Part 6 - Listen to me

2.3K 143 0
                                    


Wanita ini hidup dari kecil dengan ayahnya, atau  sebenarnya adalah paman-adik dari ayahnya. Semantara Papito ia sering memanggil atau ayah kandungnya hidup terpisah dengannya sejak usia 10 tahun.

Ibunya meninggal juga ketika berusia 10 tahun, disaat itulah Javier membawanya ke Amerika. Memulai hidup baru, namun tidak meninggalkan sejarah.

"Ya,"jawab Briana malas.

"Bagaimana kabarmu?" Seperti biasa nada suaranya datar dan tidak seperti bersungguh-sungguh dari pria paruh baya di seberang sana.

"Aku baik". Like father like daughter, sama-sama datar juga.

"Kapan akan datang?"

"Entahlah, aku masih ingin disini."

"Papito miss you"

"Aku juga,"tidak sepenuh hati dalam membalas ucapan ayahnya.

"Aku tahu hubunganmu dengan Carlos." Pria di seberang sana mulai peduli.

"Apa kau senang?" Briana sedikit sinis. Tidak suka mendengar nada ejekan dari ayah kandungnya.

"Aku senang Carlos memutuskanmu, tapi aku sedih kau patah hati." Benarkan.

"Tidak perlu diingatkan." Briana kembali merasa malas karena mengingat dirinya sudah tidak memiliki hubungan dengan Carlos.

"Ok, aku hanya ingin memberitahu. Jika seseorang sudah datang kepadaku dan juga Javier," tambahnya, kali ini dengan berat hati pepito menghela nafas.

Deg

Briana terdiam dan nafasnya tertahan cukup lama. Merasa sangat kaget dengan langkah yang diambil lelaki itu,

"lalu?"

"Lupakan Carlos dan gantikan dengan yang baru." Kalau berbicara memang mudah, tapi untuk mempraktekkannya sulit. Briana dan Carlos sudah bersama cukup lama. Ketika tiba-tiba mereka berpisah tentu masih ada rasa cinta dan sayang yang tertinggal.

"Tidak semudah itu." Enak saja, hanya berani dalam hati.

"Akan sangat mudah jika kau mengenal dia," sarannya.

"Apa yang dia bicarakan denganmu?" Briana nampak penasaran.

"Seperti seorang laki-laki sejati, dan keputusanku serta Javier adalah aku merestuinya."

Telepon tertutup.

Apa dia bilang, merestuinya? Briana tak menyangka langkah cepat yang diambil lelaki yang pernah bertemu dengannya di rumah. Kenapa dia sudah sampai pada seseorang terdalamnya dan mendapat restu pula. Sementara Carlos, mendekati ayahnya saja dia tidak mau.

***
Jasmine tengah bersiap berganti baju, ia ingin keluar menuju seseorang yang bisa memberinya jalan. Menemui teman atau kerabat atau apapun itu yang bisa mendengarkan ceritanya kali ini. Ia butuh seorang pendengar.

Ketika turun menuju lantai satu, suara ayahnya sudah terdengar sedang bernyanyi di taman belakang. Ia ikut tersenyum karena pelindungnya nampak bahagia.

"Ayah, aku akan keluar," ijin Briana sambil berdiri dipintu belakang.

"Kemana?" Jazier langsung menatap ke arah wanita cantik yang sudah dewasa di depannya.

"Menemui seseorang," pria itu hanya menaikkan alis kirinya sedikit.

"Ingat pertemuan kita nanti malam, jangan terlambat."

"Ok." Briana berbalik dengan cantiknya, mengibaskan rambut panjangnya yang indah. Berjalan dengan ringan di atas lantai marmer warna putih. Ia makin bersinar.

Dan di sinilah sekarang dia, Briana mengunjungi Rumah Sakit, menemui salah seorang psikolog. Ia setia menunggu hingga pukul 17.00. Menunggu jadwal prakteknya berakhir.

Kemudian 10 menit setelah jam praktek selesai seorang lelaki keluar dengan kemeja warna hitam yang digulung sesiku.

"Sean,"sapanya ketika pria itu berjalan hampir melewatinya.

"Maaf siapa?" acuh pria tampan itu.

"Sean, aku ingin bicara." Yang dipanggil Sean tetap diam dan terus melanjutkan langkah dibuntuti Briana.

"Ok fine, Ka tolong berhenti." Saat itu pula Sean menghentikan langkah dan berbalik menatap Briana. Wanita itu dengan lirih meminta perhatian.

"just, 15 minutes," putus Sean. tak mau waktu berharganya direbut bahkan sedetikpun dari adiknya.

Akhirnya Briana berhasil membujuk kakak kandungnya, berusaha kembali menjalin hubungan baik untuk kesekian kalinya. Mereka duduk di tepi cafe lantai dua.

"Mulai dari sekarang."Sean menunjukkan mesin penghitung waktu di hpnya.

"Apa tidak sebaiknya kita pesan-,"omongan Briana langsung terpotong.

"Waktu terus berjalan." Sang kaka masih enggan untuk menatap wajah cantik adiknya. Entah sampai kapan hal ini akan berakhir.

"Oh okeh, I miss you,"
Itu bukan hal yang ingin Sean dengar, tapi Briana harus mengatakan itu.

"Fine, jadi Aku dan Carlos sudah selesai, dia ternyata tidak menginginkan pernikahan dalam waktu dekat. Sementara aku-"

"Kau ingin sebaliknya?"putus Sean.

"Ya, wanita mana yang mau digantung sepanjang hubungannya. Aku menginginkan hal yang lebih dari itu."

"Apa kau memikirkan yang diinginkan juga oleh Carlos?"

Briana mengangguk, "lalu tiba-tiba ayah menjelaskan suatu hal padaku. Seorang lelaki sudah mendatanginya dan papito."

"Aku belum mendengar hal ini," dari tatapan matanya, Sean terlihat sedikit penasaran akan kehidupan adiknya.

Perlahan Briana menjelaskan masalah dan kegundahannya akan hal ini. Ia merasa tidak tahu harus mengambil jalan yang mana. Sementara Briana terus bercerita, waktupun berjalan. Sean hanya membalasnya dengan singkat dan nada ketus.

"Kesimpulan untukmu, ikuti papito dan Javier."

"Tapi-"

"Waktu sudah habis,"Sean berdiri dan mengambil ponsel di atas meja cafe, lalu memasukkan ke salah satu saku celananya dan melenggang pergi.

Briana tahu, berbicara dengan kakaknya memang tidak akan mudah. Terlalu dingin, dan tak tertebak. Memang sejak dulu hubungan mereka tidak terlalu baik, hingga sekarang.

Setelah 15 menit terlewat, ia mulai sedikit lega karena sudah mengeluarkan keresahannya. Ia tidak tahu siapa lagi yang bisa diajak bicara di kota ini. Sahabat baiknya berada di tempat yang lumayan jauh.

Disaat melamun, Jasmine teringat janjinya dengan ayah malam ini. Akan seperti apa pertemuan mereka. Briana hanya pernah sekali melihatnya, yang terekam di benaknya adalah lelaki itu tinggi, tanpa ekspresi, kelihatan rapi dan berwibawa.

Semoga hari ini indah, aku ingin kebahagianku segera datang Tuhan. Pintanya dalam hati ketika berada di mobil. Memejamkan mata sejenak untuk mengusir lelah, namun sekilas wajah seseorang tiba-tiba mengganggu tidur singkat Jasmine. Pria itu masuk dalam kilasan mimpi.

Nanti malam, aku harus bisa memutuskan.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys, setidaknya vote, coment atau follow. Itu bakalan nambah semangat buat author. Thank youu

Revisi 070420

Jasmine For Dustin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang