Bandung 19.00.
Semilir angin berhembus kencang, hingga menerbangkan dedaunan yang memang terlihat sudah harus jatuh dari ranting pohon itu.
Daun tersebut terbang mengikuti arah angin, melewati jalanan yang penuh dengan hilir mudik kendaraan yang terlihat berbentrokan sehingga menimbulkan suara beep yang sangat nyaring.
Daun itu tak berhenti terbang terbawa angin, daun tersebut kembali terbang mengikuti angin yang kini melewati gedung-gedung tinggi pencakar langit—yang benar-benar terlihat seperti akan menembus langit—, hingga pada akhirnya daun tersebut berhenti di sebuah tanah, di samping sepatu sport.
Seorang pemuda tampan –yang kira-kira berusia delapan belas tahun– bermata sipit dan bergigi kelinci, tengah duduk di salah satu bangku taman seorang diri.
"Suram amat sih hidup gue," Keluh pemuda itu.
"Udah motor disita nyokap, diputusin pacar gara-gara dikira selingkuh, eh sekarang duduk di taman sendirian." Pemuda itu terus saja mengeluh.
"Untung ojek online, masih selalu setia sama gue." Lanjut pemuda itu.
Malam ini angin memang begitu kencang, mungkin akan turun hujan. Tapi entah kenapa langit begitu cerah, di hiasi oleh beberapa bintang dan juga bulan sabit yang bertengger indah di langit sana.
Pemuda tersebut menghela nafas lalu menatap langit indah di atasnya. Menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya, sambil memikirkan mengenai kejadian hari ini yang ia lalui.
Disaat pemuda itu menyenderkan punggungnya ke kursi dan mendongak ke langit sambil menutup mata, tiba-tiba ia mendengar suara tangisan. Pemuda itu tersentak dan langsung duduk tegak.
"Suara apaan tuh? Serem banget. Ini bukan malam Jumat padahal, kok ada suara begituan yak," pemuda itu melihat sekelilingnya yang sepi sambil mengusap lehernya yang sepertinya merinding.
Hiks hiks
Suara itu semakin terdengar, malah sepertinya dekat.
Pemuda itu menengok ke belakang, seketika ia terkejut setengah mati, pasalnya ternyata suara tangisan itu berasal dari tangisan gadis kecil yang tengah menunduk di belakang bangkunya, pantas saja suaranya terdengar dekat.
Perasaan pas gue Dateng kesini, tempatnya sepi deh, kok sekarang ada bocah begini, hantu bukan ya. Pemuda itu semakin merinding.
"H-halo dek, kamu kenapa nangis? Udah malam loh! Orang tua kamu gak nyariin apa?" Pemuda itu memberanikan diri bertanya pada gadis kecil yang terus menunduk itu.
"Hiks, Om siapa? Om bukan hantu kan?" Bukan menjawab, gadis kecil yang kelihatannya berusia enam tahun itu malah bertanya balik pada pemuda tadi sambil mendongakkan wajahnya yang benar-benar sembab karena mungkin sudah menangis sedari tadi.
"Ah elah dek, jangan manggil Om, masih muda begini. Panggil kakak aja, kakak Boby, kakak juga bukan hantu kok." Jawab pemuda itu yang bernama Boby dengan sedikit kesal.
"Kak Boby ngapain malem malem disini?" Gadis kecil itu mengusap matanya, menghentikan tangisannya.
"Harusnya kakak yang bilang gitu, kamu ngapain malem malem nangis disini? Oiya nama kamu siapa?"
"Aku Tania kak. En, sebenarnya aku ini gak punya orang tua, aku tinggal panti asuhan Mulia Indah di ujung jalan itu. Aku nangis karena tadi sore, temen-temen aku banyak yang diadopsi, sedangkan aku enggak ada yang adopsi. Awalnya aku seneng, karena temen-temen aku udah nemuin rumah dan keluarga baru, makanya aku mau ucapin perpisahan sama mereka, tapi salah satu temen aku bilang kalo aku ini jelek dan bodoh, jadi gak ada yang mau adopsi aku," gadis kecil yang bernama Tania itu kembali menunduk.
Boby yang mendengar itupun sedih, ia adalah anak pertama di keluarganya, ia hanya memiliki adik laki-laki yang nyebelin –padahal Boby menginginkan adik perempuan.
Seperti ada lampu yang bersinar di atas kepala Boby, tapi ia segera menghilangkan lampu itu dari atas kepalanya.
"Tania, kamu mau kakak anterin ke panti?" Tawar Boby.
"Enggak mau kak. Disana aku udah gak punya temen lagi, kan temen-temen aku udah di adopsi. Lagian, bunda disana terlalu baik sama aku, jadinya aku selalu di kucilin sama yang lainnya. Aku gak mau kesana lagi." Jelas Tania sambil menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
Lampu tadi bersinar lagi di atas kepala Boby.
"Iya oke-oke kakak gak akan anterin kamu kesana. Sekarang kamu gak ada tempat tinggal kan? gimana kalo kamu tinggal di rumah kakak?" Tania langsung menatap wajah Boby.
"Apa boleh? Kan aku jelek sama bodoh pasti keluarga kak Boby enggak mau terima aku." Tania kembali menunduk.
"Udah, gak apa-apa. Kakak sebenernya punya adek cowok, tapi dia ngeselin. Makanya kakak mau punya adek cewek kayak kamu, yang cantik," ucap Boby sambil tersenyum.
"Ayah sama bunda kak Boby juga suka sama anak cewek kok, pasti mereka bakal Nerima kamu kok," lanjut Boby.
"Yaudah deh,"
Kayanya kakak ini beneran baik deh, dan semoga memang beneran baik, batin Tania berharap
"Tapi besok kita ke panti dulu ya, supaya sah kakak adopsi kamu sebagai adek. Biar enggak dikira kakak culik kamu. Ayo, kakak pesen taksi online dulu." Jelas Boby dan di beri anggukan oleh Tania.
Saat taksi online sudah tiba, Tania dan Boby yang sudah berdiri di tepi jalan segera masuki taksi itu, dan langsung pergi menuju rumah Boby.
****
AKU BAWA CERITA BARU LAGI YANG PASTINYA MUNGKIN AKAN SANGAT WEIRD. TAPI INI SANGAT SPESIAL KARENA MY BEST URI LEADER KIM HANBIN SEDANG ULANG TAHUN. ILY3000 BABY KU. SARANGHAE 😘. #Belovedhanbinday
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is Tania? (END)
Mystery / ThrillerMenjadi incaran seorang psikopat, disaat usianya terbilang belia. Tania, bertemu dengan Boby yang notebane nya adalah orang asing. Boby sudah menganggap Tania sebagai adiknya, maka dari itu ia rela melakukan apapun demi Tania. Meski berkali-kali me...