Tega 2

342 14 1
                                    

Sepuluh tahun lalu.

Tahun ajaran baru sudah dimulai, saat ini Gracia sudah menginjakkan kakinya di kelasnya yang baru, di sekolahnya yang baru. Gracia sudah memakai seragam putih biru yang artinya ia sekarang adalah murid sekolah menengah pertama alias SMP.

Graciana Sartika Devi, gadis cantik yang ramah dan baik kepada semua orang. Namanya cepat diingat karena ia adalah primadona di kelasnya saat ini. Selain berparas cantik, ramah dan baik, Gracia juga termasuk anak yang pintar.

Walaupun baru satu bulan mereka menginjakkan kaki di SMP Tunas Muda tapi nama Gracia sudah banyak yang mengenal, bahkan satu angkatan sudah tau siapa Gracia. Sedikit banyak kakak kelas yang jomblo pun seperti berlomba mendapatkan hati Gracia.

"Gracia, mau ke kantin gak?" Tanya Ira teman sebangku Gracia. Saat ini jam istrahat, otomatis semua murid mulai mengisi kembali perut mereka yang kosong karena terkuras untuk memikirkan pelajaran dari pagi sampai jam istirahat.

"Yuh." Jawab Gracia sambil berdiri meninggalkan tempat duduknya.

Ira dan Gracia lalu berjalan menuju ke kantin. Suasana kantin sudah membludak dengan murid yang kelaparan. Gracia hanya memesan es teh manis dan mencari meja untuk duduk.

Ira yang kini sudah berada di samping Gracia langsung memulai acara makan batagor yang ada dihadapannya.

"Abis ini pelajaran fisika, males banget deh gue. Kok kaya gak ada yang nyantel gitu di otak gue. Kenapa yah Grace?" Kata Ira disela acara memakan batagor nya. Ira dan temannya yang lain selalu menyingkat panggilan Gracia menjadi Grace, katanya lebih enak di lidah mereka dan Gracia gak pernah komplen. Sedangkan dengan keluarga dan orang terdekat Gracia, ia akan dipanggil Cia.

"Itu karena loe sebel sama gurunya. Coba kalau yang loe suka, pasti bisa kan? Coba sukain dulu gurunya." Kata Gracia sambil melihat ke arah Ira yang makan kaya orang gak dikasih makan sebulan.

"Mungkin, tapi emang loh itu guru nyebelin. Udah suaranya kecil terus lama kalau ngomong. Duh ngeliatin gurunya aja udah ribet jadi ke bawa deh ke pelajarannya." Jawab Ira berusaha mencari apa yang salah dan juga pembelaan terhadap dirinya.

"Sorry, boleh gabung gak? Tempat duduk yang lain penuh." Kata seorang kakak kelas mereka tiba-tiba menginterupsi pembicaraan Gracia dan Ira.

"Boleh kak, duduk aja." Jawab Gracia sambil tersenyum. Lalu kakak kelas tadi duduk di depan Gracia. Ira sempat terbengong sesaat dan saat sadar iya lalu mengatur posisi duduknya dan juga cara makannya supaya terlihat manis di depan kakak kelasnya yang kelihatan tampan ini.

"Makasi." Setelah mengucapkan ini, kakak kelasnya tadi lalu memakan bakso yang ia bawa.

Gracia dan Ira seperti kedua orang yang kehabisan bahan pembicaraan karena sejak munculan kakak kelasnya ini membuat mereka terdiam dan canggung.

"Kok kamu gak makan?" Tanya si kakak kelas ini saat melihat Gracia hanya dihadapkan dengan es teh manis.

"Masih kenyang kak." Jawab Gracia sambil mengeluarkan senyum manisnya yang membuat banyak temannya klepek-klepek.

Lelaki tadi hanya ber'oh ria dengan jawaban yang di berikan Gracia.

"Oh yah kita belum kenalan. Kenalin nama aku Ferdinand Sanjaya, cukup panggil aku Ferdi aja. Aku kelas 8B." Kata Ferdi mengulurkan tangannya kepada Gracia lalu kepada Ira.

"Graciana Sartika Devi, panggil aja Gracia atau Grace yang gampang. Aku kelas 7C." Kata Gracia sopan. Hanya kepada orang-orang tertentu yang sudah akrab ia baru menggunakan kata loe gue.

"Iranaya Putri, panggil aja Ira. Aku sekelas sama Grace." Ira menyambut uluran tangan Ferdi. Makannya sendiri sudah habis barusan.

"Salam kenal Gracia dan Ira." Kata Ferdi lalu melanjutkan acara makan baksonya.

"Kak, kita duluan yah." Kata Ira dan Gracia hanya tersenyum lagi kepada Ferdi. Ferdi hanya menganggukkan kepalanya saat Ira dan Gracia pamit.

***

"Grace, kita pisah yah. Gue udah di jemput abang tuh. Udah ngoceh dia kelamaan gue keluarnya." Kata Ira yang sudah melihat kakaknya di depan gerbang sambil cembetut karena sudah lima belas menit menunggu Ira keluar.

"Abang loe kenapa tuh?" Tanya Gracia melihat muka abangnya Ira sudah ditekuk sedalam-dalamnya.

"Biasa katanya gengsi dilihat anak SMP, gak gaul lagi. Dia malu katanya, anak SMA di genitin sama anak SMP." Kata Ira terkekeh mengingat perkataan abangnya beberapa minggu lalu yang bilang kalau malas di genitin anak SMP.

"Duh ileh laga bed dah kalau udah SMA mah. Hahaha." Canda Gracia.

"Yah gitu deh. Udah yah. Loe titi dj yah. See you." Ira melambaikan tangannya ke Gracia dan mulai naik ke motor gede abangnya.

Motor yang membawa Ira sudah melaju mulus di jalanan. Gracia masih berjalan sedikit untuk sampai ke pangkalan angkot yang akan membawanya pulang ke rumah.

Gracia termasuk keluarga kelas menengah. Penghasilan papanya yang seorang akuntan bisa dibilang lumayan, tapi mereka terbiasa hidup sederhana. Sejak kecil Gracia sudah diajarkan bagaimana cara mengatur keuangannya sendiri. Bagaimana cara berhemat. Gracia bisa saja mengunakan jasa ojek bulanan tapi ia lebih memilih naik angkot dan uang lebihnya bisa ia tabung.

Semua mata pelajaran ia pelajari sendiri tanpa menggunakan guru les, ia hanya les musik saja. Musik pun sedikit banyak ia pelajari lagi secara otodidak di rumah maupun di tempat kursusnya.

Beberapa kali Gracia mengikuti lomba musik atau menyanyi sambil membawakan salah satu alat musik yang ia bisa. Beberapa penghargaan ia dapatkan untuk dirinya maupun mewakili sekolahnya.

Grace terlalu mencintai dunia musik dan lagu, baginya musik dan lagu adalah cantik. Menggambarkan jiwa dan kondisi suasana hati kita. Dirumahnya ada sebuah piano dan sebuah gitar. Sampai saat ini kedua alat musik itulah yang paling di kuasai olehnya.

Dikala senggang ia terkadang memainkan piano atau gitarnya. Gracia lebih suka memainkan pianonya. Baginya dentingan piano selalu terdengar merdu di telinganya sehingga bisa menenangkan jiwa.

"Mama, Cia pulang." Kata Gracia begitu sampai di rumahnya.

Mamanya tersenyum ke anak bungsunya ini. "Cia ganti baju dulu terus kamu makan yah. Kalau kamu mau apa-apa panggil mama di ruang kerja." Kata Yeni kepada anaknya itu.

"Ya, ma." Gracia lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Yeni adalah seorang desainer gaun, ia hanya mendesain gaun yang nanti hasilnya akan diserahkan ke temannya. Temannya lah yg akan membuat gaun itu dan memasarkannya. Yeni hanya perlu sekali-kali mengunjungi butik temannya untuk melihat hasilnya. Bila hasil sudah sesuai harapan maka akan di pasarkan. Semua hasil dibagi berdua antara temannya dan Yeni. Ini adalah pekerjaan yang menurutnya tak terlalu mengabaikan Gracia dan juga kedua anaknya yang lain. Yeni malas bekerja dengan sesuatu yang terikat sehingga mengabaikan Jimmy, Devi dan Gracia.

Di bab 2 dan bab-bab selanjutnya mungkin kalian akan agak bingung kenapa ceritanya agak lompat-lompat tp nikmatin aja yah guys. Soalnya dari bab ini sampe beberapa bab kedepan yg lompat ga jelas cuma menceritakan tentang sikap manis dan cinta antara Ferdi dan Gracia. Sikap ini yg mendukung buat karakter cerita di bab 9 keatas.

Happy Reading guys jangan lupa vote n komen yah.

Love u all.

Publish 4 Juni 2019

TEGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang