Tega 12

196 7 0
                                    

Malam itu ketika menerima kabar dari Nania, Gracia pikir Nania hanya bercanda. Saat Gracia menghubungi Ferdi dan gak ada balasan sama sekali besoknya setelah pulang mengajar ia berusaha mencari Ferdi.

Beberapa hari kemudian Nania memberitahu Gracia bahwa Ferdi sudah gak pulang ke rumah. Dihari ke tiga Gracia nekat menemui Ferdi ke kantornya, ternyata Ferdi sudah mengajukan cuti.

Tiga hari sudah Gracia berusaha mencari Ferdi. Ia berusaha meminta penjelasan dan juga kepastian tentang hubungan mereka. Tapi Ferdi seakan hilang di telan bumi.

Gracia menyerah, ia ingin berjuang dengan hubungannya tapi jika pada akhirnya Ferdi memilih wanita lain dan tak mau menemui dan menjelaskan kepada Gracia, ia memilih mundur agar wanita itu, Ferdi dan Gracia sendiri tak terluka semakin dalam.

Sementara Gracia terus mencari Ferdi di antara aktifitasnya mengajar, Ferdi sendiri mengurung dirinya di sebuah rumah mungil dan minimalis. Rumah yang Ferdi beli dari hasil menabung uang jajannya saat SMA, uang yang saat kuliah ia dapatkan dari lomba fotografi dan jasa fotonya, juga hasil selama bekerja tiga tahun ini.

Tak ada yang mengetahui Ferdi telah membeli rumah itu, rencana rumah itu akan di berikan Ferdi kepada Gracia sebagai hadiah pernikahannya. Rencananya seminggu setelah pernikahan mereka, Ferdi akan membawa Gracia untuk tinggal di rumah itu.

Ferdi yang tiga hari ini seperti mayat hidup, ia hanya tidur di sofa ruang tengah. Ia hanya makan satu hari satu kali, terkadang ia hanya memakan mie instan. Ia merasa menyakiti Gracia dengan keputusan bodohnya, tanpa ia sadari itu semua juga menyakiti hati dan fisiknya sendiri.

***

Hari ke empat Ferdi menghilang, Gracia sudah merasakan penat baik secara fisik dan mentalnya. Ia berusaha merelakan apa yang terjadi.

Kali ini ia melepaskan genggaman benang merah yang mengikat dirinya dan Ferdi selama sepuluh tahun ini. Mungkin ikatan antara dirinya dan Ferdi sudah sampai di penghujung hubungan. Gracia berfikir jodoh gak akan kemana.

Saat ini Gracia sedang berada di dalam kantor Ketua yayasan tempatnya mengajar. Ia telah memikirkan semuanya, memberi jawaban yang selama ini mengantungi tentang beasiswa yang dulu pernah ditawarkan kepada Gracia.

"Pak, saya terima tawarannya. Saya akan berangkat melanjutkan sekolah dan juga mengajar disana." Kata Gracia mantap kepada Ketua yayasan tempat ia mengajar.

"Lama kamu menjawab tawaran ini. Sekarang apa kamu benar-benar yakin?" Kata Ketua yayasan berusaha meyakinkan keputusan Gracia lagi.

"Yakin, Pak. Kapan saya berangkat dan mulai?"

"Baiklah, lusa kamu berangkat. Seminggu setelah kamu sampai kamu bisa mulai kuliah. Nanti pihak sekolah disana yang akan mengatur jadwal mengajar kamu, disesuaikan dengan jadwal kuliah kamu. Masalah tugas disini yang kamu tinggalkan akan diselesaikan dengan guru yang lain."

"Besok kamu bisa mengambil tiket dan berkas yang perlu kamu bawa ke New York."

"Baik, Pak. Bila sudah tidak ada apa-apa lagi, saya pamit." Kata Gracia lalu meninggalkan kantor Ketua yayasan.

Kali ini Gracia sudah memantapkan hatinya untuk sementara menjauh dan menarik diri. Ia akan memulai menyembuhkan luka hatinya.

***

Malam harinya, Gracia meminta abangnya dan juga kakaknya untuk berkumpul di rumah orang tua mereka. Setelah makan malam Gracia baru menyampaikan keputusan apa yang ia ambil untuk merubah hidupnya ke depan.

"Abang dan kakak, aku mau titip jaga mama dan papa. Aku harap abang, kakak dan keluarga kalian selama dua tahun ke depan atau mungkin lebih bisa jaga mama dan papa." Kata Gracia setelah mereka semua selesai makan malam dan masih berkumpul di meja makan.

"Kamu mau kemana dek?" Tanya istri abangnya.

"Beberapa bulan lalu aku dapat tawaran buat melanjutkan S2 di New York dari pihak sekolah. Aku rasa lebih baik saat ini aku terima tawaran itu."

"Apakah ini juga ada hubungannya dengan masalah kamu dan Ferdi?" Tanya Devi.

"Iya. Ferdi menghilang dari Nania ngasih tau aku kabar itu. Dia gak menjelaskan dan mungkin akan tetap memilih wanita itu. Aku belajar melepas sekarang." Kata Gracia yang kini matanya mulai berkaca-kaca.

"Tuhan, salah apa kamu sama dia. Kalau ketemu biar kakak kebiri tuh si Ferdi. Seenak-enaknya nyakitin kamu begini." Devi yang merasa kesal tanpa sopan berniat untuk mengebiri Ferdi. Baginya yang seorang dokter, mengebiri Ferdi sangat mudah.

"Sayang, biarkan Cia mengobati sakit hatinya. Kita hanya bisa mendukung apa yang ingin Cia pilih." Kata suami Devi bijak.

"Yah, benar. Kita semua disini mendukung apa pilihan kamu. Kita semua mau yang terbaik buat kamu Cia." Kata Heru, papa Gracia.

"Abang Jimmy jangan terlalu sering sibuk urusin kantor. Jangan telat makan dan jaga kesehatan. Inget anak istri juga butuh perhatian abang." Kata Gracia sambil menatap Jimmy bergantian dengan ipar dan keponakannya.

"Bang, titip kak Devi yah. Kalian jangan terlalu sibuk di rumah sakit dan pasien aja. Kak Devi juga jaga kandungan kakak, mungkin nanti kalau kakak melahirkan aku masih di New York." Kali ini Gracia menatap Devi dan juga suaminya. Dilihatnya juga perut Devi yang sudah agak membuncit karena sedang hamil empat bulan.

"Papa, mama baik-baik di rumah kalau gak ada Cia. Cia pasti bakal kangen kalian. Kalian jangan lupa sering-sering kunjungin papa mama jangan sibuk sendiri. Cia harap kalian bisa pulang paling gak seminggu sekali ke sini. Tengok papa dan mama saat Cia jauh." Satu persatu air mata Gracia mulai turun.

"Udah dong kan aku jadi sedih, kaya kamu udah mau berangkat aja sih sampe ngomong begini." Kata Devi yang matanya juga sudah mulai berkaca-kaca mendengar perkataan Gracia.

"Kapan kamu berangkat, Cia?" Tanya Yeni yang sedari tadi diam dan hanya mendengar apa yang di bicarakan di meja makan.

"Besok Cia ambil tiket dan segala berkas untuk di New York, lusa Gracia berangkat."

"Cepet banget dek." Kata Jimmy.

"Pas hari pernikahan Ferdi?" Tanya Yeni.

"Pihak sekolahan bang yang atur, seminggu setelah sampai Cia harus udah mulai perkuliahan." Kata Gracia menjelaskan.

"Iya, ma. Gracia harap masih bisa datang di acara pernikahan Ferdi sebelum berangkat. Tapi andai waktunya bertabrakan atau duluan dengan Cia berangkat, Cia gak akan hadir."

Semua yang hadir di ruangan itu hanya menerima apa yang telah Gracia putuskan. Mereka hanya menginginkan yang terbaik untuk Gracia. Andai dengan melanjutkan sekolahnya lagi dapat membuat perasaan Gracia membaik maka mereka akan merelakan.

Mereka sendiri di dalam hati telah berencana akan sesering mungkin mengunjungi orang tuanya sesuai permintaan Gracia. Selama ini Jimmy memang agak sibuk mengurus perusahaan kontraktor yang ia bangun dari nol. Sedangkan Devi sekarang sibuk karena pekerjaannya yang sebagai dokter bedah, juga dengan suaminya yang baru menikahinya setahun ini.

Flashback Off


Tangerang, 8 Agustus 2019

TEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang