaget ia sempat menjatuhkan sendok beruntung tidak jatuh ke lantai. Tapi lumayan membuat suara dentingan keras.

"Kamu yang harusnya dengarkan aku Va!"

Gadis hampir tersedak usai mendengar teriakan  lantang Bordes. Laki-laki itu sedang marah, suaranya berlanjut makin keras.

"Jangan cuma maunya didengarkan kamu. Aku laki-laki dan nanti jika kita menikah yang harusnya nurut itu kamu, bukan aku!"

Kalian harus tahu suara yang didengar Gadis membuatnya merinding, gugup dan menahan nafas. Ia takut walaupun bentakan itu bukan untuk dirinya. Sepertinya ada masalah antara mereka berdua. Berusaha menangkan jantungnya yang masih berdegub kencang, Gadis meminum air. Terdengar langkah kaki Bordes yang mendekat kemudian terlihat duduk di hadapannya.

"Udah selesai? Aku antar ke hotel." Belum juga Gadis menjawab, Bordes sudah menyimpulkan sendiri karena melihat isi piring wanita itu yang sudah bersih.

"Makasih Mas,tapi biar aku pulang naik taksi aja."

Gadis merasa tidak enak akan suasana hati Bordes, sehingga ia berinisiatif untuk pulang dengan taksi, walaupun tidak mengenal Bandung. Ia melihat alis Bordes naik menukik tajam.

"Cepetan keluar!"

Suaranya meninggi, mengandung kekesalan dan kemarahan. Gadis sempat kaget, terbukti dengan ekspresinya yang melongo menatap Bordes. Ko jadi aku ikut kena semprot, apa gara-gara aku teman kekasihnya?

"Sorry, aku antar saja." Akhirnya Gadis mengangguk setuju.

Di gerbang besar rumah yang terbuka, nampak mobil BMW putih memasuki garasi bersamaan dengan mobil Bordes yang keluar. Mereka saling tahu, dengan Bordes yang menyalakan klaksonnya.

Bibi keluar membukakan pintu dan menyapa majikannya yaitu Nyonya Martinez dan Nona Barin.

"Tadi Kakak sama siapa bi? "Langsung cecar Barin.

"Sama perempuan, kaya Non tahu cantik banget," jawab bibi dengan jujur.

"Serius cantik banget?" Barin mulai penasaran.

"Iya,tapi kayaknya bukan pacar Aden soalnya kaku begitu."

"Yaah,"

Barin dan Ibunya saling tatap, lalu kemudian tersenyum.

Apa arti senyuman itu?

Mereka sama-sama terdiam dalam perjalanan menuju resort. Tidak ada yang berniat membuka suara, tidak pula ada yang berniat membuat suasana menjadi lebih hangat. Jika Gadis takut karena bingung mengatakan apa. Bordes lagi-lagi panas dingin, tanpa memperhatikan dengan detail dan seksama. Ia bisa tahu jika di balik kaos polos dan celana panjang itu, Gadis tak mengenakan apapun. Terlihat amat jelas saat wanita itu tadi berjalan di hadapannya ketika memasuki mobil.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys, setidaknya vote, coment atau follow. Itu bakalan nambah semangat buat author. Thank youu

Revisi 070420

MY MAN - Bordes Alexander[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang