Dustin sedang merenung di sebuah cafe, memikirkan setiap waktu akan kehidupannya hingga sekarang. Dimana masa kecil, remaja hingga sekarang. Apa lagi yang dia butuhkan?
Beberapa hari yang lalu ketika ia berkunjung ke rumah mantan asistennya ia bertemu dengan seorang wanita. Kilasan scene pertemuan itu masih tergambar jelas dalam benaknya. Apalagi kilasan adegan panasnya saat menyentuh dan membuatnya mengerang nikmat. Tidak sanggup berlama-lama membayangkan hal itu, Dustin memejamkan mata dan menghela nafas panjang.
Ia menghabiskan kopi dan kemudian beranjak dengan langkah penuh percaya diri menuju suatu tempat yang bisa merubah masa depannya.
***
Di sinilah ia, duduk bersama Javier di halaman belakang rumah. Javier duduk berhadapan dengannya, sang mantan Bos menaruh sikunya di kedua lutut lebih condong ke depan, dimana ia terlihat ingin membicarakan suatu hal yang serius dan penting.
"Javier, aku ingin mengatakan suatu hal padamu" katanya dengan kedua tangan saling meremas.
"Ya tentu, katakan!"
"Apa benar dia putrimu?" tatapan matanya masih datar dan tenang. Nada suaranya juga lebih lembut tapi masih dingin dan kaku.
"Kenapa?"
"Aku merasa kalian bukan ayah dan anak, kaku" jawabnya sok tahu, membuat Javier kurang nyaman dengan arah ucapan Dustin.
"Karena aku terlalu terbiasa denganmu," kekehnya mencairkan suasana.
"Aku memang kaku, dan dia sangat mudah bergaul" tambah Javier menjelaskan.
"I can see that," terlihat Dustin kembali berpikir, seperti masih memilih kata-kata apa yang perlu dia katakan terlebih dahulu. Dan hal ini baru terlihat pertama kali oleh Javier, bosnya nervous.
"Apa yang ingin anda katakan?"
Setelah beberapa waktu menunggu Dustin untuk melanjutkan kata-katanya."Aku datang sebagai Christoper Renard Dustin, hanya laki-laki biasa yang sudah berumur 30 tahun dan belum punya istri. Ingin melamar putrimu untuk menjadi pendamping hidupku Javier" kalimat itu begitu tiba-tiba disampaikan, tidak pernah menyangkan tuannya akan mengatakan itu.
Pandangan mata Javier langsung tajam menatap mantan bossnya,tanpa rasa takut sedikitpun. Dalam waktu 2 menit, Javier belum mengucapkan sepatah kata pun, ia terlihat berpikir.
Chistoper Renard Dustin seorang laki-laki dewasa yang hidupnya disiplin dan teratur, cenderung kaku dan jarang tersenyum. Ia adalah orang pintar yang bisa merayu lawannya hingga mau bekerjasama denganya. Rayuannya, tatapan dan auranya sangatlah kuat.
Sementara anakku, apa dia mau hidup dengan pendamping yang seperti Bosnya. Pasti akan sangat membosankan.
"Aku tidak bisa membiarkan dia denganmu." Akhirnya kalimat itu yang Javier keluarkan.
"Kenapa?" Dustin nampak bingung.
"Dia sudah punnya kekasih"
Dustin menarik sedikit sudut bibirnya dan itu terlihat oleh Javier."Ah seperti itu, tapi apa boleh aku menemuinya dan mendekatinya dulu?" Dustin pantang menyerah, itulah yang Javier tahu.
"Apa tujuan anda? Jika tujuan anda adalah untuk bermain-main maka saya pastikan untuk selamanya jawaban saya adalah tidak" tegas Javier sudah tidak takut dengan kekuasaan Dustin.
"Apa kau melihat keraguan di mataku Javier?"
Nada bicaranya selalu datar, itu lah yang menyebabkan semua orang tak akan tahu jika ia dalam keadaan marah, bercanda atau serius. Sungguh susah untuk ditebak.
Javier terdiam, ia tidak ingin terdesak untuk mengijinkan bosnya mendekati anaknya.
"Masih ada wanita di luar sana yang menginginkan anda, lebih cantik dan menarik. Putriku tidak jauh bila dibandingkan wanita-wanita yang mendekati anda" jelas Javier mulai gelisah.
"Aku tidak suka membandingkan orang Javier, di mataku setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan kelebihan putrimu telah mampu menarik mataku Javier. Aku tidak tertarik dengannya karena fisik, hatiku yang menginginkannya" jelasnya lagi, terus terang dan tidak bertele-tele. Itulah lelaki sejati.
Javier masih enggan untuk menjawab, ia menatap lurus pepohonan yang ada di depan matanya. Hingga akhirnya Dustin berdiri merapikan jasnya dan berkata
"Akan ku beri waktu untukmu berfikir,"putus Dustin kemudian berdiri dan pergi.
***
Masih antara sadar dan tidak sadar, Dustin yang sedang meluangkan waktu di pantai setelah pertemuan bisnis. Menemukan pemandangan surgawi yang masih belum bisa dia pastikan kebenarannya. Apakah benar wanita itu anak Jazier yang selalu dia mimpikan?
Berdiri cukup jauh darinya, ada beberapa wanita dan salah satunya tentu saja wanita cantik penggoda mata. Ini jauh dadi New York dan Dustin masih bisa menemukan wanita itu. Mungkinkah benar mereka ditakdirkan bersama?
Sedikit, bukan hanya sedikit tapi gemas dan gerah melihat wanita berambut panjang itu lalu lalang di pantai hanya berbikini hitam. Menonjolkan seluruh tubuhnya kepada semua orang tanpa di tutup-tutupi. Sebenarnya tidak ada yang salah, karena ini pantai dan pakaian yang paling cocok adalah bikini.
Tidak mau makin terbakar panas, Dustin memilih pergi dan tidak memperhatikan gerombolan gadis-gadis itu lagi di pantai. Ia lebih baik segera mandi dan pergi dari pantai itu, menidurkan miliknya yang menyadari kehadiran sang pemicu.
Jangan lupa vote dan coment
17032020Revisi 05042020
KAMU SEDANG MEMBACA
Jasmine For Dustin [End]
RomansaDustin merupakan pria pekerja keras yang baru merasakan ketertarikan pada seseorang ketika menginjak umur 30 tahun. Hidupnya dulu penuh kesedihan dan kesendirian. Tidak ada keluarga ataupun kekasih. Kali ini dia mulai menginginkan seseorang. Bukan y...