11 "Broke"

1.1K 141 9
                                    

Begini kah rasanya sakit hati?
Hancur,
Lebur,
Pecah
Mengingat banyaknya insan yang dulu
Pernah aku sia-siakan

***

"Nah mulai sekarang jangan coba-coba kabur lagi, baca komik aja ya," ucap Ajeng berusaha meyakinkan Ilham.

"kalau itu gue gabisa janji"

"Kenapa?"

"Suka-suka gue, lah"

"Kenapa lo sering coba buat kabur, sih?" Tanya Ajeng kesal.

"Bosen."

"Lo tahu 'kan kalau itu membahayakan diri lo sendiri?"

"Gue benci tempat ini.. gue tau kalo gue ga akan pernah bisa sembuh, sekalipun jarum infus menyebalkan ini nempel terus di tangan gue!"

Ajeng dapat menangkap berbagai emosi yang bercampur aduk dari nada suara Ilham. Ia memutuskan untuk tidak membahasnya lagi.

"Jangan ngomong gitu.. gue gasuka, Ham!"

Ilham yang mendengar racauan Ajeng hanya tersenyum.

"Hahaha bercanda ah"

"Lo mah sukanya buat orang was-was!"

Lagi-lagi pria itu berhasil membuat Ajeng mengembungkan pipinya kesal.

***

Seminggu lebih terlewat sudah.
Ilham masih dirawat di rumah sakit. Dan Ajeng masih juga rutin berkunjung kesana.

Tapi, mungkin hari ini adalah yang terakhir.

Ajeng berlari keluar dari rumah sakit, sambil sesekali mengenyahkan bulir air yang keluar dari matanya. Betapa remuk hatinya saat sampai di ruangan Ilham tadi.

*flashback on*

Ajeng membawa seplastik kantong kecil yang berisikan komik-komik terbaru. Ia baru saja membeliny dari toko buku.

Ajeng yakin Ilham pasti suka dengan komik-komik yang ia beli. Apalagi series yang diingin-inginkan pria itu sudah terbit dengan edisi terbaru.

"Assalamualaikum Ilham-.."

Namun harapannya hancur seketika melihat ada seorang gadis di dalam ruangan, berdua dengan Ilham. Gadis itu adalah Tammy. Iya, kakak kelas 9 yang cukup famous di sekolahnya itu.

Ia melihat mereka berdua yang tampak bermesraan. Tammy tengah menyuapi Ilham makanan saat itu.

"M-maaf, ga bermaksud buat ganggu kalian.. hehe" ucapnya tersenyum pahit.

"Oh Ajeng? Masuk aja, Jeng" ujar Ilham, tanpa ekspresi terkejut akan kedatangannya, atau apapun.

"E-engga kok, gue cuma mau kasih ini hehe" ucapnya kikuk lalu meletakkan plastik berisi komiknya ke dalam dan cepat-cepat menutup pintu ruang itu.

"Lah dia kenapa?" tanya Tammy mengernyitkan dahi.

Ilham yang melihat tingkah laku Ajeng hanya dapat mengangkat kedua bahunya. Pria yang ia kagumi itu, benar-benar tak mengerti apa yang membuat hati Ajeng hancur.

*flashback off *

"Maaf!"

"Permisi!"

Ajeng terus saja berlari. Tak peduli berapa banyak kali ia harus menabrak orang-orang yang berlalu-lalang.

Setelah menaiki sepedanya, ia segera mengkayuhnya pulang menuju rumah.

"Ini kah karma? Mengingat banyaknya lelaki yang dulu selalu ku buat hancur hatinya.
Ya, ternyata sebegini menyakitkan rasanya"

***

Hari-hari berikutnya, Ajeng tak pernah lagi berkunjung ke rumah sakit. Jujur, ia tak sanggup sehari tidak bertemu dengan pria itu. Namun ia lebih takut hatinya remuk lagi.

Rasanya, hari ini sekolah sungguh menghabiskan waktu yang sangat lama. Dikarenakan sepanjang pelajaran kelas Ajeng diisi dengan guru ter-killer sepanjang masa. Pulang sekolah, surganya murid-murid disini dong.

"Bye Ajeng! muachh" Ucap Luna yang hanya dibalas lambaian tangan oleh Ajeng

"Jangan stress mulu yaa!"

"Iye"

"Jangan lupa makan!" Sahut Qeela, kemudian menyusul Luna dan pergi meninggalkan Ajeng sendirian di depan pagar sekolah.

Sebelum Ajeng menaiki sepedanya, ia kembali membuka ponselnya. Ilham, pria itu tak pernah menge-chat nya lagi. Hampir setiap waktu, Ajeng mengecek pesan online di ponselnya. Berharap ada notifikasi masuk dari Ilham.

Ia ingin sekali menanyakan kabar tentangnya. Namun Ajeng belum berani untuk memulai percakapan ke pria itu, alhasil ia pun selalu tidak jadi mengirimkan pesan pada Ilham.

"Tes!"

Titik demi titik air mulai menetesi tubuh Ajeng. Langit menggelap dan suara-suara petir hadir memekakkan telinga.

Menyadari hal itu, Ajeng segera melajukan sepedanya dengan cepat karena hujan turun semakin deras.

***

Beberapa jam kemudian, Ajeng masih menerobos derasnya hujan di tengah jalan raya yang macet.

Ia semakin melajukan kecepatan sepedanya di saat jalanan sedang sepi. Sampai sebuah sinar terang dan bunyi klakson truk yang memekakkan telinga tiba-tiba muncul di depannya.

"Brakk!"

Perasaan dingin mulai merayapi tubuh Ajeng. Matanya mulai menutup perlahan, dan semuanya gelap. Ia tak tahu apa yang terjadi setelahnya.

===

hhe Ajeng dulunya pernah jadi fakgerl

Just a Fella (Alsand) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang