Penyesalan.
Satu kata yang bermakna peringatan,
Yang selalu muncul di akhir cerita,
Dan yang sungguh menyadarkan kita, bahwa waktu tak akan dapat kembali diputar.
===Seorang wanita setengah baya tampak memeluk sebuah batu nisan di depannya. Hari ini hujan turun dengan deras. Namun Ia tetap pada posisinya, berjongkok seorang diri tanpa payung atau jas hujan.
"Ibu menyesal, Ham.. ibu sangat menyesal.."
"Ibu masih ingat.. sebelumnya Ilham pernah bilang kan ke ibu? kalo Ilham itu.. tidak butuh obat atau alat-alat medis lain yang harganya mahal. Tapi Ilham cuma butuh kasih sayang dari keluarga, dari orang tua, dari ibu dan ayah.."
"Maafkan ibu nak.. yang tak pernah mau mendengarkan permintaanmu itu.."
Hujan turun bersamaan dengan menetesnya buliran air bening, yang berasal dari sepasang mata wanita itu.
"Dulu, ibu tidak bisa dikaruniai seorang anak. Namun setelah menemukanmu ibu dan bapak sangat senang, nak. Kami berdua berjanji untuk merawatmu dengan penuh kasih sayang. Dan kami mengingkarinya."
"Ada kah sosok di luar sana yang sama buruknya seperti ibu? Kurasa tidak. Aku sangat tak pantas dikatakan sebagai seorang ibu. Mana ada ibu yang enggan merawat putranya sendiri?"
Mira mulai menggigil kedinginan. Wanita itu semakin mengeratkan pelukannya untuk menghangatkan diri.
Namun tiba-tiba, ia merasa dirinya tak terkena hujan lagi. Padahal butiran air yang jatuh dari langit itu masih turun dengan deras.
"Tante Mira..?"
Datang dua orang dari belakangnya. Mereka dengan sigap memayungi Mira dari hujan.
"Ikhlaskan Ilham, Tante.. ini kehendak Allah, biarkan dia pergi dengan tenang."
"Iya tante, dia enggak akan tenang di sana sebelum tante merelakan kepergiannya." Tammy dan Ajeng menjongkokkan dirinya setara dengan Mira untuk menenangkan wanita itu.
"M-maafkan ibu, ham. Yang waktu itu sudah meninggalkanmu sendiri. Kemana saja ibu selama ini?! Dimana saja ibu sewaktu masa-masa terakhirmu nak? 3 hari setelah kau pergi, mengapa ibu baru menyesali hal ini?! Ibu pun sangat heran dengan diri ibu sendiri nak.."
Ajeng dan Tammy saling bertatapan bingung. Muncul sedikit rasa iba dengan wanita itu. Meski masih ada rasa kecewa padanya, Ajeng tahu sebenarnya Mira adalah sosok ibu yang baik.
"Sudahlah tante, penyesalan selalu datang terakhir. Semua ini sudah terjadi, dan pastinya takkan bisa diulang lagi," Ucap Ajeng mencoba menghentikan tangisan Mira.
"Pulang yuk, tante udah menggigil kedinginan gitu.."
"I-iya"
Mereka bertiga berdiri, kemudian berbalik dan mulai berjalan pelan meninggalkan pemakaman. Penyesalan itu sudah tak ada gunanya lagi sekarang.
***
Di malam ini, ketika langit masih setia menurunkan hujan, Ajeng menatap cukup lama layar ponselnya. Terpampang foto Ilham di sana, dengan senyum manisnya yang hangat.
Sahabatnya itu memang punya muka dingin yang selalu memendam kepedihan. Namun, sekalinya tersenyum justru nampak memilukan.
Foto itu diambil 2 minggu yang lalu, tepat setelah operasi Ajeng berhasil. Yang Ia tahu kondisi sahabatnya benar-benar membaik ketika itu.
Namun siapa sangka ia akan pergi tepat satu bulan setelahnya?
"Lo lagi apa di atas sana, Ham..? Semoga lo bahagia ya, karena di sana ga ada tuh yang namanya kesengsaraan, kesakitan, dan kesedihan.."
Ajeng mematikan ponselnya, kemudian menekan tombol 'off' lampu dan menyelimuti dirinya dengan selimut.
"Good night, my fella.."
=== End ===
Akhirnya setelah setaun aku buatin juga epilognya 😭
Maapin yak boro2 buatnya jadi kalo ga sesuai ekspektasi atau gimana gtu maapkeun
GAIS BACA YAKK, PERAN UTAMA? OF COURSE ALWIIII HEHE
Di profilku okee, arigatooo
KAMU SEDANG MEMBACA
Just a Fella (Alsand) [COMPLETE]
Подростковая литератураMaaf, aku telah gagal menjadi sahabatmu. Karena sungguh, rasa kagum ini melebihi dari yang seharusnya. Kembalilah sebagai teman, lupakan bahwa dulu kau tahu aku menyukaimu.