"Tania?!" Jerit Jessi tertahan.
Boby dan yang lainnya sudah berada di tempat yang di beritahukan oleh bule tadi. Dan ternyata benar dugaan Boby, bahwa Tania di sekap di tempat ini. Tempat yang memang sangat berada jauh dengan pemukiman.
"Tania..." Semuanya terkejut dengan keadaan Tania. Tubuh yang terikat di kursi dengan banyak luka sayatan di sekujur tubuhnya. Mereka melihat dari balik jendela kaca di rumah itu.
"Ayo kita masuk!" Jessi sudah menangis melihat keadaan Tania. Begitu juga dengan yang lain.
Hanya Darren yang tidak tahu apa-apa karena Boby menyuruh Bayu supaya darren tidak melihat keadaan Tania, karena itu akan membuat anak tersebut berteriak histeris.
"Nanti! Kemana Ema dan Dony? Kita harus hati-hati." Karang Boby.
"Lalu bagaimana?! Kita membiarkan Tania begitu saja? Membiarkan Tania dengan keadaan seperti itu?!" Jessi mendesis tajam pada Boby.
Huh. Boby menghela nafas berat. "Darren, kamu ambil ponsel kak Bayu," Boby meminta ponsel Bayu dan laku di berikan kepada Darren.
"Kamu bisa gunainnya kan?" Darren mengangguk lugu.
"Kamu lari ke arah jalanan tadi, yang Deket jalan raya. Terus telepon ayah Narendra pake ponsel kak Bayu. Oke? Kamu paham kan?" Darren menggunakan kepalanya paham.
"Sekarang Darren!" Dengan cepat Darren berlari kearah jalan yang diperintahkan Boby.
"Ayo kita masuk, tapi hati-hati." Boby yang memimpin jalanan.
Mereka bertiga masuk kedalam rumah. Tak ada penjagaan seperti di film-film. Tak ada juga jebakan. Mereka dengan mulus masuk keruangan dimana Tania di sekap.
"Tania!" Jessi segera mendekat kearah Tania dan langsung memeluknya erat sambil menangis.
"Kenapa kamu bisa kaya gini? Kenapa mereka bisa lakuin kaya gini ke kamu? Kenapa mereka tega melakukannya?"
Tania yang sebelumnya pingsan, kini bangun dan terkejut melihat kakak dan Abang nya datang.
"Kak Jessi?! Bang Boby?! Bang Bayu?!" Tania dengan terharu menyebut nama mereka, tapi segera menghilangkan raut itu ketika ia sadar bahwa tempat ini berbahaya untuk mereka.
"Kenapa kalian kesini? Semuanya keluar, disini bayaha!" Kata Tania dengan marah.
"Kita disini buat bantu kamu Tania!" Kata Bayu.
"Gak usah! Abang sama kakak mending keluar aja! Disini bahaya kak, bang!"
"Tap—"
"Wahhhh, reuni yang sangat mengharukan. Bukan begitu sayang?" Dony datang dengan Ema di belakangnya. Mereka tidak datang dengan tangan kosong, tapi sambil menggenggam pistol.
Jessi segera menghalangi Tania di belakang punggungnya. Bayu dan Boby berada di samping keduanya.
"Mau apa sebenernya kalian?!" Jessi membentak.
"Bukankah mau anak sulung dari Wijaya sialan itu?" Tanya Ema pada Jessi.
"Kalian yang sialan! Fuck!" Umpat Jessi.
"Uwuuuu Kenapa kasar sekali." Ema dan Dony terkekeh mendengar umpatan yang di lontarkan Jessi pada mereka.
"Kenapa kalian lakuin ini pada Tania?! KENAPA?!" Jessi kembali berteriak.
"Hanya membalas perbuatan orang tua kalian yang sialan itu." Jawab Dony santai.
Dengan cepat, Boby dan Bayu menendang tangan Dony dan Ema yang memegang pistol.
"Wahh, berani sekali kalian!" Kemudian Boby dan Bayu berkelahi dengan Ema dan Dony.
Ke empatnya dengan lihai berkelahi, beberapa kali Boby dan Bayu di jatuhkan, tapi mereka berhasil bangkit kembali.
Hah
Hah
HahBoby dan Bayu sudah terengah-engah. Mereka berhasil menjatuhkan Ema dan Dony, karena sekarang mereka tengah tergeletak di ujung ruangan dengan sekujur tubuh penuh luka oleh Boby dan Bayu.
Disisi lain, Jessi segera melepaskan ikatan yang melilit Tania. Setelah terlepas, Tania langsung memeluk Jessi dengan lemas.
Boby dan Bayu lega melihat Tania sudah berada di pelukan Jessi. Tapi mereka terlalu menaruh perhatian penuh pada kedua kakak beradik itu sehingga tak melihat Dony yang sudah memegang pistolnya kembali yang tadi sempat terlempar.
"MATI KALIAN ANAK ANAK WIJAYA SIALAN!!"
Dor
Dor"BANG BOBY!!!!!!!" Semua yang ada di ruangan itu berteriak memanggil Boby. Karena, pistol yang di tembakan oleh Dony itu bukan mengenai Jessi atau Tania, melainkan Boby.
Bayu segera berlari ke arah Boby dan memangku kepala Boby. "Bang, bang..." Bayu sudah menangis melihat sang kakak berlumuran darah di bagian perut dan bagian dadanya.
Tania dengan terseok berjalan ke arah Boby di bantu dengan Jessi.
"Bang Boby?! Bang Boby jangan pergi!" Kata Tania sambil memeluk Boby.
Boby belum kehilangan kesadarannya, ia masih membuka matanya.
"Makasih karena udah mau jadi adek abang ya Tania," ujar Boby dengan terbata karena darah sudah mengalir di suruh bibirnya.
"Bang..." Tania menangis, begitu juga dengan Jessi dan Bayu.
Mereka melupakan Dony dan Ema yang sudah pingsan setelah menembakkan pistol itu.
"Jessi, aku akan tetep dan selalu sayang kamu," Boby kemudian menatap Jessi yang kini mengangguk.
"Bay, Lo selalu jadi adek kesayangan gue, walaupun lo nyebelin."
"Kalian mau ikut apa yang aku bilang?" Tanya Boby, matanya sudah akan menutup.
"Iya..." Semuanya mengangguk pasti.
"I wanna see your are precious smile, for the last."
Lalu, sambil menangis kencang, Bayu, Jessi dan Tania tersenyum kepada Boby, lalu Boby menutup matanya.
"BANG BOBY!" Semuanya berteriak sebelum ketiganya pingsan bersama.
Tepat saat mereka berteriak, polisi datang dengan keluarga Narendra, Wijaya dan keluarga Darren.
Tak lama kemudian polisi berhasil masuk, dan segera membawa Ema dan Dony pergi. Keluarga Narendra, Wijaya dan keluarga Darren datang ke arah empat orang yang sedang tergeletak di lantai.
"Boby, Tania?!" Semuanya terkejut melihat kedua orang yang mereka sebut itu mengeluarkan banyak darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is Tania? (END)
Mystery / ThrillerMenjadi incaran seorang psikopat, disaat usianya terbilang belia. Tania, bertemu dengan Boby yang notebane nya adalah orang asing. Boby sudah menganggap Tania sebagai adiknya, maka dari itu ia rela melakukan apapun demi Tania. Meski berkali-kali me...