Ponsel yang tersimpan di saku belakang celana Faisal bergetar, membuat pemuda tersebut bergidik geli karenanya. Nama Hanum tertera dengan jelas pada layar ponselnya. Dengan cepat, Faisal segera mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Sal, kamu sibuk nggak?" tanya Hanum di seberang sana.
Faisal mengernyit, tanpa basa-basi terlebih dulu gadis itu sudah menodongnya dengan sebuah pertanyaan.
"Mmm ...." Faisal menjeda sebentar sembari menatap adik dan mamanya yang kini tengah memilih beberapa macam susu, "lumayan sih. Emangnya kenapa?"
"Anterin aku ke Gramedia dong. Boleh ya? Please." Hanum berucap dengan nada memohon.
"Tapi ... aku lagi di luar nih, lagi nganter Syifa sama mama. Kayaknya nggak bisa deh. Besok lagi aja gimana?" Faisal memberi pilihan. Sebenarnya, ia juga tak mau menolak permintaan Hanum. Tapi keadaannya saat ini sedang tidak bisa diganggu.
"Yah, gimana dong. Masa aku pergi sendirian. Aku kan nggak bisa naik angkot. Naik ojek online kemahalan, apalagi naik taksi. Masa harus jalan kaki."
Faisal merasa tak tega mendengar nada bicara Hanum yang lesu. Namun seketika itu juga terlintas sebuah ide di otak mungilnya. Dengan segera Faisal menyampaikan hal tersebut pada Hanum.
"Gimana kalau dianter sepupu aku aja? Dia nggak ngebut kalau bawa motor. Orangnya juga baik. Kalau sesekali ngebut, kamu sentil aja jakunnya."
Di seberang sana, Hanum tertawa kecil mendengar kalimat terakhir dari Faisal.
"Beneran, nih? Apa nggak ngerepotin?"
Faisal memutar bola matanya. "Giliran minta anter sama aku kamu nggak pernah bilang kayak gitu."
Hanum tertawa kencang, membuat Faisal ingin segera memutuskan panggilan tersebut, agar gendang telinganya tidak pecah.
"Nggak ngerepotin kok. Aku jamin malah dia pasti seneng," lanjut Faisal.
"Yaudah, deh, bagus. Aku tunggu jam sebelas ya di rumah."
"Iya, iya. Tungguin aja."
"Hehehe, makasih Icaaal. Sayang deh."
Tanpa mengucap salam, Hanum dengan segera memutus panggilannya. Faisal berdecak heran dengan tingkah sahabatnya itu. Lalu, masih sempat-sempatnya pula ia bilang sayang dengan gamblang. Untung saja Faisal tidak baper.
Tak mau berlama-lama, Faisal dengan segera mengetikkan pesan pada sepupunya.
Hanum bakalan baik-baik aja kan? Bahaya kalau dia sampe kepincut, secara si kutu kupret kan lebih ganteng.
***
Hanum mematut dirinya di depan cermin, memastikan pashmina yang ia pakai tertata dengan rapi. Hari ini ia memakai joger berwarna moka, kemeja putih dan pashmina yang senada dengan jogernya. Dilengkapi juga dengan tas slempang dan flat shoes abu-abu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum
Teen FictionHanum tak pernah pacaran, teman laki-lakinya pun hanya Faisal. Entah karena ia terlalu cuek, atau memang tak menarik di mata laki-laki. Tapi, Hanum memang tak pernah benar-benar jatuh cinta. Pada siapa pun. Bahkan ketika Faisal menyatakan perasaann...