Kata ahli,
Butuh seseorang yang datang untuk sungguh-sungguh mencoba dan meluluhkan penghalang orang berhati dingin.Bodoh sekali,
Kupikir, dengan mudahnya
aku bisa menjadi si peluluh itu***
Ilham terbangun dari tidurnya. Masih dengan posisi yang sama, yaitu posisi kepala di atas meja belajar. Oh Tuhan, Ilham pikir ia tak akan bisa membuka matanya kembali. Cowok itu pun terduduk sambil memijat pelan tengkuknya yang terasa pegal.
"Not today, Ilham." Ucapnya lirih lalu bangkit dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah
***
Saat Istirahat sekolah tiba.
Ajeng mengajak Ilham ke atas rooftop sekolah berdua. Ia ingin mengungkapkan rasa yang selama ini ia pendam.
"Ilham, kita kan udah berteman lama banget nih," Ujar Ajeng yang hanya dibalas cowok itu dengan anggukan kepala.
"P-pertama kali ngelihat lo itu, gue udah ngerasa..." Ajeng menghentikan ucapannya sejenak. Sedangkan Ilham masih diam tak berkutik, menunggu kalimat Ajeng selanjutnya.
"Gue... suka sama lo Ham, gue mau jadi pacar lo,"
Ilham terkejut dengan pernyataan Ajeng. Satu-satunya teman terdekat di kelas yang ia punya, selama ini telah menyimpan rasa terhadap dirinya.
"Gue kira lo udah berubah, Jeng."
"Emang gue belum berubah cukup baik, ya..?" Ajeng berucap dengan lidahnya yang kelu.
"Oh... jadi lo mau berubah cuma gara-gara gue? Bukan karena Tuhan?"
Ajeng menunduk. Tiba-tiba saja ia merasa takut dan tidak berani menatap langsung kedua netra Ilham. Ia sangat takut dengan teman laki-lakinya ini.
"Sorry Jeng, gue enggak bisa."
Hatinya pecah berkeping-keping. Ajeng mengangguk pasrah, dan berusaha menerima kenyataan.
"Oke! Kembalilah sebagai teman, lupakan bahwa dulu lo tau kalau gue suka sama lo. Simple kan?!"
Tanpa menjawab apa pun, Ilham berbalik dan mulai berjalan meninggalkan Ajeng.
Dengan cepat gadis itu berlari dan menarik lengan Ilham. "Kenapa sih, Ham?! Jangan gini juga dong, Maafin gue-"
"Maaf, bukan mahram." Ujar Ilham memotong ucapannya.
Ajeng yang baru menyadari hal itu spontan melepaskan genggaman tangannya.
"Gue kecewa sama lo, Jeng" Ucap pria itu lalu pergi meninggalkan Ajeng seorang diri di rooftop sekolah.
Ajeng terdiam, membeku di tempat. Kalimat Ilham yang terakhir benar-benar membuat hatinya teriris.
Ia benar-benar tak paham dengan cowok itu. Sudah lama sekali ia berteman dengannya, dan seringkali pula Ajeng melihat tingkah laku anehnya. Ajeng kira ia sudah berhasil membuat pria itu jatuh cinta padanya. Namun harapannya saat ini dibuat hancur begitu saja.
***
Hari demi hari terlewati. Jarak di antara Ilham dan Ajeng semakin merenggang. Bak orang tak kenal, tatap-tatapan pun mereka masih enggan.
Tring!
Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Ajeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Fella (Alsand) [COMPLETE]
Teen FictionMaaf, aku telah gagal menjadi sahabatmu. Karena sungguh, rasa kagum ini melebihi dari yang seharusnya. Kembalilah sebagai teman, lupakan bahwa dulu kau tahu aku menyukaimu.