Briana di atas ranjangnya masih belum bisa tidur. Hari ini setiap detik ia lalui bersama Dustin, memperhatikan dan menjaganya pria itu. Entah kenapa pria besar-tunangannya bisa sakit dan langsung down.
Setiap malam sebelum tidur, ia selalu menyempatkan beberapa menit sebelum terlelap untuk menatap cincin tunangan. Semakin lama ia menatap maka akan semakin bimbang melanda. Hari ini entah kenapa melihat Dustin yang menempel pada dirinya, membuat hatinya sedikit resah.
Melihat di apartemen tersebut yang hanya ada Tobias, Jasmine berencana untuk kembali besok-menjenguk calon suaminya itu. Pria tenang yang selalu membuatnya salah tingkah.
***
Mengenakan pakaian kasual berupa celana jeans dan kaos pendek putih ia melangkah menuju lift. Tidak lupa membawa sarapan untuk Dustin dan asistennya, ada sandwich, sereal, salad dan spaghetti. Belum tahu apa yang disukai seorang Dustin, wanita cantik berambut panjang ini hanya membuat makanan-makanan simple.
Sedikit gugup karena ia tidak mengabari akan datang berkunjung. Mungkinkah nanti ada pandangan terkejut atau mungkin tidak mau menerima kedatangannya. Itu tidak mungkin kan? Saat ini Jasmine tepat berdiri di depan pintu. Menarik nafas terlebih dahulu sebelum menekan bel. Hanya butuh beberapa detik, pintu kemudian terbuka dengan Tobias yang menyambutnya dengan mata mengantuk. Mungkin dia terbangun karena suara bel yang Jasmine bunyikan. Rasa bersalah langsung menyergapnya.
Tobias tidak terlihat terkejut dengan kedatangan tunangan bosnya, ia langsung mempersilahkan masuk.
"Langsung masuk saja ke kamar Tuan, sepertinya dia belum bangun."
Tobias mengijinkan Briana masuk.Briana ragu apakah harus mengikuti saran Tobi atau tidak. Mendapati Tobi yang sudah menghilang dari pandangannya, tidak ada pilihan selain ia melangkah pelan menuju kamar berpintu hitam. Sejujurnya ia takut akan mengganggu calon suaminya yang tengah istirahat. Tapi ia ingin memastikan keadaannya saat ini.
"Kenapa masih belum masuk?" Tanya Tobias yang mendapati Briana berdiri lama di depan pintu kamar.
"Aku takut mengganggu,"jawab Jasmine sambil menarik bibirnya membentuk senyum.
"Dia tidak akan merasa terganggu."
Tanpa mengetuk, Briana perlahan menekan klop pintu dan mendorongnya. Hening dan kegelapan menyambut, nampak tirai belum terbuka semua. Briana melangkah masuk perlahan tanpa menimbulkan suara yang mencolok. Ia lebih dulu meletakkan tas makanannya di atas meja lalu berjalan menuju jendela berniat membuka sedikit tirai-hanya sedikit.
Sinar matahari langsung menerangi ruangan yang cukup besar, terlihat juka tidak ada pria gagah yang tengah berbaring. Ruangan itu seperti hanya terisi oleh dirinya saja. Berpikiran baik, Jasmine mengira Dustin masih di kamar mandi, pasalnya pintu itu tertutup. Air kran mengalir juga terdengar dari luar.
"Kamu harus istirahat,"
Deg
Suara wanita terdengar dari dalam kamar mandi, membuat jantung Briana berdegup kencang. Pintu masih belum terbuka dan kran air sudah dimatikan.
Ceklek
Wanita cantik dan tinggi melangkah keluar dari kamar mandi. Disusul calon suaminya yang hanya mengenakan celana training panjang. Tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, saat itu Jasmine merasa blank. Apa yang mereka lakukan? Di dalam kamar mandi?
"What are you doing here?" Cecar wanita itu dengan suara menggelegar.
"Mine?"panggil suara berat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine For Dustin [End]
RomansaDustin merupakan pria pekerja keras yang baru merasakan ketertarikan pada seseorang ketika menginjak umur 30 tahun. Hidupnya dulu penuh kesedihan dan kesendirian. Tidak ada keluarga ataupun kekasih. Kali ini dia mulai menginginkan seseorang. Bukan y...