Sudah hampir dua minggu sejak Boby siuman. Kini lelaki tersebut sudah pulih total, walaupun ia masih harus sering mengecek ke dokter karena masalah organ yang sempat kena peluru pistol.
Sekarang, keluarga Narendra sedang berada di Amerika. Mereka semua akan menjenguk Tania.
Saat Boby siuman, bunda langsung menelpon mentari dan mengabari bahwa Boby sudah siuman. Mentari sangat senang mendengarnya. Dan setelah itu, semua keluarga Wijaya mengetahuinya, kecuali Tania.
Ngomong-ngomong soal keluarga Darren. Mereka menjalani kehidupannya seperti biasa. Terkadang jika ada waktu luang, keluarga mereka mengunjungi Boby dan juga Tania, walaupun ketika mereka mengunjungi Tania, mereka tak bertemu langsung dengan Tania.
"Ruangan atas nama Tania Luna Wijaya." Kaluarga Narendra sudah berada di rumah sakit tempat Tania dirawat.
"Boby!" Belum sempat resepsionis itu menjawab, seseorang dengan cepat memeluk Boby erat.
"Aku kangen sama kamu bob. Aku seneng banget kamu udah sehat." Jessi melepaskan pelukannya saat merasa diperhatikan oleh banyak orang.
"Aku juga kangen sama kamu. Sama Tania juga, dimana kamarnya?"
Jessi kemudian membawa keluarga Narendra ke kamar rawat Tania.
Saat semuanya tiba di kamar rawat Tania, Tania sedang tertidur pulas. Di sana tak hanya ada Tania, melainkan ada Mentari dan Bima yang duduk di sofa dekat ranjang.
"Bim," sapa Ayah Reno.
"Reno?! Kenapa gak ngabarin mau dateng?" Bima dan mentari agak terkejut dengan kedatangan tiba-tiba Ayah dan Bunda. Belum lagi kehadiran Bayu dan tentu saja Boby membuat Bima dan mentari langsung mendekati Boby lalu memeluknya.
"Sengaja biar surprise. Tapi Tania nya lagi tidur." Jawab Boby sambil membalas pelukan Bima.
"Ya ampun! Kamu ini baru sembuh loh, udah pergi pergi segala!" Tegur mentari, sedangkan uang ditegur hanya terkekeh pelan.
"Boby udah kangen sama Tania." Boby menatap sayu Tania yang masih memejamkan matanya.
Setelah itu, para keluarga duduk di sofa yang untungnya muat untuk menampung mereka semua karena sofa itu membentuk leter L yang cukup luas.
Mereka bercengkrama sambil membahas mengenai keadaan Tania yang semakin hari semakin parah. Mendengar cerita itu, hati Boby sakit. Mendengar sang adik harus melalui itu semua.
"Tania..." gumam Boby pelan.
Bima dan mentari pun terlihat sedih ketika menceritakan semuanya, termasuk Jessi yang sekarang sudah terisak di samping Boby. Melihat itu semua, mau tak mau ayah dan bunda ikut merasakan kesedihan itu.
Di dalam suasana diam yang hanya terdengar suara Isak tangis, seorang anak kecil tengah menatap kearah beberapa orang yang sedang terisak itu.
Matanya yang sayu nan sembab memperhatikan kearah dua orang pemuda yang sedang menutupi wajahnya dengan tangan.
Tanpa sadar, air mata anak itu menetes. Yang tadinya hanya tetesan, kini mulai mengalir deras. Tapi sampai air mata itu sudah mengalir, tak ada satupun yang sadar akan dirinya. Baru ketika anak itu memanggil lirih, semuanya langsung terkejut menatap kearahnya.
"Abang..." Air matanya masih mengalir. Bibirnya yang pucat bergetar karena tangisan itu berubah menjadi isakan.
Tanpa aba-aba, Boby langsung mendekati anak kecil itu, Tania, dan langsung memeluknya erat.
"Tania adik Abang." Boby tak bisa menahan tangisannya lagi ketika ia memeluk erat Tania.
"Abang..." Begitu pula dengan Tania yang tangisannya semakin menjadi.
Disisi lain, para orang tua termasuk Bayu dan Jessi sudah berurai air mata. Merasa terharu sekaligus bahagia.
"Abang kemana aja? Tania kangen sama Abang..."
"Tania nunggu Abang Dateng jemput Tania..."
"Bawa Tania keluar dari tempat ini..."
Boby masih setia memeluk Tania ketika anak itu mulai berbicara.
"Tania gak mau disini, Tania gak suka..." Suara Tania yang parau dan serak membuat orang-orang yang ada disitu semakin menangis kencang.
"Sssttttt." Boby mengelus rambut Tania menenangkan.
"Sekarang Abang di sini kok. Tania gak usah sedih lagi ya, jangan takut, ada Abang." Boby kemudian melepaskan pelukannya dari Tania.
"Abang bakal jadi Abang Tania terus kan? Gak bakal tinggalin Tania kan?"
Boby menatap Tania. Hatinya tersayat melihat keadaannya sekarang. Wajahnya yang pucat, tatapan mata yang terlihat kosong, matanya sembab dan berkantung mata, bibirnya pucat.
Seorang anak kecil sudah berjuang melawan kesakitannya, melawan ketakutannya.
Dalam hati Boby merasa tidak becus menjaga adik perempuannya itu. Ia merasa bersalah, ia merasa pantas disalahkan atas apa yang terjadi pada Tania. Tapi ia menepis itu, berkata dalam hati bahwa dengan ini, ia akan menjadi seorang kakak yang baik, yang menjaga dengan sepenuh hati sang adik.
Boby mengangguk mantap. "Abang akan selalu menjadi Abang Tania, yang selalu jagain Tania, yang selalu hibur Tania kalo Tania sedih, yang selalu jailin Tania, yang akan selalu sayang sama Tania." Boby kembali memeluk erat Tania.
Semuanya terharu melihat itu semua. Kini, orang-orang yang mereka sayang telah baik-baik saja. Telah selamat dari maut dan bahaya setelah bertahan beberapa bulan.
***
Beberapa Minggu setelah acara pertemuan itu, Boby dan keluarga Narendra ikut menemani proses pengobatan Tania. Hingga pada saat ini, akhirnya Tania dinyatakan sudah pulih dan ia bisa pulang ke Indonesia.
Semuanya senang, semuanya bahagia. Mereka akan memulai kembali ke kehidupan mereka seperti semula.
"kita adalah keluarga terlepas dari status kita sebagai orang asing."
—Boby Narendra—
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is Tania? (END)
Mystery / ThrillerMenjadi incaran seorang psikopat, disaat usianya terbilang belia. Tania, bertemu dengan Boby yang notebane nya adalah orang asing. Boby sudah menganggap Tania sebagai adiknya, maka dari itu ia rela melakukan apapun demi Tania. Meski berkali-kali me...