"Tobi, kita dimana?"tanya Jasmine.
Masih dengan calon suaminya yang tiba-tiba ambruk sakit dan mendekap erat tubuhnya.
Saat ini mobil mahal milik Dustin menuju basement sebuah apartemen yang berkelas. Tobi masih terdiam dan sesekali melirik calon suami istri di kursi belakang.
"Tuan tidak suka ke Rumah Sakit, biar dokter pribadinya saja yang datang, dia dalam perjalanan."
Nafas hangat pria gagah ini masih terus menyapu kulit leher Briana. Berkali-kali pula hidungnya bergerak kesana kemari mencari sesuatu, hal itu sukses membuat Briana diam-diam meremang.
Kedua jemari lentiknya saat ini, kanan berada di belakang tengkuk Dustin, dan kirinya berada di punggung sambil mengusap-usap pelan.
"Are you oke?"Tanyanya penuh perhatian dan lirih, tentu hanya Dustin yang dapat mendengar.
Pria ini hanya menjawab dengan gelengan kepala masih di dalam pelukan Briana.
Dia langsung mendapatkan bonus besar ini, perhatian yang belum pernah dirasakan. Baru beberapa hari resmi bertunangan, tapi sudah seperti bertahun-tahun jadi suami istri. Batin Tobias. Dengan hanya menggunakan isyarat mata Tobias meminta Briana untuk membangunkan Tuannya.
"Kita sudah sampai, bisa bangun sebentar?" Ucapnya lembut.
Tak berselang lama, bayi besar ini menjauh dari pelukan Briana dan menegakkan kepala. Nampak kedua bola matanya memerah dan lagi-lagi keringat bermunculan di dahinya.
Keduanya sempat bertatapan, tak ada kata yang terucap hanya bisa saling memandang. Lalu senyum tipis tersungging di bibir Dustin."Thanks."
Tobias membantu tubuh besar Dustin untuk sampai ke unit. Sementara Briana di belakangnya membawa jas mewah dan wangi milik lelaki itu. Sempat ia tak sengaja mencium bau tubuh Dustin yang masih tertinggal di dalamnya. Membuat pikirannya langsung tenang dan hatinya berbunga-bunga. Wangi parfum maskulin yang membangkitkan hormon wanita.
Seorang dokter baru saja keluar dari kamar pintu hitam dan tersenyum pada Briana. Lalu tak lama pergi.
"Tenang, dia hanya salah makan." Penjelasan Tobias yang baru saja keluar dari kamar membuat Briana sedikit terkejut.
"Bukan seperti yang anda pikirkan. Tuan tidak memiliki alergi, hanya beberapa bahan makanan yang tidak cocok di perutnya bisa membuat mual dan pusing. Anda bisa masuk." Tobias menepikan dirinya di dekat pintu dan mengisyaratkan Briana masuk.
Memang tidaklah sopan ketika tamu masuk ke ruang privasi tuan rumah. Tapi ia diijinkan. Namun yang lebih tidak sopan lagi adalah matanya yang terus menelusuri seisi kamar. Mulai dari dinding yang bercat putih, sofa putih besar menghadap tv. Tempat tidur besar yang juga berwarna putih. Ia menjadi berpikir, tunangannya ini pasti sangat suka kebersihan.
Dengan sepelan mungkin Jasmine mendekat ke arah ranjang, tapi suara stilettonya masih juga terdengar. Malah menjadi suara yang mendominasi di ruangan ini. Ketika masuk tadi pikiran Briana melalang buana kemana-mana. Sangat wangi dan menggairahkan.
Lelaki tangguh dan penuh rencana yang beberapa hari lalu melamarnya ini tengah terbaring di atas kasur. Matanya terpejam, sedangkan selimut menutup tubuhnya hingga dada. Nampak pula bahu telanjangnya yang lebar dan kekar tak tertutup kaos atau kemeja sedikitpun. Jasmine yakin di balik selimut itu tersembunyi otot kekar dan kuat.
Dengan sedikit keberanian, Briana mendekat dan duduk di tepi ranjang, sampai menimbulkan sedikit gerakan dan decitan. Efek dari itu, sepasang mata elang pun terbuka. Hanya menatap Briana dan sama sekali tak bersuara. Dikedipkannya mata Dustin berkali-kali seperti memastikan siapa di depannya. Briana tersenyum
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine For Dustin [End]
RomansaDustin merupakan pria pekerja keras yang baru merasakan ketertarikan pada seseorang ketika menginjak umur 30 tahun. Hidupnya dulu penuh kesedihan dan kesendirian. Tidak ada keluarga ataupun kekasih. Kali ini dia mulai menginginkan seseorang. Bukan y...