Setiap detail dari pertengkaran mereka
Sungguh terekam jelas
Dan tersimpan tuk selamanya
Dalam memoriku===
Brakk!
Ilham membanting keras pintu kamarnya, lalu keluar dari rumah dan berlari tanpa arah.
Meski sudah melakukan berbagai cara untuk mencari perhatian orangtua angkatnya, itu semua percuma. Tak ada upaya yang berhasil menghentikan pertengkaran mereka selama ini.
***
Hari-hari terlewat dengan sangat cepat.
Ajeng dan Ilham semakin akrab. Bukan sahabat sih. Hanya teman dekat. Kini Ilham sudah mau bergaul dengan teman-teman di kelasnya. Tidak semua sih, hanya beberapa. Mengingat permintaan neneknya untuk selalu tersenyum, Ilham sudah sedikit menghilangkan sifat dinginnya saat ini.
"Ham!" Panggil Ajeng pada Ilham yang sedang beranjak masuk ke dalam kelasnya. Sedangkan cowok itu hanya menoleh dan mengangkat satu alisnya seolah bertanya 'ada apa?'.
"Gue tunggu di kantin, ya!" Teriak Ajeng lalu pergi meninggalkan Ilham
Cowok itu hanya mengangguk kemudian melanjutkan jalannya.
***
"Es teh satu ya mak, lo apa Ham?" Tanya Ajeng berpaling sejenak dari emak kantin.
"Samain aja."
Ajeng yang mendengar itu pun langsung memesan menu yang sama pada emak kantin. Tak lama kemudian, ia pun membawa makan dan minumannya ke tempat Ilham dan duduk.
"Lo ngajak gue kesini ada apaan?" Tanya Ilham memulai topik terlebih dahulu.
"Biasa, mau minta ajarin matematika sama sensei Ilham Alvianorios," Ajeng terkekeh receh.
"Gue enggak suka sebutan itu, panggil Mr. Ilham aja." Ilham ikut-ikutan tertawa.
"Lo dari mana aja sampai enggak ikut pelajaran tadi?" tanya Ajeng pada Ilham sembari mengunyah makanannya.
"Ruang guru."
"2 jam disana? Ngapain?"
"Gue masuk kelas aksel," Jawab Ilham singkat.
"Hah? Kelas percepatan itu? Lo yakin mau lulus tahun depan?!!" tanya Ajeng kaget seketika meninggikan nadanya.
"Bukan gue yang mau. Tapi ayah gue,"
"Itu artinya... kita enggak bisa lulus bareng, dong?"
Ilham mengangguk dan menampakkan wajahnya yang sedikit murung.
"it's okay! Lo masih bisa ajarin gue kalau ada materi yang ga gue paham, kan?" Lanjut Ajeng dengan semangat.
"Bisa kok,"
Ajeng tersenyum puas mendengar jawaban Ilham.
"Yaudah ayo, sini mana yang mau lo tanyain?" Sambung Ilham tak kalah semangatnya.
Mereka pun belajar bersama hari itu. Seperti biasa diselingi gurauan, belajar mereka jadi tidak serius.
Namun tiba-tiba...
Tes!
"Astagfirullah" Ilham cepat-cepat mengusap cairan yang menetes dari hidungnya.
"Darah? Lo mimisan, Ham?" tanya Ajeng seketika panik melihat bukunya yang tertetesi noda merah.
"Gue ke toilet sebentar, ya" Ucapnya tanpa menjawab pertanyaan Ajeng. Cowok itu berlari sambil menutupi hidungnya dengan tangan.
Seusai membersihkan hidungnya, Ilham kembali menemui Ajeng di kantin. "Maaf, buku lo jadi kotor begini."
"Enggak apa-apa, santai aja. Lo lagi sakit, ya?" tanya Ajeng sambil serius menatap Ilham. Wajah cowok itu mendadak saja terlihat pucat.
"Kagak."
"Yang bener?"
"Iya, balik ke kelas yuk," Ajaknya lalu berbalik badan. Ajeng yang masih cemas pada temannya itu hanya mengangguk pelan. Ia kemudian berdiri dari tempat duduknya dan mengikuti langkah Ilham.
***
Hari berlanjut hingga malam..
Ilham sedang sibuk dengan bukunya saat ini. Ia mengurung dirinya di dalam kamar. Jam sudah menunjukkan waktu setengah sebelas malam. Namun ia masih saja belum bisa memejamkan mata dan akhirnya memutuskan untuk belajar.
"Aku enggak tahu mau cari duit dimana lagi buat pengobatan Ilham, mas!" Teriak Mira, ibu angkat Ilham dari balik pintu.
"Uang itu enggak akan habis kalau kamu enggak pakai buat belanja barang-barang non faedah!!" Balas Yudha -ayah angkat Ilham- dengan tak kalah kerasnya.
Meskipun hari sudah larut malam, mereka masih saja beradu mulut. Ilham hanya dapat menutup kedua telinganya rapat-rapat. Jika melerai mereka, justru dirinya juga yang kena imbas.
"Aku juga kerja mas! Kita berdua kerja! Tapi duit ini enggak akan habis kalau kamu gapake buat mabuk-mabukan!!"
"Udah deh bu, tahu dari mana kalau aku sering begitu?"
"TIAP PULANG KERJA KAMU BAU ALKOHOL, MAS! KEMARIN JUGA AKU LIHAT KAMU LAGI MABUK-MABUKAN SAMA TEMAN KAMU DI TEMPAT BAR ITU!"
"... !!"
PRANGG!
Ilham benar-benar sudah tidak tahan. Tangannya yang tengah menggenggam bulpoin bergetar hebat.
Uhuk, uhuk!
Napasnya tersengal-sengal. Dadanya kembali terasa nyeri. Kepalanya berat. Ia pun menjatuhkan kepalanya pada meja dan merasakan semuanya gelap.
===
Vote woi awas lu baca doang ♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Fella (Alsand) [COMPLETE]
Teen FictionMaaf, aku telah gagal menjadi sahabatmu. Karena sungguh, rasa kagum ini melebihi dari yang seharusnya. Kembalilah sebagai teman, lupakan bahwa dulu kau tahu aku menyukaimu.