Sudah dua bulan pernikahan bohongan yang dilakukan Ferdi dengan Audi, sudah dua bulan juga Gracia menghilang dari hidup Ferdi. Ia terus berusaha mencari dimana keberadaan Gracia sekarang tapi semua itu hanya sia-sia.
Suatu kali Ferdi datang ke sekolah tempat Gracia mengajar, ia pergi menemui Kepala Sekolah. Tapi juga tak membuahkan hasil, perkataan Kepala Sekolah seolah-olah menghujam jantungnya.
"Pak, saya mohon supaya bisa mendapatkan informasi dimana Gracia sekarang." Kali ini Ferdi memohon kepada kepala sekolah tempat Gracia mengajar.
"Maafkan kami pak, semua kerahasiaan baik siswa dan guru dijaga dengan ketat. Kami tidak bisa membiarkan informasi apapun bocor keluar kecuali kepada keluarganya." Kata sang Kepala Sekolah.
"Saya tunangan Gracia." Kata Ferdi yang akhirnya membuka hubungan dia dan Gracia agar mendapatkan informasi tentang Gracia.
"Maaf, kalau anda tunangan ibu Gracia, mengapa Anda tidak mengetahui dimana ibu Gracia berada. Sudah seharusnya sebagai tunangannya anda mengetahui seluk beluk tentang tunangannya." Kata Kepala Sekolah ini seperti pedang yang menghujam jantung Ferdi.
"Saya dan Gracia sedang dalam permasalahan keluarga." Jawab Ferdi pelan.
"Maafkan saya, saya tidak ada niatan untuk ikut campur dan ingin tahu dengan masalah anda dan ibu Gracia. Saya hanya menegaskan bahwa informasi apapun tidak akan bocor keluar. Saya harap anda bisa mencari informasi tentang ibu Gracia melalui teman ataupun keluarganya." Kata Kepala Sekolah mengakhiri pertemuannya dengan Ferdi.
***
Di lain kesempatan juga Ferdi pergi ke rumah Gracia. Dengan rasa bersalah dan malu yang amat sangat ia pergi menemui orang tua Gracia. Ferdi pikir orang tua Gracia pasti tau semua dan kalau ia beruntung maka ia akan tau dimana Gracia sekarang.
"Eh mas Ferdi. Mau ketemu siapa yah mas?" Tanya Siti yang bekerja sebagai art di rumah Gracia. Siti agak heran karena sudah beberapa bulan ini Ferdi gak berkunjung lagi ke rumah majikannya dan malam ini tiba-tiba muncul lagi.
"Mau cari mama atau papa." Kata Ferdi. Lalu ia menahan tangan Siti, "Mba, tau dimana Gracia gak?" Tanya Ferdi pelan bahkan nyaris berbisik.
Siti menggelengkan kepalanya, "Saya gak tau mas, yang saya tau dua bulan lalu neng Gracia berangkat sekolah lagi ke luar negri. Cuma itu aja yang saya tau karena ibu dan keluarga yang lain gak jelasin kemana dan dimana neng Gracia." Kata Siti yang ikutan berbisik.
"Yah sudah Mba, makasih yah. Saya mau ketemu sama mama atau papa ada?"
"Ada. Mas Ferdi masuk aja dulu sebentar saya panggilkan."
Heru dan Yeni sudah tidak terkejut dengan kedatangan Ferdi yang kini duduk diruang tamu dengan kepala tertunduk. Mereka lalu duduk dihadapan Ferdi. Setelah Siti meletakkan teh hangat untuk Ferdi, barulah Ferdi berani berbicara.
"Ma, pa. Ferdi minta maaf, sikap Ferdi pasti membuat mama, papa dan Cia kecewa. Ferdi benar-benar gak ada niatan nyakitin siapapun ma, pa. Apa lagi sampai menyakiti Cia. Gak ada di pikiran Ferdi." Kata Ferdi sedih.
"Sudah Fer gak apa. Itu sudah berlalu kok. Kami juga sudah memaafkan kamu." Kata Yeni lembut.
"Kamu pasti ada alasan sendiri kenapa begini. Kami hanya kecewa saat itu kenapa kamu gak berusaha menjelaskan kepada Cia. Keluarga kamu juga sudah datang setelah Cia pergi. Mereka sudah meminta maaf kepada kami." Kata Heru tenang.
"Aku gak bisa menjelaskan alasannya pa, alasan yang konyol menurut aku. Aku benar-benar melukai Cia kali ini. Apakah Cia memaafkan aku?" Kata Ferdi dengan muka lelahnya.
"Cia sudah memaafkan kamu Fer. Sementara waktu ini biarkan dia menyembuhkan luka hatinya dahulu. Nanti saat siap mungkin Cia akan menemui kamu." Kata Yeni.
"Ma, sekarang Cia dimana. Apa Ferdi boleh tau?" Tanya Ferdi penuh harap.
"Maafkan papa, Fer. Lebih baik kamu jangan menemui Cia lagi, biarkan Cia menata hatinya dulu. Kamu juga lebih baik fokus dengan kehidupan rumah tangga kamu dan istri kamu. Jangan mencari Cia lagi kalau itu akhirnya melukai pasangan kamu." Kata Heru.
Sudah kesekian kali Ferdi menelan kekecewaan karena ia masih belum berhasil mendapatkan informasi dimana Gracia sekarang.
Ferdi pulang dari rumah Gracia dengan perasaan hancur. Apakah harus sesakit ini ketika dihadapkan pada pilihan kasihan dan cinta.
***
Ferdi masih sibuk mengedit beberapa foto yang akan dijadikan cover majalah minggu ini saat ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk.
Nania.
Abang dimana? Siang ini Nia mau ketemu abang di kafe sebrang kantor abang.Ferdi.
Ya. Istirahat makan siang yah. Kalau kamu datang duluan sekalian kamu pesenin buat abang.Ferdi lalu cepat menyelesaikan pekerjaannya karena dilihatnya sebentar lagi jam makan siang. Ia gak mau membuat Nania menunggu lama.
Mata Ferdi mencari dimana Nania saat ia mulai memasuki pintu kafe. Dilihatnya Nania duduk di pojok kafe, matanya termenung melihat kursi kosong yang berada di luar kafe.
"Nia." Panggil Ferdi yang membuat Nania kembali ke alam nyata.
"Duduk bang, Nia pesenin nasi dan ayam mentega sama teh hangat. Makan dulu aja abangnya." Kata Nania meneliti Ferdi. Dilihatnya wajah Ferdi yang kini lebih kurus.
"Kamu gak makan?" Tanya Ferdi sambil memulai makan siangnya.
"Gak bang, aku masih kenyang. Hari ini aku gak kuliah jadi aku udah makan dirumah sama mama siang ini."
"Mama sama papa sehat Nia? Kuliah kamu kaya gimana?"
"Sehat semua bang, kuliah aku juga lancar." Nania menjeda sejenak menarik nafasnya, "Bang, pulang lah. Kita kangen sama abang. Walau gak menginap tapi kunjungi mama dan papa. Terakhir kali abang pulang setelah menikah dan hanya mengambil baju aja kan."
Ferdi menghentikan makannya, ia menatap Nania. Ia mengingat kapan terakhir kali ia pulang ke rumah orang tuanya. Sehari setelah pernikahannya dan itupun hanya membawa baju yang ia butuhkan. Ferdi tak pernah pulang lagi ke rumah orang tuanya dan juga gak pernah mengajak Audi bertemu dengan orang tuanya. Mereka hanya bertemu di pesta pernikahan saja.
"Nanti kalau abang mau pulang pasti abang pulang." Jawab Ferdi lalu melanjutkan makannya yang hanya beberapa suapan lagi.
"Bawa istri abang, mungkin dia bisa mengobati sakitnya mama karena ditinggal kak Cia." Kata Nania yang membuat Ferdi membelakkan matanya. Dan dengan cepat Ferdi meminum teh hangatnya karena kata Nania tadi membuat nasi yang ditelannya tersangkut ditenggorokan Ferdi.
"Selamanya Cia gak akan bisa digantikan siapapun." Kata Ferdi sendu. "Dan Audi bukan istri abang, bukan ipar kamu dan bukan menantu di keluarga kita."
"Lalu kenapa abang berbuat begitu. Abang sadar gak, perbuatan abang ini bukan cuma ngelukain kak Cia aja tapi juga orang tua kita, orang tua kak Cia, aku bahkan diri abang sendiri." Nania berusaha meredam emosinya.
"Maafin abang." Kata Ferdi yang masih gak bisa menjelaskan kenapa ia memutuskan menikahi Audi. "Nia, apa Cia ada hubungin kamu?" Tanya Ferdi penuh harap.
Nania menggelengkan kepalanya. "Sejak pamit di pesta pernikahan abang dulu, kak Cia seperti menghilang. Sosmednya pun gak pernah ada muncul status atau foto kak Cia lagi kan."
Ferdi menghela nafas, ia takut kehilangan Gracia untuk selamanya. Andai ia bisa mengulang waktu mungkin ia gak akan melakukan hal bodoh ini sehingga banyak orang yang bersedih dan juga ia melukai Gracia terlalu dalam sampai kekasih hatinya itu memutuskan menghilang darinya.
Tangerang, 8 Agustus 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
TEGA
RomanceTAMAT ~Novel 4~ Tega... Aku tahu dirimu kini telah ada yang memiliki Tapi bagaimanakah dengan diriku Tak mungkin ku sanggup untuk kehilangan dirimu Aku tahu bukan saatnya Tuk mengharap cintamu lagi Tapi bagaimanakah dengan hatiku Tak mungkin ku sang...