Betapa hebatnya dia menipu orang lain.
Pandai menyembunyikan luka,
Pandai sekali membungkus kesedihan dengan senyuman***
"Mau gue panggilin security ya, lu?!"
"Eh jangann, gue udah susah payah buat nyari lo dari kemaren, masa sekarang lo tega ngusir gue gitu aja?!" Protes Ajeng kesal
"Whatever, tambah pusing gue" Ilham kembali berbaring di ranjang, dan memiringkan posisi badannya menghadap jendela.
"Ilham.. gue minta maaf"
"Buat apa?"
"Buat ayah lo.."
"Yang lo lakuin itu cuma self defense, jadi gausah minta maaf," ucapnya dingin.
"Jadi gue dimaapin ga?"
"Udah gue bilang. Lo enggak salah" jawabnya datar masih dengan memandang keluar jendela.
"Oke."
"Udah kan minta maafnya? Sekarang lo pulang."
"Gamau"
"Gue panggil security ni"
"Bodo amat. Panggil aja gapapa."
Keheningan seketika terjadi di antara mereka. Cukup lama, sampai salah satu di antaranya memecah sepi.
"..gue kangen sama lo" ucap Ajeng Lirih
"Hah? Kangen?" Sahut Ilham lantas menoleh ke Ajeng. Sedangkan gadis itu hanya tertawa renyah melihat raut wajah Ilham yang kebingungan.
"Gue denger ya, lo ga perlu bisik-bisik"
"Emang gue sengajain biar lo denger, bego! Tumben kali ini peka," Ucap Ajeng terkekeh.
Tak disangka-sangka mereka pun saling bersenda gurau sore itu. Akhirnya Ajeng bisa melihat senyum manis Ilham lagi. Walaupun dengan wajahnya yang pucat itu, ia masih bisa melihat sedikit sinar dari senyumannya.
"By the way.. kenapa lo dirawat disini, Ham?"
"Gue enggak pengen ada di sini.. gue mau pulang, gue mau sekolah!" Jawabnya dengan nada tinggi seketika membuat Ajeng tak ingin bertanya hal-hal lainnya yang berkaitan lagi
"Lah kok ngamuk? Oke okee.. tapi kenapa lo enggak kasih kabar ke gue sih? Jawab kek chat gue!"
"Hahaha maaf, HP gue ketinggalan di rumah"
"Yaelah"
"Eh udah maghrib ni, ngga pulang, Jeng?
"Trus lo disini sama siapa?"
"Kan ada dokter" jawab Ilham terkekeh
"Gue tau.. maksudnya tuh yg nemenin dan jaga lo disini, ntar kabur lagi."
"Perempuan ga baik pulang sendirian malam-malam, Jeng.."
"Beneran ni gapapa gue tinggal?"
Ilham hanya mengangguk cepat untuk meyakinkan Ajeng.
"Yaudah gue pulang ya.. get well soon, Ham" Ajeng mengambil tasnya lalu berjalan keluar dari ruangan itu.
"Iya"
"Jeng," panggil Ilham lagi
"Ya?"
"Makasih udah mau dateng" ucap Ilham sambil memamerkan senyum manisnya
Ajeng yang mendengarnya hanya bisa menganggukkan kepala sambil menahan "blush" di pipinya.
***Tiga hari sudah berlalu. Kini tiap sehabis pulang sekolah, Ajeng slalu menyempatkan dirinya untuk berkunjung ke rumah sakit. Selain menjenguk Ilham, ia juga rutin belajar bersama dengan pria itu.
Hari ini Ajeng sangat senang. Ia pulang lebih cepat dari biasanya.
"Ilham Alvian!!" Ucap Ajeng berteriak yang tiba-tiba masuk ke ruangan Ilham.
"Astagfirullah, bisa ga sih gausah ngagetin? ketuk pintu dulu kek, terus salam juga!" Ucap Ilham kesal
"Ehehe maap, lupa" kekeh Ajeng kemudian duduk di samping ranjang Ilham
"Itu apa?" Tanya Ilham menatap sebuah plastik kantung besar di tangan Ajeng.
"Guess what...? ini semua buku komik!" jawabnya semangat lalu mengeluarkan buku-buku itu.
"Ini semua buat lo Ham, gue bawain dari rumah biar lo ga bosen di sini"
Ilham membuka satu-persatu buku itu. Ia tampak sangat senang dengan matanya yang berbinar-binar.
"This is.. thankyou!" Ucapnya masih sambil melihat-lihat buku itu.
"Gue tau lo cinta banget sama komik anime jepang, apalagi horror. Beuh. Untung gue masih simpan banyak di rumah"
"Jeng, Gue suka banget sama buku zombie apocalypse series yang ini!!" Teriak Ilham histeris
"Oh yang The Walking Dead? gue juga suka yang itu parah!"
"Iya, seru parah si ceritanya!" Ucapnya senang
"Tahu enggak hari ini gue seneng banget gara-gara apa?"
"Apa?"
"Tadi presentasi gue yang terbaik dong di kelas! Yuhu"
"Oh.. siapa dulu dong yang ajarin," ucap Ilham menyombongkan dirinya.
"Iya iya Mr. Ilham" Ajeng tertawa kecil
Ia sangat senang melihat wajah bahagia Ilham hari itu. Tak akan ada lagi wajah datar dan pedihnya setelah ini. Ia harap.
===
iya tenang aj jeng di rumah writer banyak komik anime ga kebaca, ntar dibungkus buat doi
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Fella (Alsand) [COMPLETE]
Teen FictionMaaf, aku telah gagal menjadi sahabatmu. Karena sungguh, rasa kagum ini melebihi dari yang seharusnya. Kembalilah sebagai teman, lupakan bahwa dulu kau tahu aku menyukaimu.