IV - Empat

21 3 0
                                    

Apakah kata maaf bisa mengubah sebuah senyum yang samar terkembang? Dan apakah senyum mampu merubah sudut pandang mereka? I don't think so.

-Mikaila-

Mikaila turun dari mobil dan masuk ke dalam gerbang sekolah. Tapi, langkahnya terhenti saat tiba-tiba June menghadang jalannya.

"Eitss tunggu dulu" June merentangkan tangannya. Untung saja ini masih pagi, dan sekolah masih sepi.

Mikaila memutar bola matanya karena malas "Minggir!" Mikaila bergeser ke kiri, June mengikuti. Dan ketika Mikaila bergeser ke kanan, June juga mengikuti.

"Mau lo apa sih ?" Bentak Mikaila. Ini masih pagi, dan dia sudah kesal karena hal yang sepele. Sungguh ini baginya, hanya membuang-buang waktu saja.

June malah menunjukkan deretan giginya "Masih pagi kok marah-marah sih. Cepet tua baru tau rasa."

"Oke gue pergi." Mikaila melangkah ke depan , tapi dengan sigap June menghadang jalannya.

"Kemarin lo belom balas jabat tangan gue." June tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk yang kedua kalinya.

Tidak ingin memperlambat waktu agar tak menjadi pusat perhatian. Dengan cepat Mikaila membalas uluran tangan June. Tapi di luar dugaan Mikaila, June justru menahan lalu menggenggam tangan Mikaila dan menariknya untuk berjalan bersama.

Mikaila yang baru sadar akan keadaan saat mereka sudah berada di koridor, buru-buru Mikaila menarik tangannya dari gengaman June.

"Lo apa-apaan sih!" Sentak Mikaila

"Gue cuma mau gandeng tangan lo" Dengan tampang tanpa dosa June malah cengengesan.

Mikaila tidak suka menjadi pusat perhatian, beberapa siswa sudah mulai berdatangan. Dan malah sekarang tak sedikit kerumunan siswa yang menatap mereka.

"Dia yang anak baru itu gak sih?"

"Ihh kok dia deket-deket sih sama June"

"Genit banget sih tuh cewek. Anak baru tapi gegayaan."

"Siapa sih namanya? Cantik sih tapi kok gitu"

"Coba kita liat aja. Sekarang June, besok-besok siapa lagi yang bakal dia genitin"

Dalam hati, Mikaila menyumpah serapahi semua yang menggunjingnya. Mikaila menatap tajam June yang ada di depannya.

"Gak usah dide-"

"Jauh-jauh lo dari gue!" Mikaila memotong perkataan June dengan kesal. Lalu pergi meninggalkan June.

June balas menatap tajam semua pasang mata yang sengaja menatapnya dan Mikaila dengan terang-terangan. Kerumunan penggosip pergi ketakutan, karena melihat tatapan menusuk dari June. Tatapan yang jarang ia tampakkan. Tapi kali ini, ia benar-benar kesal dan tidak bisa mengendalikan emosinya.

"Gue gak akan nyerah!" June melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.

####

"Itu teh wajah kenapa ditekuk neng? Masih pagi atuh" Tanya Baekhyun saat melihat Mikaila masuk ke dalam kelas tanpa senyum.

Mikaila hanya menggelengkan kepalanya, lalu menelungkupkan kepalanya ke atas meja. Berusaha untuk menahan air matanya dengan memejamkan matanya. Mikaila bisa merasakan usapan sebuah tangan dirambutnya. Tapi, ia lebih memilih untuk tidak menghiraukan itu.

"Mik, bangun guru udah masuk kelas" Baekhyun menepuk tangan Mikaila.

Mikaila buru-buru bangkit dan merapikan penampilannya. Tanpa sengaja matanya mendapati satu kotak susu rasa stroberi di atas mejanya. Ia mengernyitkan dahi karena bingung "Punya siapa ini? Gak mungkin punya Karina. Dia aja gak masuk." Mikaila mengambil kotak susu itu, dan mendapati sebuah kertas yang tertempel di salah satu sisinya lalu terdapat tulisan yang berbunyi,

"Aku suka senyummu. Maaf untuk Mikaila"

Baekhyun menghadap ke belakang saat guru yang mengajar di depan izin keluar sebentar.

"Mik, tadi June kesini" Ucap Baekhyun.

Mikaila refleks memegang rambutnya yang tadi diusap seseorang.

"Jadi?"

"Iya, kotak susu itu dari June." Sambung Baekhyun.


Symphony [Koo Junhoe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang