Mulai cerita masa sekarang yah, yg masa SMP SMA selesai hehehe
🐾🐾🐾
Sesampainya di rumah, Gracia lalu menganti pakaiannya. Ia mengeluarkan sebuah koper besar dan ransel yang sudah dipersiapkannya dari kemarin. Ia kembali mengecek barang apa saja yang masih tertinggal.
Air mata Gracia masih terus berurai saat ia keluar kamar dan menyeret kopernya. Jimmy lalu membantu adik bungsunya, ia membawa koper itu turun ke lantai satu.
Yeni menghapus air mata Gracia, lalu menuntun Gracia turun menuju ke mobil mereka. Hari ini dua mobil mengantar keberangkatan Gracia untuk melanjutkan sekolahnya dan juga menyembuhkan luka hatinya karena Ferdi yang mendadak menikah dengan orang lain tanpa memberi alasan kepada Gracia.
Sesampainya di bandara, Gracia masih menangis. Berat rasanya kehilangan seseorang yang selama sepuluh tahun ini bersama dan kini ia juga harus meninggalkan keluarganya untuk menyendiri sambil melanjutkan sekolahnya.
"Cia, jangan nangis lagi. Cia adik abang pasti kuat." Kata Jimmy menghapus air mata Gracia.
"Aunty, don't cry." Kata keponakan perempuan Gracia yang berumur empat tahun, anak pertama Jimmy.
Gracia menganggukkan kepalanya, berusaha kuat dan menghentikan air matanya.
Bergantian mereka memeluk Gracia dari Jimmy, istri Jimmy, keponakan kecilnya, Devi juga suaminya dan yang terakhir orang tua Gracia. Gracia lalu menggeret kopernya dan berjalan meninggalkan keluarganya menuju ke pesawat yang akan membawanya terbang menjauh dari Indonesia.
***
Setelah beberapa jam di pesawat yang membuat Gracia jet lag, kini Gracia sudah berada di kamar asramanya di Juilliard School, New York, Amerika Serikat.
Gracia mengistirahatkan dirinya sebelum memulai perkuliahannya di awal minggu depan. Sebenarnya penawaran untuk melanjutkan S2 ini sudah diberikan sejak setengah tahun lalu tapi tak dijawab oleh Gracia. Lalu secara mendadak tiga hari sebelum keberangkatan Gracia, Gracia menerima tawaran itu dan berangkat secepatnya.
"Hai, apakah kamu teman asrama saya yang baru? Perkenalkan nama saya Kang In Jeong, tapi kamu dapat memanggil saya Joy. Saya berasal dari Korea. Bagaimana dengan kamu?" Kata Joy teman satu asrama Gracia.
Gracia mendengarkan wanita itu berbicara dalam bahasa Inggris yang agak lucu menurut Gracia, pelafalannya agak lain di telinga Gracia. Wajar lah karena Joy berasal dari Korea.
"Hai, saya Graciana Sartika Devi. Saya berasal dari Indonesia. Saya baru disini, mohon bantuannya. Terima kasih." Kata Gracia menyalami tangan Joy.
***
Sama seperti Gracia yang memulai kehidupan baru di New York, Ferdi juga memulai kehidupan barunya bersama sang istri. Ia kini tinggal di rumah orang tua istrinya. Ferdi terus termenung memikirkan kejadian beberapa hari lalu. Ia begitu merindukan Gracia. Sudah beberapa hari ini ia mencoba menghubungi Gracia tapi hasilnya nihil. Gracia seperti menghilang.
"Kak, kita makan dulu yah." Kata Audi menyentuh punggung tangan Ferdi. Ferdi menarik punggung tangan yang di sentuh Audi lalu berjalan menuju ke meja makan.
Perlakuan Ferdi yang menarik tangannya yang disentuh oleh Audi membuat hati Audi sakit tapi ia tak mau menunjukkan kesedihan di wajahnya. Ia berusaha sabar menghadapi Ferdi karena ia tau ini semua adalah salahnya juga orangtuanya.
Di ruang makan seperti biasa, Ferdi hanya terdiam memakan makanannya. Di depannya sudah ada mertuanya dan di sebelahnya sudah ada Audi yang berstatus sebagai istrinya.
"Setelah makan malam ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu Ferdi di ruang keluarga." Kata ayah mertuanya yang hanya di jawab dengan anggukan saja oleh Ferdi.
"Pa." Kata Audi
"Papa rasa kita harus membicarakan ini." Kata papa Audi tegas.
Ferdi, Audi dan juga kedua orang tua Audi sudah berkumpul di ruang keluarga. Semua dengan mimik wajah yang memberat menahan beban pikiran masing-masing.
"Saya rasa saya harus meminta maaf kepada kamu Ferdi. Maafkan saya dan keluarga saya yang bersikap egois kepada kamu. Tapi saya hanya ingin anak saya merasakan kebahagiaan di bagian akhir hidupnya." Kata ayah mertua Ferdi yang mulai membuka pembicaraan diantara mereka.
"Kak maafin aku, andai aku tau kalau sudah ada yang memiliki kak Ferdi. Maafin aku yang memanfaatkan kak Ferdi." Kata Audi mulai menangis. Ia menyesal tapi ia gak mau kehilangan Ferdi.
Ferdi hanya memandangi jari manis kirinya yang berbalut cincin pertunangannya dengan Gracia. Ia sendiri kalut dengan apa yang ia rasakan. Di satu sisi ia merasa kasihan dengan Audi tapi di satu sisi ia sakit harus kehilangan Gracia.
"Semuanya sudah terjadi. Gak ada jalan buat memperbaiki." Jawab Ferdi tanpa melepaskan pandangannya dari cincin itu.
"Kenapa dari awal kamu gak bilang aja Fer sama kami kalau sebenarnya kamu sudah bertunangan dengan kekasih kamu?" Kali ini ibu mertuanya angkat bicara.
Ferdi lalu menatap ibu mertuanya lalu tatapannya beralih ke ayah mertuanya. "Bagaimana saya berbicara dan menolak jika kalian datang memohon dan menangis agar saya bisa menikahi putri kalian dan apa yang akan saya katakan selalu dipotong oleh kalian. Sebagai lelaki bagaimana anda bersikap jika berada di posisi saya?"
Kata-kata Ferdi barusan benar-benar menohok hati orang tua Audi dan juga Audi sendiri. Ia terkesan memanfaatkan seseorang karena penyakitnya itu. Tapi hanya dengan cara ini Audi bisa mendapatkan Ferdi dan merasa bahagia di hidupnya yang hanya tinggal hitungan bulan saja.
Tak ada yang bisa menjawab apa yang disampaikan oleh Ferdi. Mereka merasa bersalah tapi juga mereka menginginkan kebahagiaan Audi, apa yang diinginkan Audi.
"Maafkan kami, bila tiba saatnya maka kamu bisa kembali kepada pemilik hati kamu yang sebenarnya." Kata ibu mertuanya pelan tapi masih dapat di dengar mereka berempat.
"Mungkin sudah terlambat. Dia sudah menghilang sejak keluar dari gedung itu." Kata Ferdi dingin setelah itu ia beranjak ke kamarnya.
Di dalam kamar Audi yang juga kamarnya sekarang, Ferdi merebahkan dirinya di sofa kamar itu. Ia menutup mata dengan lengannya. Perasaan yang berat, perasaan yang ia tahan. Sampai ingin menangis pun tak dapat ia lakukan.
"Maafkan aku Cia, maafkan aku. Aku bersalah telah menyakiti kamu." Batin Ferdi yang masih terus merasa bersalah kepada Gracia. Setiap akan tertidur beberapa hari ini ia selalu memikirkan Gracia dan mengumumkan maaf di dalam hatinya.
"Cia, kamu dimana. Maafkan aku, tolong jangan pergi. Jangan pergi Cia." Ferdi berlari terus berlari mengejar Cia yang dirasanya semakin jauh.
"Cia, jangan tinggalin aku." Teriak Ferdi.
Ferdi terenggah-enggah bangun dari mimpinya. Audi sudah berada disamping Ferdi, ia bangun mendengar rancauan Ferdi.
Audi baru akan mengambilkan air minum di nakas di sebelah ranjangnya tapi dilihatnya Ferdi sudah beranjak meninggalkan sofa yang dipakainya tidur lalu keluar kamar itu.
Hatinya sakit, ia tau dari pertama kali kenal Ferdi adalah pribadi yang tertutup dan irit bicara. Tapi sejak hari pernikahannya dengan Ferdi, Ferdi bersikap lebih cuek dan dingin kepada Audi.
Audi menelan semua perasaan yang ia rasakan. Ia rela menahan sakit itu karena ia bahagia Ferdi disampingnya. Asalkan Ferdi disampingnya apapun itu ia tahan walau hanya sakit hati yang ia rasakan.
Lagi asik baca n koreksi, lah kaget kok uda abis aja partnya.
Komen donk gimana perasaan kalian pas baca part ini, tentang Gracia, Ferdi atau Audi.Tangerang, 6 Agustus 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
TEGA
RomanceTAMAT ~Novel 4~ Tega... Aku tahu dirimu kini telah ada yang memiliki Tapi bagaimanakah dengan diriku Tak mungkin ku sanggup untuk kehilangan dirimu Aku tahu bukan saatnya Tuk mengharap cintamu lagi Tapi bagaimanakah dengan hatiku Tak mungkin ku sang...