Rasa ingin menyerah ini terus saja memaksaku.
Kadang ku berharap tuk bisa segera menghilang,
Meninggalkan rasa lara di dunia ini,
Namun, apakah ada yang merindukan hadirku nanti?===
"Paru-parunya kemasukan cairan. Itu yang buat oksigen susah masuk ke saluran pernapasannya. Tapi gausah khawatir, dokter Rafi bilang masa kritisnya udah lewat kok, Jeng" ucap Tammy mencoba untuk menenangkan Ajeng -yang juga ikut drop semalam.
Dari senyumannya, Ajeng dapat menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dari Tammy.
"Tapi kak-"
"Udah dengar dia belom? temanmu itu gapapa sayang!" potong mama Ajeng dengan nada yang cukup tinggi
"Ajeng mau lihat Ilham, mah!"
"Lo harus istirahat Jeng, perhatiin keadaan lo juga" sahut Tammy kemudian tersenyum sejenak. ia pun pamit keluar dari kamar Ajeng.
"Mama kenapa si segitu bencinya sama Ilham? Dia itu sahabat aku dari kecil, mah!"
"Justru itu mama gasuka, mama gamau kecelakaan bodoh itu terjadi lagi sama kamu sayang. Sudah cukup ini yang kedua kali"
"Mama kenapa sih gapernah kasihtau Ajeng kalau Ilham itu sahabat kecil aku? Ilham itu udah anggap mama sebagai ibu dia sendiri dari dulu!"
"BISA NGGA SEKALI INI AJA KAMU TURUTIN PERMINTAAN MAMA?!"
Ajeng tertegun. Pertama kali ia merasakan sakitnya dibentak mama sendiri. Rasanya beda sekali dengan bentakan orang lain. Mungkin karena selama ini ia selalu dimanja-manjakan oleh orangtuanya.
"M-maaf sayang, mama gabisa tahan emosi tadi. Sekarang.. makan ya? Mau mama suapin?" Tanya mama seraya mengambil bubur di meja.
"Enggak deh. Aku mau tidur aja, ngantuk" Ajeng mengubah posisi tidurnya membelakangi wanita paruh baya itu.
Mama Ajeng terdiam. Beberapa saat kemudian ia pun mengeluarkan suaranya lagi.
"Mau lihat Ilham?"
Seketika Ajeng berbalik menghadap mamanya dengan mata yang berbinar.
"Beneran?!"
"Tapi makan dulu ya?"
Ajeng hanya mengangguk cepat kemudian membuka mulutnya lebar-lebar.
***
Ceklek
Mama membuka pintu ruangan Ilham perlahan, karena tak ada yang merespon ketukannya sejak tadi. Namun saat mereka masuk, tak ada seorang pun di dalam.
"Kok kosong ma?" Tanya Ajeng heran
"Mama juga gatau, Jeng"
"Coba cek kamar mandi, mah!" sahut Ajeng yang mulai panik
"Enggak ada juga, sayang"
"Mama yakin Ilham masih ada di rumah sakit, barang-barangnya ada di sini kok, jangan panik dulu"
Mama menarik kursi roda Ajeng keluar dari ruang Ilham yang kosong. Mereka pun berkeliling untuk mencari, sambil sesekali bertanya ke dokter dan perawat yang lalu - lalang.
"Itu kak Tammy kan, mah?" Tanya Ajeng seraya menunjuk Tammy yang sedang duduk seorang diri di kursi tunggu.
Tanpa menjawab apa pun, mama mendorong kursi roda Ajeng untuk mendekati Tammy
"Kak Tammy!"
Tammy yang merasa namanya dipanggil pun menoleh.
"loh kalian kok?" Tammy cepat-cepat mengusap cairan di pipinya.
"Ilham kenapa kak?" Tanya Ajeng to the point.
"Dia.. masuk ke ruang itu.." jawab Tammy sambil menunjuk ke ruangan di depannya.
Ajeng spontan tertegun ketika mendapatkan tulisan "ICU" di papan kecil yang tertempel di atas pintu ruang itu.
"Sejak kapan Tam?" Tanya mama yang sejak tadi menyimak.
"Ngga tau te, pas Tammy balik dari kamar Ajeng tadi, dia udah dibawa kesini"
Ajeng hendak membuka mulutnya, namun tiba - tiba dokter keluar dari ruang ICU.
"Paru-parunya tak bisa bertahan lebih lama lagi, Ilham harus segera mendapatkan donor dan melakukan operasi transplantasi secepatnya, sebelum keadaannya semakin memburuk" ucap dokter Rafi lirih
"Kalo gitu lakukan secepatnya kak! Plis!" Rengek Ajeng di pelukan Tammy.
"Tapi ga gampang nyari donor paru-paru yang cocok, Jeng. Asal lo tau.. punya gue aja ngga cocok buat Ilham" ucap Tammy sambil memijat keningnya lelah
"Saya sudah berusaha mencari selama bertahun-tahun agar Ilham bisa dioperasi, tapi sampai sekarang belum ada paru-paru yang cocok dengan dia." lanjut dokter Rafi dengan nada putus asa.
Isakan Ajeng semakin keras. Mama berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan putri tunggalnya itu.
"Ada satu hal penting lagi yang harus kami beritahu padamu, Ajeng" ujar dokter Rafi kemudian melirik mama.
Mama Ajeng yang mengerti pun membalas lirikan dokter dengan anggukan.
"Kita udah nemuin donor jantung yang cocok buat kamu sayang. Kamu bisa dioperasi sekarang juga. Ayo siap-siap?" ucap mama lembut.
===
Wah siapa yg donorin? Hehe
HUAAA
(Ini judul dan cover sebelum direvisi, pembaca lama pasti tahu ya wkwk)
Padahal sebelumnya aku ngga tau cara ikutan watty awards, dan beneran deh aku ngga ngedaftar, tapi tiba-tiba aja ada notip telah terdaftar:v *ko bisa gitu yak, siapa yang ngedaftarin coba:v
Ga berharap buat menang sih, tapi masuk ke daftar gini aja udah seneng alhamdulillah wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Fella (Alsand) [COMPLETE]
Teen FictionMaaf, aku telah gagal menjadi sahabatmu. Karena sungguh, rasa kagum ini melebihi dari yang seharusnya. Kembalilah sebagai teman, lupakan bahwa dulu kau tahu aku menyukaimu.