Part 13 - Whats happened to you?

1.3K 84 0
                                    

Usai makan makan siang bersama di tempat favorit Dustin selama ini bekerja. Keduanya masih belum membuka suara.

Briana yang bosan pun membunuh waktu dengan bermain game di ponsel. Sementara Dustin yang memang sebenarnya tidak memiliki hal penting untuk dibicarakan bingung. Niatnya menyuruh Briana mendatangi kantor adalah sebagai pembunuh mood jeleknya yang turun. Dan itu sekarang berhasil.

Merasa bosan dan tidak kunjung mendapat apa yang diinginkan, akhirnya sang wanita yang memulai.

"Apa yang sebenarnya ingin dibicarakan?"

"Hmm?"jawabnya bodoh

"Kita akan membicarakan pernikahan," tambahnya dengan tegas. Ia sendiri kaget dengan apa yang ia katakan barusan. Benar-benar ketika sudah di depan Briana, sifat groginya muncul.

Nampak wajah cantik itu juga kaget.

"Apa secepat ini?"

Dustin mengangguk pasti, "niatan baik harus segera dilaksanakan. Aku tidak ingin di tengah-tengah pertunangan ini tiba-tiba ada pria atau wanita lain. Ketika kita sudah menikah, aku berhak atas dirimu dan kamu juga berhak atas diriku." Kalimat terakhir itu diucap bersamaan dengan mereka yang saling menatap.

"Apa keberatan?"

Briana sempat hanyut dalam ucapan Dustin, tiba-tiba rasa aneh muncul di hatinya. Perasaan bahagia, itu dia.

Kekakuan dan gaya bicara mereka yang formal masih terjadi hingga waktu menunjukkan pukul 15.00.

***

Lift VIP di sebuah gedung terbuka, keluar sepasang pria dan wanita yang keduanya berwajah rupawan. Hampir seisi ruangan lobi mengalihkan perhatiannya ke arah mereka. Berjalan beriringan, walau tak saling menautkan tangan tapi terlihat gestur sang Bos Dustin berusaha melindungi wanitanya.

Setiap langkah mereka nampak serasi, kaki mereka berdua jenjang seperti model ketika berjalan. Tobias sudah menunggu di depan lobi dekat mobil Dustin.

Tak lama mobil hitam BMW milik Direktur Utama perusahaan kontraktor ini membelah jalanan. Niatan mereka adalah pergi ke Swiss menemui ayah kandung Briana.

Briana duduk diam menatap jendela mobil, di sampingnya calon suami sedang memejamkan mata. Ia sempat meliriknya, melihat bulir-bulir keringat bermunculan di dahi. Padahal suhu di mobil begitu dingin. Dari mulutnya pula terdengar geraman dan erangan.

Rambutnya masih rapi dan selalu licin. Mata tajamnya saat ini tertutup kelopak dan jakunnya terlihat jantan naik turun. Briana hampir terpesona, salah dia sudah terpesona.Tidurnya nampak gelisah.

"Tobias apa dia biasa seperti ini?"

"Kenapa?" Tobias duduk di kursi depan langsung mengalihkan perhatian.

"Dia berkeringat padahal suhu disini dingin."

Tobias mengambil tisu di dasbor dan menyerahkan pada Briana. Hanya dengan tatapan ia mempersilahkan calon Nyonya ini mengelap dahi Dustin.

Dengan sedikit ragu-ragu Briana mengarahkan tisunya pada kening pria tampan ini, berusaha akan sepelan mungkin agar tak mengganggu.

Jantungnya semakin berdetak seiring jarinya yang semakin mendekat ke arah Dustin. Baru satu kali sapuan tisu di kening kiri pria pemilik rahang tegas ini, ia sudah membuka mata. Menatap mata teduh milik Briana yang berwarna hijau kadang coklat.

"Hentikan mobilnya!" tiba-tiba suara serak dan kerasnya mengagetkan semua orang.

"Tobias," sekali lagi ia meminta dengan menyertakan geraman. Membuat semua orang dibuat bingung. Mobil masih berjalan, ia sudah membuka pintu dan keluar dengan berlari mencari suatu tempat. Diikuti Tobias dan Briana yang segera keluar.

"Jangan mendekat!"
Perintahnya tegas membuat Tobias berhenti melangkah. Namun Briana tetap melanjutkan langkahnya mendekati sosok pria yang saat ini tengah membungkuk dan memuntahkan sesuatu. Pantas saja, mungkin dia sedari tadi menahan gejolak.

Sepasang calon suami istri ini sekarang berada di trotoar jalan yang sedikit sepi. Dustin masih sesekali berusaha mengeluarkan isi perutnya.

Tangan halus lembut milik Briana menyentuh , membuat pria itu sedikit kaku. Perasaannya semakin aneh dan kuat. Apalagi ditambah dengan elusan dan pijatan di sekitar tengkuknya. Membuat seorang Dustin yang jarang disentuh wanita seketika terbuai.

Ia tak berani menyuruh Briana untuk menjauh.

"Are you oke?"

Dengan wajah pucat dan mata berair Dustin menegakkan badan, membiarkan wajahnya sekarang ditatap Briana entah dengan kasihan atau khawatir.

"Bos kita seperti kena sihir Tobi," ucap sang sopir.

"Ya, dan kita sebentar lagi akan memanen kebahagiaan dari sihir ini." Balas Tobias sambil menyaksikan Briana yang membantu melepaskan jas dan dasi Dustin. Lalu menggiringnya kembali ke mobil.

"Tobias bisa kita ke rumah sakit? Dia butuh istirahat."

Tak mau mendapat amukan dari Dustin yang masih diam, ia memiliki niatan yang lebih baik. Ia tahu bosnya tidak suka masuk rumah sakit. Sedari tadi masuk mobil, pria pemegang banyak kuasa ini hanya diam dan terus memejamkan mata.

"Apa yang terjadi denganmu?" Tanya Briana dengan khawatir dan nada lirih terus memandang wajah tampan Dustin.

Dustin membuka mata dan hanya membalasnya dengan senyuman. Lalu secara mengejutkan memeluk Briana begitu saja. Menyurukkan wajahnya dilekukkan leher mencari kenyamanan. Serta melingkarkan lengannya erat pada tubuh Briana. Wanita ini langsung dadanya bergemuruh mendapat serangan dadakan.

"Tobias?" Briana berusaha mencari jawaban lain.

Tobias yang sedari tadi melihat kearahnya pun hanya menatap horor dan menggeleng. Tidak-apa.

Oh my god, apa mungkin ada sosok lain dalam diri Bos.

Jangan lupa vote,comment atau follow akun author ya.

Revisi 100420

Jasmine For Dustin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang