14. WIT - Terror lagi

43 3 0
                                    

Disebuah rumah mewah kedua pasangan tengah duduk tenang di kursi ruang keluarga.

Mereka mengobrol dengan santai, membicarakan apapun yang menurut mereka harus dibicarakan, termasuk tentang anak.

"Apa belum ada kabar Dad?" Kata wanita itu dengan raut sedih terpancar dari wajahnya.

"Tentang anak kita, sampai saat ini belum. Tapi ada kabar mengenai mereka. Mereka kabur dari tahanan dan belum ditemukan." Rahang pria itu mengeras, pertanda menahan amarahnya. Sedangkan wanita tadi tengah menegang mengingat siapa yang menculik anak mereka.

"Sudah tiga tahun lamanya Dad. Aku merindukannya." Kemudian, wanita itu mulai menangis sesenggukan. Sang pria tadi adalah suaminya, langsung memeluk menenangkan sang istri.

"Kita akan terus cari dia sampai ketemu. Kamu tenang aja ya. Dia akan kembali pada kita, anak kita akan kembali pada kita."

Disisi lain pembicaraan itu, ada seorang gadis menatap pasangan tersebut dengan pandangan bingung juga sedih. Bingung kenapa pasangan tersebut yang mana orang tuanya selalu membicarakan anak yang -menurutnya- hilang, padahal anaknya, putrinya ada di dekat mereka. Sedih, karena entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh orangtuanya darinya.

Tak sekali dua kali gadis cantik itu melihat dan mendengar orang tuanya membicarakan seorang anak hilang -menurutnya-, sudah sangat sering ia lihat dan dengar. Tapi tak pernah sekalipun ia bertanya tentang kebenarannya pada orangtuanya tersebut walaupun penasaran.

"Aku pulang!"

"Hei sayang, kesini." Wanita yang tadi menangis, kini sudah mengelap matanya. Dan juga pria yang memeluknya sudah melepaskan pelukannya.

Dengan hati yang gundah, gadis itu melangkah mendekat pada ibunya dan langsung memeluknya dengan erat. "Mommy kenapa nangis hm?" Tanya gadis itu.

"Ah tidak, Mommy hanya sedikit stress tentang pekerjaan Mommy. Bagaimana harimu?"

"Baik." Jawab gadis itu.

"Oh iya Sisi, kamu bilang kalo kamu ketemu sama anak SD yang udah kamu anggap adik, siapa dia? Daddy pengen ketemu, ajak main dong," pinta ayah dari gadis bernama Sisi —panggilan kesayangan orang tuanya.

"Oh iya! Nanti aku ajak dia main deh kesini. Dia lucu banget tau mom dad, setiap hari aku bawain bekal, dia makannya lahap banget." Sisi menjelaskan dengan antusias.

"Oiya? Namanya siapa? Daddy penasaran nih, kan mom?" Mommy nya pun hanya mengangguk.

"Namanya–" perkataan Sisi terpotong oleh dering ponselnya.

"Sorry mom dad. Aku harus segera pergi, ada tugas kelompok yang menunggu ku. Bye muach." Sisi langsung berlari ke kamarnya yang terletak di lantai dua.

"Sisi sudah besar. Apa kita tidak memberitahunya yang sebenarnya?" Tanya Mommy.

"Jika saatnya tiba, aku yang bakal bilang ke dia."

***
Minggu telah tiba, saatnya semua murid sekolah merasakan nikmatnya liburan. Begitu juga dengan Boby, Bayu dan Tania. Kini mereka bertiga tengah mengadakan sebuah piknik kecil-kecilan di taman belakang, ditambah dengan Darren dan juga Jessi.

Darren dengan riang menerima ajakan Tania, tidak dengan Jessi yang merasa cukup canggung. Kalau saja bukan Tania yang mengajaknya dengan tatapan memohon, tidak mungkin ia datang ke rumah yang sama dengan mantan pacarnya. Belum lagi orang tua Boby yang sudah kenal dengannya.

"Jessi? Kenapa baru main sekarang? Bukannya main aja, ya walaupun udah jadi mantan." Begitu perkataan yang bunda lontarkan ketika melihat Jessi datang.

"Ayo ayo, makan!" Darren dengan riang membuka sebuah keranjang rotan yang dititipkan oleh orangtuanya ketika dia izin untuk piknik dirumah Tania.

"Ini siapa ini, lucu banget. Oh kamu Darren ya? Imut deh, sering-sering main ke sini ya sayang." Bunda juga begitu senang saat pertama kali melihat Darren.

"Wah! Darren bawa apa aja?" Tania menarik sebuah keranjang rotan yang di titipkan bunda untuknya juga Boby dan Bayu.

"Aku bawa... Roti selai coklat, apel, jeruk, strawberry, pisang, sama susu kotak." Darren mengeluarkan semua yang ada di keranjangnya.

"Darren, kamu mau piknik atau mau jualan buah?" Tanya Jessi geli lalu diikuti dengan yang lainnya yang terkekeh, tak terkecuali Boby.

Oh, Boby bukan terkekeh karena Darren, tapi karena kekehan Jessi yang –menurutnya– imut membuat ia ikut terkekeh geli.

"Ih kan biar sehat, makan buah terus, ya Tania ya? Kamu bawa apa?" Darren kemudian menatap Tania dengan pandangan bertanya.

"Iya. Aku sama Abang juga bawa buah-buahan, ada pir, anggur sama pisang. Oh, ada juga sandwich nih. Banyak ya, kak Jessi bawa apa?" Dengan penasaran Tania mendekat pada Jessi.

"Kakak cuma bawa sandwich, susu kotak sama beberapa buah-buahan." Jessi mengeluarkan makanan yang telah disiapkannya dari tas Tote bag nya.

"Wah banyak banget, siapa yang habisin ini?" Bayu menatap semua makanan yang berjejer di depannya.

"Ya kita lah. Tapi kalo bang Bayu gak mau juga gak apa-apa, jatahnya buat aku." Kata Tania sambil menggoda Bayu.

"Mau lah!" Seru Bayu dengan cepat.

Sedang asyik-asyiknya melakukan piknik, tiba-tiba Bunda memanggil Boby dan Bayu.

"Kenapa bun?" Tanya Boby.

"Ini, tadi ada yang kirim paket. Gatau dari siapa, tapi katanya buat Boby sama Bayu. Coba dibuka," bunda menyodorkan sebuah kotak besar pada Bayu dan Boby.

Sedangkan di tempatnya, Boby dan Bayu tiba-tiba kaku dan membatu. Mereka sudah berpikir macam-macam mengenai kotak itu. Sebelum mengambil kotak tersebut, Boby dan Bayu saling bertatapan lalu mengangguk.

"Em, Boby sama Bayu buka nya nanti aja deh ya," ujar Boby.

"Udah sekarang aja, siapa tau itu sesuatu yang penting jadi bunda pengen liat." Kilah bunda, lalu memaksa keduanya membuka kotak tersebut.

Dengan hati-hati dan takut-takut Boby menuruti perintah sang Bunda untuk membuka kotak tersebut. Ketika kotak tersebut terbuka, Bunda tiba-tiba berteriak terkejut lalu membekap mulutnya sendiri sebelum pingsan.

Boby dan Bayu dengan sigap membawa bunda ke kamarnya yang untungnya terletak di lantai bawah.

Pantas jika bunda terkejut hingga pingsan, karena sesuatu dalam kotak tersebut. Seekor tikus hitam yang sudah mati dan berlumuran darah tertancap pada batang mawar hitam pekat yang juga berlumuran darah. Bukan seperti yang pertama, ketika cairan merah itu ternyata hanya pewarna makanan, tapi sekarang benar-benar darah, tercium dari bau anyir khas darah yang berbau begitu menyengat.

Ada kertas yang menghiasi tubuh tikus mati tersebut. Lagi-lagi dengan penuh darah, juga ditulis dengan darah sebuah kata,

"Surprise! ;)"

__________

Apalagi ini?!

Who Is Tania? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang