update

193 20 2
                                    

"Harga diri dibentuk dari pikiran masa anak-anak, ucapan yang sering kita terima; perlakuan baik maupun buruk yang kita alami."

I M   N O T   P E R F E C T'

Happy reading!!^^

Semilir angin di sore hari, ditambah dengan pepohonan yang rindang, membuat siapa saja betah berlama lama dalam situasi tersebut. Sama seperti Roora, gadis cilik itu kini sedang berbaring di atas rerumputan hijau nan bersih.

Memandangi langit langit yang mulai gelap dengan tenang, tanpa beban sedikit pun. Roora sudah lelah untuk mengeluarkan air matanya terus. Roora bukan anak lemah, Roora adalah anak yang sangat kuat. Sifatnya yang mirip dengan orang tuanya membuat dirinya tambah kuat.

Sekarang sudah pukul 17.25pm, tapi Roora tak berniat untuk meninggalkan tempat itu. Tempat yang menjadi teman bisu bagi Roora. Huft ... andai saja Roora memiliki sahabat, pasti dia akan curhat pada sahabatnya itu.

Mau gimana lagi? Sahabat satu satunya telah menyakiti hatinya dan merendahkan harga dirinya. Dan mulai hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, Roora, ya, Roora gak akan pernah percaya lagi dengan semua orang yang akan mendekatinya.

Tring!

Bunyi notifikasi masuk di handphone Roora. Dengan malas, Roora mengambil handphone nya dan mengecek siapa yang mengirimi dia pesan.

Kaka Angkasa ganteng💋

Dek, lu dimana?

Mamah sama papah lu nyariin

Mayur sama Paijo juga nyariin lu, dek!

Pulang sekarang!

Lu dimana?

Sharelok sekarang! Gua jemput!

P

Dek!

Bales chat gua!

Rara!!!


Roora.mnz

Rmh phn.


Setelah membalas chat dari kakak sepupunya itu, Roora kembali melamun menatap awan. Berandai andai yang tak pasti.

"Makasih ya tuhan. Roora udah tau sekarang harus gimana."-ujar Roora sembari tersenyum mengadah ke arah langit.

Kring!! Kringg!!!

"Rara!"-panggil Angkasa yang baru sampai di halaman rumah pohon milik Roora. Tak ada yang tahu, hanya Roora dan Angkasa lah yang mengetahui tempat ini. Roora mendudukkan dirinya dan tersenyum ke arah Angkasa. Dengan cepat, Roora berlari ke arah Angkasa dan memeluknya erat. Sangat erat.

"Rara kenapa?"-tanya Angkasa lembut

"Enggak, Rara gak papa, Kak. Rara mau pulang."-jawab Roora. Rara adalah nama panggilan khusus dari Angkasa, hanya Angkasa yang memanggilnya Rara. Maka dari itu, Roora sangat menyayangi Angkasa.

"Yaudah, kita pulang sekarang."-ujar Angkasa. Ia langsung mengambil sepedahnya, dan Roora pun langsung mengikuti Angkasa.

Menaiki sepeda di sore hari seperti ini membuat hati Roora tambah tenang, sejuk, adem. Ditambah udara sore yang sangat sejuk dan juga kehadiran Angkasa, menambah ketenangan di suasana hati Roora.

"Kak," panggil Roora sembari menempelkan kepalanya di bahu Angkasa yang sedang menggoes sepeda gunungnya

"Iya, Ra? Kenapa?" jawab Angkasa

"Cepetan bawa sepedanya! Rara udah bau banget ini, mau mandiiii!!!" ucap Roora setengah teriak

"Lah bocah! Gua kira apaan! Yaudin sabar. gua mau ngebut ni macem babang Rossa!"-jawab Angkasa tak kalah teriak

"Rossi bambang!" koreksi Roora

"lah? Terus Rossa sape dong?"-tanya Angkasa kebingungan

"Rossa itu yang sekarang istrinya Hamish Daud."-jawab Roora santai

"Itu Raisa panteqqq!!"-sewot Angkasa

"Ya allah, mulutnya kakak. Ngajak perang?!"-balas Roora tak kalah saing

"Najesss, gua? Perang sama lu? Ogah amat jembut!"-sarkas Angkasa sembari melajukan sepedanya dengan cepat

"mwuuluuttt kwakwaakk mwnttwaa dww nawwhwakhwwiinn ywaaaa!!!"-jerit Roora sambil mengeratkan tangannya di leher Angkasa

"NGOMONG APAAN LU?! GA DENGER GUA!"-teriak Angkasa

"Nsbzuwkwb qbswuq ksbshwks ya!!"-jawab Roora, gatau ngomong apa, jadinya Angkasa cuma ngangguk ngangguk sambil jawab iya. SUARANYA KEBAWA ANGIN TYMMPYYKKKK, HEHEHE.

Sore ini menjadi sore yang menyenangkan bagi Roora. Dia bisa bebas tertawa kesana kemari dan menggaplok kepala sang kakak sepupunya. Menjeweri telinga Angkasa sebagai penentu arah jalan, seperti ...

"Kakak! Kita belok ke kiri yuhuuu!"-Roora narik kuping kirinya Angkasa

"Siapp neneng cuantikkk"-Angkasa membelokkan stang sepedanya ke kiri, mengikuti arahan Roora dengan nasip telinganya yang akan cavlang, h3h3.

"Sekarang kita ke kanan, uwuwww!"-kali ini Roora narik kuping kanannya Angkasa, Angkasa pun belok ke arah kanan.

"Citiiciiciciiittt!!! Stopppp!"Roora menarik kedua kupingnya Angkasa sebagai penanda rem , dan Angkasa pun mengerem sepedanya mengikuti intruksi sang kopilot teteh Roora terbahenol.

Mereka turun dari sepeda dan memasuki halaman rumah bak istana milik Bapak Alex Sumanthok ererere. :'v

Enggak. Mereka udah sampe di rumah Roora, dengan kekuatan seribu bayangan, Roora lari masuk kerumahnya, ninggalin Angkasa yang lagi megangin telinganya yang berubah jadi kupink gadjah.

"Assalamualaikum! Roora cantik nanti bahenol ini sudah pulangggg, yuhuuuu!!!"-suara Roora menggelegar di seluruh isi rumah yang gedenya 9969x599, ambigu saia, hwhwh.

"Shaletta Roora Alennes!!!"



























###

Silakan ke part 'sad dulu y'

I'm not Perfect[Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang