PERSIAPAN

374 61 6
                                    

"Mas Jujun udah siap-siap?" Bunda dateng ke kamar Junseo dan ngelihat anak pertamanya lagi main sama anak kedua.

"Siap-siap apa, Bun?" Junseo berhenti gelitikin Doyum, terus lari kecil nyamperin Bunda.

"Loh, katanya kamu ada Pondok Ramadhan besok di sekolah? Tadi ibunya Mas Yongha juga bilang kalo besok ada Pondok Ramadhan."

Junseo miringin kepalanya, terus garuk-garuk kepala.

"Pondok Ramadhan apa ya, Bun?"

"Ih, kok malah tanya Bunda. Kan yang sekolah kamu, Mas," Bundanya ikutan gak selow.

Junseo lari ke meja belajar, pura-pura nggak dengerin teriakan Doyum yang ngajak main daritadi.

Junseo langsung bawa tasnya ke pintu kamar, terus ngeluarin semua barang yang ada di dalam tas ke depan kaki bundanya.

Dia langsung ngambil buku ukuran A5 warna biru dengan gambar masjid di sampulnya.

"Aku lupa, Bun. Hehe," kekeh Junseo, "sama bu guru dikasih buku ini, disuruh ngisi udah sholat apa belum. Puasa apa nggak, tapi Jujun lupa ngisi. Hehe."

Bunda langsung ngambil buku biru itu. Kosong melompong. Ompong. Persis kayak gigi depan Doyum.

"Ya Allah, Mas Jujun. Besok udah puasa hari ke-22, kamu baru ngasih bukunya ke Bunda. Terus ini gimana?"

Junseo cengengesan.

"Nggak usah diisi ya, Bun? Eh, diisi ayah aja. Kata bu guru disuruh nyoret-nyoret ayah."

"Nyoret-nyoret?"

Junseo gigit bibir bawahnya gemes. Pengen ngomong sesuatu tapi nggak tau kata-katanya.

"Itu loh, Bun. Tangan-tangan itu, loh."

"Oh, tanda tangan?"

Junseo ngangguk.

"Apanya yang ditandatanganin? Besok diperiksa baru sekarang dikasih ke bunda. Biarin kosong aja."

"Hehe, maafin Jujun."

Bunda geleng-geleng kepala terus gandeng Doyum diajak ke bawah.

"Yaudah, kamu siap-siap dulu ya. Nanti Bunda cek, barang-barangnya udah lengkap apa belum. Bunda sama adek ke bawah nyusulin ayah di teras."

"Oyum masih mau main sama Mas Junseooo! Bundaa, lehel Oyum jangan ditalik-talik. Nanti makin panjang!" Doyum teriak-teriak.

Junseo ngerapiin tasnya terus mulai masukin barang-barang untuk keperluan besok.

***

"Chan? Ngapain sih sibuk di kamar?" Ayah Yechan teriak dari ruang keluarga.

"Ichan besok mau Pondok Ramadhan. Ini masih siap-siap," Yechan teriak dari dalem kamar.

"Buk, liat sana. Anak kecil emang bisa siap-siap apa. Takutnya malah makin berantakan kamarnya," Ibu Yechan langsung nyamperin anaknya.

"Ichan masih belum selesai?"

"Belum, Buk. Sarungnya belum masuk," Yechan manyun.

Ibunya ambil tas Yechan. Terus lihat isinya apa aja.

"Nak?"

"Hm?"

"Kamu mau Pondok Ramadhan apa mau jadi supir bis?"

Yechan bingung, "Kenapa?"

"Tas kamu isinya tayo semua, sayang."

"Kan biar tayonya makin pinter ngaji, Buk."

Ibunya geleng-geleng kepala terus ngeluarin semua jenis tayo dari dalam tasnya Yechan. Terus masukin sarung, peci, bolpoin satu, dan satu buku bersampul biru ke dalam tas.

"Ini udah ditandatanganin ayah?" Tanya Ibu Yechan sambil ngangkat buku sampul biru. Yechan ngangguk.

"Udah, beres. Sekarang, Ichan cuma boleh ajak satu tayo ke sekolahan besok. Jangan semuanya," setelah itu Ibunya keluar.

Di kamar, Yechan bingung. Mau ngajak tayo kecil, tayo besar, tayo bantal, atau tayo guling ke sekolah besok.

***

"Ncung! Balikin tas sekolah Mas!" Taewoo ngejar Jinsung yang lagi lari sambil masukin kepalanya ke dalem tas sekolah Taewoo. Nggak usah heran, Jinsung ahlinya lari sambil merem.

"Wuahahahaha, nggak kena wlee. Mas Taewoo nggak bisa ngejal Incung, wlee. Ayo cini kejal Incung lagi. Tangkap Incung!"

Jinsung masih sibuk lari sampe nggak sadar di depannya ada papinya.

Brak. Jedug.

"Huwaaaaaa!"

Jinsung nangis guling-guling di lantai dapur sambil megangin kepalanya. Terus mukulin kaki papinya yang jadi tersangka dari jatuhnya Jinsung.

Sementara Jinsung nangis kejer, Taewoo ngambil kesempatan untuk ambil tasnya dan kabur ke kamar.

***

"Yong? Besok dijemput bapak jam berapa?" Bapaknya Yongha masuk ke kamar anaknya yang lagi siap-siap bobo.

"Jam 12, Pak. Murid kelas 1 sampai kelas 3 pulangnya abis sholat dhuhur."

"Oalah, yaudah tidur sana. Biar besok seger."

***

"Wan?"

Nggak ada sahutan.

"Wawan?"

Masih hening.

Umi Seunghwan langsung masuk aja ke kamar anaknya. Dan ternyata Seunghwan udah tidur.

Jangan tanya dia udah siap-siap apa belum.

Soalnya, sarungnya masih di lantai kamar. Buku sampul biru entah kenapa masuk ke kandang hamsternya. Dan yang paling parah, peci item yang dia pake bantal buat tidur, udah basah.

Hmmm.

Kira-kira acara sekolah mereka lancar nggak, ya?

Oh, iya. Anak-anak paling muda di komplek sini udah pada bobo. Sungwon sama Taekhyeon udah main bekel di alam mimpi.

-END-

Holaaaa!!

Besok bener puasa ke-22 kan, ya?

Lupa, hehe.

Penasaran sama kelanjutan cerita mereka?

Stay tune!

Babay.

[1] Ramadhan'19 : PUASA -1THE9- [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang