8. WIT - She?

68 4 0
                                    

"Kamu mau es krim apa? Strawberry apa coklat?" Tanya Bayu pada Tania.

Bayu, Boby dan Tania sudah berada di salah satu super marketing di dekat kawasan komplek perumahan keluarga Narendra.

"Tania suka coklat bang." Jawab Tania.

"Oke deh. Bang Boby mau rasa apaan?"

"Samain aja, coklat."

"Yaudah," Bayu segera mengambil beberapa es krim coklat lalu membawanya ke kasir.

Boby sendiri yang tengah menggendong Tania mengikuti Bayu ke kasir. Setelah membayar belanjaannya, mereka keluar dan duduk di kursi yang memang disediakan di depan supermarket itu.

"Nih, ayo makan Tania es krim nya." Bayu membuka bungkus es krim lalu memberikannya pada Tania, dan Tania menerimanya.

"Tania, kenapa nangis sih tadi?" Tanya Bayu setelah ia membuka bungkus es krimnya.

Tania langsung murung, "I say, she is phsycopath." Tania masih saja kekeuh.

'she? Perempuan?' batin dua kakak beradik itu.

"Udah bay. Gausah di terusin lagi pembicaraan itu," suruh Boby dan Bayu menurut.

"Bang, Tania gak mau sekolah lagi. Disana ada dia!" Kata Tania.

"Kenapa? Dia siapa?" Bayu dan Boby mengernyit.

"'She is phsycopath!" Tekan Tania.

"Hhhh, kamu kalo gak sekolah, entar enggak kangen sama Darren? Sama temen-temen baru kamu?"

Tania merenung sebentar, "kangeen," jawabnya.

"Nah kan makanya sekolah aja ya. Darren bakal jagain kamu kok. Soal p-psikopat itu, gausah takut. Pasti dia gabakal berani sama Tania, Tania kan galak," Boby berusaha bercanda dengan Tania.

"Iya deh. Tania mau sekolah lagi," sebenarnya ia masih memiliki ketakutan dihatinya, tapi benar kata bang Boby, ia pasti akan kangen dengan Darren dan teman-teman barunya, pikir Tania.

"Eh? Darren?" Bayu menatap anak laki-laki yang baru saja akan masuk kedalam supermarket.

"Loh? Abangnya Tania ya? Halo bang!" Darren segera menyalimi Bayu dan melambaikan tangan.

"Eh? Ada Tania juga. Hai Tania," Darren juga menyalimi Boby.

"Baru juga diomongin, udah nongol aja ni bocah," Boby memutar bola mata.

"Kalian lagi ngomongin aku?" Darren menatap ketiganya polos.

"Enggak kok Darren. Aku cuma bilang, lagi kangen kamu," kata Tania yang membuat Darren sedikit tersipu lalu tersenyum.

Boby dan Bayu tersenyum geli.

"Kan tadi di sekolah udah ketemu. Masa udah kangen aja," kata Darren.

"Hehehe, cuma kangen doang kok. Oiya Darren sama siapa?" Tania melihat sekitar Darren.

"Tadi aku lagi jalan-jalan sama Papa aku, terus aku pengen es krim, makanya mampir dulu, eh aku ninggalin Papa, soalnya pengen cepet-cepet makan es krim," jawab Darren sambil menyengir lucu.

"Darren, ninggalin Papa aja. Eh siapa nih?" Papa Darren segera melihat ke arah Boby, Bayu, dan Tania.

"Tania Om, temennya Darren. Ini Abang aku, bang Boby sama bang Bayu." Tania segera memperkenalkan dirinya serta abangnya, lalu menyalimi Papa Darren begitu juga dengan Boby dan Bayu.

"Wah, cantik banget kamu Tania." Papa Darren yang gemas dengan Tania, mencubit pipi Tania pelan.

"Makasih Om," Tania tersenyum malu.

"Kalian lagi ngapain disini?" Tanya papa Darren.

"Abis beli es krim Om, ini Tania lagi pengen es krim." Jawab Bayu.

"Oh, Darren juga pengen es krim nih. Ayo Darren katanya mau beli es krim,"

"Eh, bukannya kalian anaknya Narendra?" Papa Darren menatap Bayu serta Boby sambil mengangkat alis.

"Eh iya Om, kok tau?"

"Saya, Dika Zion." Dika Zion, Papa Darren adalah pemilik perusahaan yang juga cukup terkenal seperti perusahaan Narendra. Zion dan Narendra sering kerjasama bisnis bareng, jadi tidak heran Papa Darren mengenali keluarga Narendra.

"Bukannya Narendra punya anak dua doang?" Papa Darren mengernyit. Tania merapatkan Bibirnya.

"Paaa, ayooo beli es krim. Tania aku duluan ya, mau beli es krim." Darren segera menarik Papanya memasuki supermarket.

"Dadah Tania, aku beli es krim dulu ya. Ketemu di sekolah."

"Eh iya Darren. Dadah," Tania melambaikan tangan melihat kepergian Darren dan Papanya.

"Ayo Tania, kita pulang," ajak Boby.

Lalu ketiganya pulang. Sedangkan Papa Darren yang belum masuk kedalam supermarket masih menatap Tania.

"Sepertinya aku kenal dengan wajah anak itu, tapi siapa?"

"PAPA, ayooooooo dihhhh," Darren terus menarik-narik baju Papanya.

"Iya iya, ayo."

***

"Boby, kamu kenapa ngehindarin aku sih?" Jessi tengah menahan pergelangan tangan Boby saat keduanya bertemu di depan kelas Boby.

Boby menghentikan tangan Jessi, "siapa yang ngindarin lo? Terus apa urusannya sama lo kalo gue ngindarin lo?" Boby menatap Jessi sambil mengangkat alis.

"Ya walaupun kita udah jadi mantan, seenggaknya kita bisa jadi temen Bob," kata Jessi pelan.

"Yaudah, kita temenan." Boby mengangkat bahu tak peduli.

"Hhh, yaudah Bob...maafin aku. Aku baru tau kalo kamu ngomong jujur sama aku, tapi aku yang gak percaya sama kamu. Memang mungkin kita gak di takdirin bersama, yaudah aku duluan ke kelas ya, see you next time." Jessi berlalu meninggalkan Boby yang terdiam setelah melihat senyum sendu Jessi.

"Hhh, baru sekarang lo nyeselnya? Coba aja kemaren kemaren, bisa dah gue ajak balikan lagi. Tapi sayang, sekarang gue udah bener bener gak ada rasa yang lebih buat lo Jess, mungkin." Boby menghela nafas lalu bergumam kemudian segera memasuki kelasnya, tak sadar beberapa teman sekelasnya menonton drama yang dibuatnya tadi.

"Uwiii, ketemu mantan nih yeeee. Diajak balikan gak?" Salah satu teman Boby segera menggodanya.

"Apasih, gue enggak balikan. Lagipula gue udah gak ada rasa lagi sama dia," Boby mendelik pada temannya itu.

"Uhuuuuw, good Lah mau gue gas deh kalo gitu," teman Boby itu segera tersenyum miring.

"Eh, ah, em. Kalo lo mau ngegas dia, gue udah ikhlasin tapi gue berharap lo bener bener jagain dia," Boby agak salah tingkah ketika ditatap geli oleh teman-temannya yang lain.

"Dih, gue gak perlu keikhlasan lo,  kan lo udah mantan." Kata teman Boby yang lalu tertawa diikuti teman-temannya.

Boby mendelik kesal menatap teman-temannya itu, "bacot lah." Ia kemudian mendudukan dirinya di kursinya.

***

Santai dulu

Who Is Tania? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang