"Baru kali ini bisa merasakan bahagianya hidup bebas.
Tanpa kekangan,
Tanpa rasa takut,
Juga tanpa siksaan,
Bahkan diri ini seakan lupa
Bahwa masih banyak masalah hidup yang menerpa
==="Cie yang lagi patah hati ...." Ledek Qeela pada Ajeng yang akhir-akhir ini sering melamun.
"Tuh bibir manyun mulu dah, senyum ngapa?"
"Btw elu patah hati gara-gara apa sih, Jeng?" Tanya Luna si cewek kurang update.
"Belom tau, Lun? Itu loh ... si Ilham sama kak Tammy mulai dua hari yang lalu sampai lusa kan ikut olimpiade, jadi mereka nginap di hotel gitu," Ucap Qeela menjelaskan.
"Hah, sekamar?!"
"Ya kali, enggak lah! mereka itu cuma dikarantina!" Sahut Ajeng yang mulai naik darah.
Pftt
Luna terkekeh menertawakan sahabatnya. Begitu juga Qeela yang nyengir tanpa dosa.
"Wow, ada yang marah nih"
"Diem lu pada!" Teriak Ajeng pada kedua sahabatnya.
***
Dua hari telah berlalu, Ilham kembali bersekolah setelah menyelesaikan olimpiade. Seperti biasa, Ajeng akan jadi orang pertama yang selalu menyapa kedatangannya dengan ceria.
"Hai Ilham! Gimana olimpiadenya? Lancar? Menang?"
"Alhamdulillah, menang dong" jawab Ilham dengan pedenya.
"Asyik... selamat!"
"Thankyou." Ilham tersenyum tipis. Mereka berdua segera duduk di tempat setelah mendengar bunyi nyaring bel sekolah.
***
Mata pelajaran jam terakhir hari ini adalah kimia. Semua murid sudah dikelompokkan oleh guru mereka untuk melakukan suatu penelitian.
Ajeng berkelompok dengan Gilang, Arnold, Qeela, dan Ilham. Mengetahui mereka termasuk anak yang pintar di bidang kimia, Ajeng merasa paling bodoh di kelompoknya. Malu. Terlebih lagi ada Ilham, beuh cemana pula. Yang ada salting-salting molo.
"Oi Jeng, ini masker sama sarung tangan lu!" Panggil Qeela pada Ajeng yang masih berdiri di depan pintu lab.
"Kita mau ngapain sih?" Tanya Ajeng bergidik ngeri saat melihat di meja depannya ada seekor katak yang masih hidup dalam tempat tertutup.
"Bedah katak" jawab Ilham datar, sambil menyiapkan tempat bedah dan alat2nya.
"Ajeng takut hiyahiya!" ledek Gilang
"Apa sih, kaga lah!" jawab Ajeng dengan pedenya
"Oke, jadi Ajeng yang keluarin kataknya dari toples," sahut Ilham dengan seringai jahilnya.
"Lah kok gue?!"
"Kenapa? Takut?"
Dengan cepat Ilham meletakkan toples berisi katak itu ke tangan Ajeng.
"N-ngga lah mana ada takut!" Ajeng membuka tutupnya perlahan, kemudian mulai memasukkan tangannya yang terselimuti sarung tangan karet ke dalam dan berhasil mengeluarkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Fella (Alsand) [COMPLETE]
Teen FictionMaaf, aku telah gagal menjadi sahabatmu. Karena sungguh, rasa kagum ini melebihi dari yang seharusnya. Kembalilah sebagai teman, lupakan bahwa dulu kau tahu aku menyukaimu.