Tega 1

549 32 6
                                    

Menjelang hari bahagiamu
Kau tak pernah tahu aku bersedih
Kau lupakan semua kenangan lalu
Lalu kau campakkan begitu saja

Tega...
Aku tahu dirimu kini telah ada yang memiliki
Tapi bagaimanakah dengan diriku
Tak mungkin ku sanggup untuk kehilangan dirimu

Aku tahu bukan saatnya
Tuk mengharap cintamu lagi
Tapi bagaimanakah dengan hatiku
Tak mungkin ku sanggup hidup begini
Tanpa cintamu

Tak ingatkah kau dulu pernah berjanji
Bahagaiakan diriku selamanya
Tak berarti kah cinta kita yang lalu
Hingga kau bersama dengan dirinya

Gracia bernyanyi sambil memainkan piano yang disediakan pihak gedung. Lagu yang ia nyanyikan untuk kedua mempelai, khususnya untuk mempelai lelaki yang kini berdiri bahagia.

Kakinya menuruni panggung dengan anggun. Badannya yang berbalut gaun panjang berwarna hitam terlihat makin anggun dan juga cantik.

Kini ia melangkahkan kakinya lagi menuju ke arah pengantin untuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai yang sedang berbahagia di hari pernikahan mereka.

Setelah ia menyalami orang tua mempelai perempuan dan juga mempelai perempuan, kini tiba ia berdiri di depan mempelai lelaki. Ia menghembuskan nafasnya sebentar lalu tersenyum.

"Selamat yah. Semoga bahagia selalu." Kata Gracia yang lalu melepas cincin yang melingkar di jari manis kirinya dan meletakkan cincin itu di telapak kanan mempelai pria.

"Aku kembalikan apa yang sudah kamu berikan. Mulai saat ini dan seterusnya, kamu tidak terikat dan tidak punya janji apapun yang harus kamu penuhi ke aku." Kata Gracia dengan senyum tulusnya, tapi dibalik itu terdapat kesedihan yang mendalam.

Mempelai perempuan hanya terpekik kecil menutup mulutnya mendengar apa yang dikatakan Gracia.

Sedangkan mempelai pria hanya terdiam menatap dalam manik mata Gracia. Ia tau, amat tau kalau saat ini Gracia amat terluka dan itu adalah akibat perbuatannya. Untuk menghapus luka itu pun tidak mungkin ia lakukan saat ini. Ingin rasanya merengkuh Gracia seperti selama ini ia menghibur Gracia kala sedih.

Gracia lama memandangi cincin itu, cincin yang sudah melingkar di jari manisnya selama dua bulan. Ada perasaan sedih dan sakit yang bergejolak di dalam hatinya

 Ada perasaan sedih dan sakit yang bergejolak di dalam hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf." Suara mempelai pria terdengar memberat menahan sesuatu yang rasanya mengganjal di tenggorokannya.

"Never mind." Kata Gracia lalu cepat meninggalkan mempelai pria menuju kedua orang tua mempelai pria yang sudah amat dikenalnya.

"Tante." Kata Gracia mengulurkan tangannya. Beberapa lama tangannya menggantung diudara tanpa di sambut, hanya pelukan sebagai balasan yang diberikan untuk Gracia.

"Jangan Cia, jangan berubah. Selamanya kamu tetap anak mama. Jangan panggil mama tante. Mama sakit." Kata ibu dari mempelai pria. Satu persatu air matanya lolos begitu juga air mata Gracia yang sedari tadi ia tahan ketika pelukan hangat itu seolah-olah merengkuh hatinya yang ia rasa kini hancur.

Sebuah tangan besar lelaki mengusap mereka berdua dengan perasaan sakit yang sama yang dirasakan kedua perempuan yang sedang berpelukan itu. Kedua perempuan yang amat ia sayangi.

"Maafkan Cia tante, Cia rasa saat ini bukan hak Cia lagi buat manggil tante dengan sebutan mama."

Wanita itu hanya menggelengkan kepalanya menolak apa yang dikatakan Gracia. Tak ada lagi yang bisa dikatakan wanita itu untuk menahan Gracia. Gracia lalu melepaskan pelukannya pada wanita itu.

"Tante, om. Cia sekalian pamit. Malam ini Cia berangkat pindah tugas mengajar dan juga sekolah lagi. Cia ada tawaran buat ngelanjutin S2 dari pihak sekolah." Kata Gracia ini sukses membuat ke dua orang tua itu terkejut dan juga satu orang lagi yang terkejut bukan main dengan kata-kata Gracia.

Ia ingin menahan Gracia tapi lidahnya terlalu kelu dan tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Ia mati-matian menahan diri untuk tidak bereaksi dan melukai perasaan istrinya yang saat ini bersanding disampingnya sambil menatap interaksi antara Gracia dan mertuanya.

"Cia, jangan. Tolong jangan tinggalin aku. Bagaimana aku bisa bernafas bila tanpa kamu disini. Cuma kamu oksigen yang membuat aku bernafas." Batin Ferdi, sang mempelai pria.

Gracia lalu memeluk Ana, ibu Ferdi. Cuma memeluk sesaat lalu ia beralih menyalami dan sekilas memeluk Pras, ayah Ferdi. Gracia lalu berjalan menjauh dari mereka sambil mengejapkan matanya menahan air matanya agar tidak turun kembali.

Tak jauh dari orang tuanya, Nania adik Ferdi yang sedari tadi menunggu Gracia menjauh dari pengantin dan juga orang tuanya langsung memeluk Gracia. Ia memeluk Gracia erat seakan enggan melepaskan Gracia.

"Kak, maafkan kak Ferdi yah. Jangan sedih dan menangis lagi." Kata Nania, ia yang melarang Gracia menangis tapi kenyataannya ia yang sudah menangis terlebih dahulu.

"Hei, jangan nangis Nia. Kamu sudah cantik. Aku gak apa, saat ini aku sakit tapi aku yakin waktulah yang nanti menyembuhkan rasa sakit ini. Kamu harus percaya sama aku." Kata Gracia sambil menghapus air mata Nania yang mengalir di pipinya. Padahal ia juga menangis dan butuh seseorang yang menghapus air matanya.

Melihat air mata yang juga mengalir di pipi Gracia, Nania juga menghapus air mata itu. Ia sudah benar-benar menganggap Gracia seperti kakak perempuannya sendiri. Ia sudah terlalu dekat dengan Gracia sejak pertama kali Ferdi mengenalkan mereka.

"Nia, aku pamit yah. Malam ini aku berangkat. Ada tawaran buat pindah sekolah dan juga beasiswa S2 dari sekolah tempat aku mengajar."

"Kakak pindah kemana?" Tanya Nania bertambah sedih mendengar kata pamit dari Gracia, ia merasa tak akan bertemu dengan Gracia dalam waktu lama.

"Maaf, kakak gak bisa kasih tau kamu sekarang. Kakak harap juga kamu jangan cari informasi tentang kakak ke siapa pun. Kalau sudah tiba waktunya, kakak pasti bakal menghubungi atau menemuin kamu."

Air mata Nania mengalir semakin deras mendengar perkataan Gracia. "Kakak janji?"

"Ya, kakak janji. Kamu jangan nangis lagi yah. Stop air mata kamu." Hanya ini yang mampu di ucapkan Gracia. Ia lalu menghapus air mata Nania, setelah itu ia berlalu dari hadapan Nania.

Gracia berjalan menuju pintu keluar. Ia yakin jika terlalu lama disana, ia dan keluarga mempelai pria akan terus mengurai air mata. Ia juga takut akan menghancurkan acara yang begitu bahagia bagi mereka dengan ia memohon agar mempelai pria kembali padanya.

Gracia terus berjalan menuju ke mobilnya. Ia butuh udara segar sebanyak-banyaknya, rasanya sesak di dalam sana. Sesak yang tak berujung.

Bagaimana kalian akan menghadapi jika seseorang yang selama ini bersama kalian, sepuluh tahun bersama dan melalui suka duka, saling mendukung. Sudah dilamar dan kedua keluarga juga sudah menentukan tanggal baik untuk mereka. Hanya tinggal hitungan bulan mereka akan menikah dan secara tiba-tiba pasangannya menikah dengan orang lain.

Tanpa memberi alasan kepada Gracia, Ferdi menikah dengan wanita yang bernama Audi.

Seminggu yang lalu Gracia diberi kabar oleh Nania bahwa kakaknya akan menikahi wanita yang bernama Audi. Gracia berkali-kali berusaha menemui dan menghubungi Ferdi tapi tak berhasil. Akhirnya Gracia menyerah dan datang di pesta pernikahan kekasihnya itu.

Gracia memaksakan datang di acara pesta pernikahan Ferdi hanya untuk menemui Ferdi untuk yang terakhir kalinya sebelum ia pergi menjauh.

TEGA ini merupakan karya ke 4 aku yah. Terinspirasi dari lagu Rossa-Tega.

Please vote, komen and follow aku yah. Semoga kalian suka dengan cerita ini. Begitu ada vote n komen pasti aku up bab selanjutnya satu atau dua hari setelahnya.

Enjoy and happy reading guys.

Thanks yah udah baca karya aku.

Plagiat harap menjauh.

Publish 27 Mei 2019

TEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang