Part 3 - A Certainty

2.6K 158 4
                                    

Sementara itu di daerah yang cukup jauh dari rumah, Briana Jasmine Rosthilter yang tengah menginginkan suatu kepastian sedang gugup. Beberapa hari yang lalu ia masih ingat ayahnya mengatakan sesuatu secara tersirat.

Jasmime sudah berhubungan dengan Carlos cukup lama, dan ia bimbang akan kelanjutan kisah mereka. Dalam lubuk hati paling dalam, Jasmine menginginkan sesuatu yang lebih lagi dan itu secepatnya. Pertunangan atau pernikahan, dia merasa sudah siap untuk itu. Akhirnya dengan keberanian yang Jasmine miliki, ia memutuskan untuk menemui Carlos, duduk di salah satu cafe langganan mereka dalam suasana malam yang indah dan sunyi.

Carlos nampak formal dalam balutan kemeja hitam dan potongan rambut rapi. Membutuhkan waktu untuk mereka makan dengan nyaman dan santai. Sampai akhirnya setelah dirasa ini waktunya, Jasmine mencoba mengatakan sesuatu. “Carlos, sampai kapan kita akan seperti ini?” tanya Briana dengan takut-takut.

“Apa maksudmu?” Carlos menatap Briana sambil menyenderkan punggungnya pada sofa empuk.

Hening beberapa detik, itu karena Briana sungguh mengumpulkan berjuta keberanian untuk mengungkapkan ini. Dia sudah menyusun kata-kata apa saja yang akan ia sampaikan, namun mulut dan tenggorokannya serasa berat.

Ia memandang lurus Carlos dan dengan sekali tarikan nafas ia mengeluarkan suara “Ayah selalu menanyakanmu, kapan kamu datang dan melamarku?”
Huft akhirnya tersampaikan.

Carlos tertawa, “kita sudah 4 tahun bersama, menjalani hari-hari seperti ini tanpa masalah. Apa lagi yang kamu butuhkan?” sambil meraih jemari Briana.

“Apa kamu tidak ingin menjadikanku istri?” sungguh ia sangat amat berat dalam mengatakan ini. Ia tahu betul jika Carlos masih enggan untuk memikirkan masa depan mereka.

“Istri? Aku berniat, tapi akan aku realisasikan 5 tahun lagi” jawabnya sambil terus mengelus jemari tangan kekasihnya memberikan ketenangan.

“Kenapa?”

“Aku masih belum yakin, hidup kita bukankah bahagia sampai sekarang? Aku takut menjadi seperti orang tuaku yang bercerai dan mengorbankan anaknya,” jelasnya, dan nampak berubah sorot mata yang tadinya cerah menjadi sedikit sendu.

“Kamu tidak merasa nyaman denganku?”

“Aku nyaman bersamamu Mine, hanya saja di hati ini sulit untuk meyakinkan diriku sendiri. Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?”

“Aku butuh kepastian Carlos, aku ingin menjadi seperti wanita diluar sana yang punya keluarga, suami dan anak. Dimana ada orang yang selalu membutuhkanku, begitupun aku sebaliknya.”

“Aku sangat membutuhkanmu Mine” . Briana merasa resah, sungguh sulit mengajak Carlos untuk bisa yakin dengan dirinya sendiri. Tapi ia juga bahagia jika kekasihnya merasakan hal yang sama.

“Tapi yang aku butuhkan status, aku ingin ketika di depan semua orang kamu mengenalkanku sebagai nyonya Carlos Jhonson”

Carlos berubah dingin. Ia benar-benar belum bisa merealisasikan keinginan Briana dalam waktu dekat. “Aku belum bisa untuk itu!”

“Tapi sampai kapan?” dengan lembut Briana duduk di sebelah Carlos dan meraih lengannya.

“Jangan terus menekanku Mine, aku tidak suka”

Carlos mulai terpancing emosinya.

“Aku tidak menekanmu”

“Tapi rangkaian pertanyaanmu menekanku untuk selalu memberimu kepastian Ana!”tekannya lebih keras.

Carlos sudah memanggil kekasihnya dengan menyebut namanya itu berarti ia marah dan tak suka.

“Ya aku memang butuh itu,” lirih Jasmine memang harus mengatakannya sekarang dan mendapat keputusan sekarang.

“Maka jika kau memang membutuhkan itu, cari lah laki-laki lain yang bersedia meminta mu untuk menjadikan istri” teriak Carlos sambil berdiri.

Deg

Briana shock mendengar itu, matanya mulai berkaca-kaca. Apakah Carlos semudah itu menyerah? Bahkan tidak ada keraguan yang didengar Briana dalam pernyataan itu. “Apa kamu sadar dengan perkatanmu?” dengan suara bergetar.

“Aku sepenuhnya sadar Ana”, tegasnya lagi.

“Itu artinya kamu tidak mau menjadikanku istrimu?” tanya briana lagi dengan mata mulai berkaca-kaca. Sungguh ini sama sekali bukan yang Briana harapkan. Empat tahun bersama harusnya diakhiri dengan pernikahan, tapi apa ini?

“Tujuan kita berhubungan ternyata berbeda, aku menginginkan kehadiranmu setiap hari di sisiku tanpa adanya syarat paksaan atau pun status, aku bersedia tidak bermain dengan wanita lain, tapi tidak untuk menjalin komitmen dalam waktu dekat ini Ana. Kau harus tahu itu.”

“Kenapa?”tanya Briana degan suara mengalun seraknya.

“Kau menanyakan kenapa lagi, kau tidak juga mengerti?” bentar Carlos. Pria itu gelisah dan semakin menahan emosi. Ia tidak ingin rasa marahnya terlupakan di depan wanita yang masih dia cintai.

“Pergilah, aku membebaskanmu mulai detik ini” tambahnya kemudian pergi terlebih dahulu meninggalkan cafe.

Seketika hancurlah angan-angan Briana yang ingin membujuk Carlos untuk menikahinya. Apa seburuk itu kah masa lalunya? Setidaknya, Carlos berpikir dulu untuk memutuskan hubungan mereka. Jasmine sudah terisak di tempat duduk, menahan rasa teriris-iris di hati dan sesak untuk menerima kenyataan ini. Dia belum siap mendengar jawaban Carlos yang seperti ini, tanpa rasa bersalah bahkan pergi begitu saja.

Empat tahun yang sia-sia, rasa cinta yang tumbuh dari Jasmine tulus dan tidak dibuat-buat. Ia menerima Carlos dengan segala kekurangannya, suka memerintah, cepat emosi dan sedikit nakal. Dia menerimanya.

***

Suasana hati yang tidak menentu membuat Briana hanya murung saat diajak sahabatnya ke pantai. Ia duduk diam di salah satu kursi yang cukup teduh. Walaupun mengenakan bikini, namun tidak ada niatan dan keinginan untuknya menyentuhkan kaki ke air laut.

Semua pikirannya masih tertuju pada Carlos yang sudah membebaskannya. Semudah dan secepat itukah dia menyerah? Pantas, ayah sangat tidak suka melihatnya dekat dengan pria itu.

Paris dan yang lain sudah berlarian menuju ombak pantai yang datang menerjang. Sementara dia hanya berdiri dan sesekali berjalan kesana kemari entah mencari apa. Yang jelas, dia hanya ingin matanya melihat sesuatu hal menarik. Carlos tidak baik untuknya, dan tidak sehat untuk pikirannya.

Tapi semakin lama dia berjalan menyusuri pantai, kilasan masa lalunya kembali berputar. Tentang dirinya dan Carlos yang pernah menghabiskan waktu di pantai ini. Hanya duduk diam di bawah payung pantai memesan makanan dan saling tertawa. Itu saja yang mereka lakukan.

Semakin sakit mengingat kejadian itu, akhirnya Briana memutuskan untuk kembali ke tempat inapnya lebih cepat. Dia ingin menangis. Lagi.

Jangan lupa vote dan coment
17032020

Revisi 05042020

Jasmine For Dustin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang