17 "Promise?"

1.2K 175 23
                                    

Janji,
Ia yang sulit menepatinya
Namun mengapa justru diriku,
Yang merasa sangat pesimis?

===

Dua hari kemudian, Ilham sudah dipindahkan ke ruang inapnya kembali. Namun ia belum juga bangun dari tidur panjangnya.

Ajeng masih duduk di kursi roda, sambil sesekali melirik sahabatnya yang terbaring lemah itu. Pagi ini ia menemani Ilham sendiri di ruangannya.

"Ham, bangun dong. Gue mau cerita nih"

Ajeng merebahkan kepalanya di sisi ranjang Ilham karena mengantuk. Tak lama kemudian ia pun tertidur pulas dalam posisi duduknya.

***

Ilham membuka matanya perlahan dan mendapati pemandangan kamar bernuansa putih. Dengkuran pelan seseorang di tepi ranjangnya membuat Ilham menoleh.

Gadis berkerudung ungu dengan gelang hijau merah yang masih senantiasa melingkar di tangannya sedang tertidur lelap.

Ilham menggerakkan tangannya untuk menyentuh pelan kepala gadis itu. Ajeng pun spontan terbangun karena sentuhan Ilham.

"Eh, lo udah bangun, Ham?!" Seru Ajeng berteriak lalu reflek memeluk sahabatnya itu.

"A-aw!"

"Eh sorry sorry, ada yg sakit? lo sesak lagi kah?" Tanya Ajeng panik setelah melepas pelukannya itu.

Ilham berpura-pura kesakitan "iya, keknya gue mau pingsan lagi deh"

"Gausah nakut-nakutin deh Ham! lo gatau seberapa khawatirnya gue dari kemaren!" Rengek Ajeng dengan mata yang berkaca-kaca.

"Eh eh.. gausah nangis gitu juga dong wkwk"

"Ham.. gue mau cerita!"

"Hm?"

"Dokter Rafi udah nemuin donor buat gue, jadi gue udah bisa operasi, tapi.. gue gamau"

"Lah kenapa?? lo harus mau, Jeng"

"Kita kan udah janji biar bisa sembuh bareng. Kalau lo belom dapet donornya, gue juga ga akan mau operasi" ujar Ajeng ketus.

"Tapi, Jeng-"

"Udah deh mending lo istirahat lagi, Jangan banyak bicara dulu" potong Ajeng yang membuat Ilham terdiam pasrah.

Gadis itu kemudian meregangkan kedua tangan dan memijat pelan pundaknya yang pegal karena tadi sempat tertidur dengan posisi duduk.

***

Keesokan harinya, Ajeng masuk secara tiba-tiba lalu menutup pintu ruangan Ilham rapat. Kemudian Ia pun duduk di kursi samping ranjang Ilham.

"Aih tu dua orang bawel banget si parah!"

"Kenapa?" Tanya Ilham heran dengan sahabat tidak ada akhlaknya ini. Sudah masuk tidak memberi salam, marah-marah pula.

"Itu tuh.. si Qeela sama Luna. Syukur deh mereka udah pulang" Ajeng membuka novel yang ia bawa dari kamar, lalu membacanya.

Hari ini memang semuanya super sibuk. Mama papa Ajeng sedang ada urusan di luar kota, sedangkan Tammy tengah berjuang mengerjakan ujian nasional di sekolahnya. Jadi Ajeng bebas bolak-balik ke kamar sahabatnya.

"Jeng" panggil Ilham lirih

Ajeng yang masih fokus membaca novel tak mendengar panggilan sahabatnya itu.

"Jeng!"

"Iya, kenapa?" jawab Ajeng dengan matanya yang masih fokus ke novel.

"Jeng, dengerin!"

"Iya iya.. apa?"

"Lo harus jalanin operasi itu, Jeng"

Ilham berusaha membujuk untuk kesekian kalinya, sementara ia terbaring di ranjang ini dengan masker oksigen yang tak pernah lepas dari mulut dan kadang membuatnya kesulitan bicara.

"Gamau, gamau, dan gamau! gue bakal nerima operasi itu setelah lo juga dapet donor. Jadi kita bisa dioperasi sama-sama, Ham"

"Kalau ga cepet, donor jantung buat lo bisa diambil orang lain."

"Biarin, mungkin ada yang lebih butuh dari pada gue." Ujar Ajeng keras kepala.

Ilham menarik napas dalam, yang terasa menyakitkan walaupun dengan banyak bantuan dari alat-alat yang menempel di tubuhnya.

"Gue gamau sembuh sendirian sedangkan lo harus dirawat di sini terus, Ham" Tanpa Ajeng sadari, air matanya mulai menetes.

"Lo ga akan sendiri Jeng, di sana ada banyak sahabat, temen, dan keluarga lo. Pikirin mama papa lo, mereka udah susah payah cari cara supaya lo sembuh. Gue bakal tetep di sini, meski gue harus dirawat di tempat ini seumur hidup. Asalkan bisa ngelihat lo setiap hari.. gue akan berusaha untuk sembuh, InsyaAllah.."

Ajeng tahu janji itu sulit untuk ditepati. Namun ia memilih untuk mempercayai sahabatnya.

"...Iya deh, gue terima operasi itu," ucap Ajeng dengan hati yang berat.

"Makasih" jawab Ilham dengan senyumnya.

"Gue gamau kehilangan lo, Ham.. gue sayang lo" ucap Ajeng lirih

"Tapi khusus sebagai kawan kok, tenang aja hehe"

"Andai lo tahu, gue lebih dulu punya perasaan ke lo sejak dulu, Jeng. Gue juga sayang lo" ucap Ilham dalam hatinya.

===

kiw, banyak ooc nya yak, emg. kan udah dikasi warning ooc di sinopsis awkowok

Just a Fella (Alsand) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang