Tega 24

180 10 0
                                    

Buku diary Audi sudah ditutup, air mata Gracia terus mengalir. Gracia lalu mengambil kunci mobilnya, membawa dompet dan ponselnya. Ia mengendarai mobilnya dengan kabut air mata, air matanya terus mengalir sejak membaca diary milik Audi. Air mata kasihan, cemburu dan juga sakit hati.

Seperti kata Audi, Ferdi yang selalu menganggap Gracia oksigen, bahagia dan hidupnya. Gracia juga selalu menganggap Ferdi adalah oksigen, bahagia dan hidupnya

Sampai di tempat tujuan Gracia memarkir mobilnya lalu berlari masuk ke dalam gedung. Ia mengingat lantai berapa dan arah yang pernah diberi tahu Ferdi untuk sampai ke ruangannya. Gracia gak pernah berkunjung ke kantor Ferdi tapi sesekali Ferdi pernah menjelaskan dan mengambarkan dimana letak ruangannya.

Sepanjang jalan selama Gracia menuju kantor Ferdi semua orang yang berada disana memperhatikan Gracia dan memandangnya penuh tanda tanya tapi Gracia mengabaikan itu semua, tujuannya adalah bertemu Ferdi.

Sesampainya di depan ruangan yang selalu digambarkan Ferdi, Gracia lalu membuka pintu itu tanpa mengetuknya lagi. Ferdi yang saat itu sedang rapat mengenai tema pemotretan bersama beberapa stafnya terkejut melihat Gracia yang berdiri di depan pintu ruang kerjanya.

Ferdi baru berdiri akan menghampiri Gracia, tetapi Gracia sudah sampai didepan Ferdi dan memeluk Ferdi. Ferdi terkejut dengan kedatangan dan pelukan Gracia, begitupun dengan beberapa staf yang sedang rapat dengan Ferdi. Mereka kaget karena ada wanita  yang datang dan memeluk atasan mereka.

"Aku memaafkan kamu dan aku minta maaf." Kata Gracia di dalam pelukan Ferdi. Isak tangisnya masih terdengar.

"Kamu maafin aku." Gracia hanya menganggukkan kepalanya di dalam pelukan Ferdi.

"Makasi sayang." Ferdi merenggangkan pelukan Gracia lalu menghapus air matanya.

Ferdi lalu mengeluarkan kotak bludru berwarna merah berisi cincin yang dulu dikembalikan Gracia dari kantong celananya dan membuka kotak itu. Kotak yang selalu dibawa Ferdi setelah Gracia mengembalikan cincin itu, ia selalu berharap sewaktu-waktu dapat meminta Gracia untuk memakai cincin itu lagi seperti saat ini.

"Gracia Sartika Devi, hari ini aku Ferdinand Sanjaya lelaki yang gak romantis, gak peka, aku yang pernah melukai kamu. Untuk kedua kalinya aku melamar kamu. Will you marry me?"

Staf yang dari tadi melihat mereka tersenyum dan beramai-ramai berteriak, "Yes, yes, yes." Kata mereka sambil menanti jawaban Gracia.

"Yes, i will." Jawaban Gracia langsung disambut sorak sorai dari staf yang menanti jawaban Gracia dengan tegang.

"Yes." Kata Ferdi mengacungkan kepalan tangannya ke udara lalu malaikat cincin berlian sederhana yang pernah dipakai Gracia. Cincin itu kini tersemat manis di jari Gracia lagi.

Seluruh staf menahan nafas, beberapa staf perempuan menutup mulut mereka melihat Ferdi mencium kening, mata, pipi, hidung dan yang terakhir mencium bibir Gracia. Bukan hanya mencium tapi juga melumat lembut bibir Gracia.

"Whoaaa." Kata beberapa karyawan lelaki yang ada disana.

"Seperti kata aku kemaren, hubungan kita ke depan harus diperbaiki. Mungkin mulai dari ini." Kata Ferdi setelah melepaskan panggutannya di bibir Gracia.

Ferdi menatap seluruh temannya di ruangan itu.

"Oke perhatian semua. Wanita cantik di samping saya saat ini adalah wanita yang sejak SMP saya pacari, cinta monyet saya, hidup saya dan juga bahagia saya. Karena kesalahan saya membuat Cia dua tahun lalu pergi dari saya."

"Saat ini dia telah kembali dan mau memaafkan saya. Saat ini saya memperkenalkan kalian bahwa Cia adalah tunangan saya dan sebentar lagi akan menjadi nyonya Sanjaya. Saya berharap gak akan ada lagi orang ke tiga yang merusak hubungan kami ke depan." Kata Ferdi sambil merangkul pinggang Gracia agar lebih mendekat ke tubuhnya.

Senyum terus terukir di bibir Gracia menggantikan air matanya yang sering kali keluar selama dua tahun ini. Setiap kali mengingat Ferdi atau menghubungi keluarga Ferdi pasti Gracia menangis.

Ferdi menatap Gracia kembali. "Aku mulai memperbaiki hubungan kita dengan memberitahu dunia kalau kamu adalah milik aku. Mungkin cara kita dulu benar, bukan tentang dunia yang tahu tapi hanya tentang perasaan aku ke kamu. Sekarang selain rasa cinta aku ke kamu tapi juga dunia harus tau tentang kita."

"Cie cie."

"Ditunggu undangannya."

"Cantik, Fer. Masih ada sodaranya yang nganggur gak nie."

"Makan-makan yah."

Goda beberapa staf yang ada di ruangan itu membuat Gracia blushing malu. Baru kali ini mereka mengumbar hubungan mereka selama sepuluh tahun berpacaran.

"Udah-udah jangan godain calon istri saya lagi. Sekarang kita lanjut rapat buat pemotretan besok." Kata Ferdi menghentikan godaan mereka. "Dan kamu nyonya Sanjaya yang tiba-tiba muncul di kantor dengan pakaian rumah dan sandal jepit. Kamu bisa duduk di balik meja sana yah." Kata Ferdi mengecup pipi Gracia sekilas sebelum Gracia duduk di kursi tempat biasa Ferdi mengedit foto di komputernya.

Perkataan Ferdi membuat Gracia makin blushing. Ia baru menyadari penampilannya setelah Ferdi mengingatkan apa yang ia pakai.

Setelah membaca diary Audi, Gracia yang menyadari perasaannya untuk Ferdi langsung pergi mencari sosok pria yang selama ini ia cintai dan gak pernah terganti. Gracia lupa akan penampilannya.

Pantas saja sewaktu Gracia berlari dari parkiran menuju ke ruangan Ferdi banyak mata yang menatapnya heran. Mana ada orang yang ke kantor dengan menggunakan kaos kebesaran yang hampir menutupi hot pants yang ia pakai juga sandal jepit. Hanya Gracia yang pergi ke kantor dengan penampilan itu semua.

Seharian Gracia hanya diam di dalam ruangan Ferdi. Makan siang pun mereka delivery.

"Keluar aja yuk, kita beli makan jangan delivery." Ajak Ferdi.

"Gak mau. Malu aku kak. Lihat aku kaya gembel gini."

"Mana ada."

"Ada lah. Aku buktinya."

"Mana ada gembel cantik kaya kamu."

"Halah gombal kamu kak. Sejak kapan coba kamu suka ngegombal gini." Kata Gracia kembali tersenyum malu mendengar gombalan Ferdi.

"Sejak-arta juga tau kok sayang."

"Ikh genit panggil sayang sayang. Kamu sejak kapan coba sayang-sayangan gini."

"Sejak aku takut kehilangan kamu lagi. Aku mau semua orang tau dan juga kamu tau kalau cuma kamu yang selalu dihati aku, cuma kamu satu sampai akhir."

"Makasi buat cinta kamu, makasi buat segalanya. Dan cuma kamu juga satu sampai akhir di hidup aku."

"Love you." Kata Ferdi sambil tersenyum.

"Love you too."




Tangerang, 18 Agustus 2019

TEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang