X - Sepuluh

45 3 0
                                    

Rasanya, malas untuk kembali lagi ke kelas. Untuk pertama kalinya, Mikaila membolos tidak mengikuti jam pelajaran. Tidak taukah dia? Bahwa Baekhyun dan Karina begitu khawatir. Kenyataannya pun ia tidak tau.

Saat jam pelajaran pertama tadi, Mikaila hanya menatap kosong guru yang sedang memberi materi di depan kelas. Ia cukup peka untuk menangkap sinyal, karena dari pojok kanan kelas, seseorang melirik ke arahnya berulang kali. Tapi, Mikaila berusaha acuh dan memilih tidak menghiraukannya.

Jam istirahat ia menatap tajam orang itu, lalu keluar dari kelas karena ia tidak ikut Baekhyun dan Karina ke kantin, ia lebih memilih menyendiri di taman belakang sekolah. Dan sekarang? Ia menghilang lagi tanpa mengabari kedua temannya, dan memilih membolos di rooftop.

Mikaila duduk bersandar pada pagar rooftop, sambil meminum susu rasa stroberi pemberian June. TERPAKSA! Perlu dicatat, dicapslock, di garis bawahi dan diberi tanda seru. Terpaksa pemirsahhh.... Karena perutnya lapar, dan tidak memungkinkan baginya untuk membeli makanan ke kantin.

"Heh bocah! Ngapain lo disini?"

Mikaila terkejut dengan sumber suara itu, ternyata tidak hanya ada dirinya. Tetapi, ada orang lain juga yang berada di rooftop. Mikaila mencari sumber suara itu, dan mendapati bayangan seseorang yang berdiri di balik tembok.

Mikaila tiba-tiba membuang kotak susunya, merapatkan kakinya, menunduk sambil memejamkan matanya, lalu menutup kedua telinganya menggunakan tangan.

Bayangan?

Membuatnya takut, jantungnya bergemuruh hebat dan nafasnya memburuh.

"Sorry sorry gue gak bermaksud buat nakutin lo. Gue Hanbin." Hanbin jongkok di hadapan Mikaila.

Mikaila mendongakkan kepalanya, lalu memeluk Hanbin "Abang ih, Mika takut hikss" Hanbin membalas pelukan Mikaila, dan mengusap-usap punggung cewek itu.

"Udah-udah abang minta maaf." Hanbin melerai pelukan mereka lalu mengusap air mata Mikaila.

"Masih trauma sama bayangan?" Tanya Hanbin setelah melihat Mikaila mulai tenang. Mikaila hanya membalas dengan anggukan.

"Kenapa disini? Gak masuk ke kelas?"

"Bang" Lirih Mikaila.

"Hhhhhmmmm"

"Yeol disini bang."

"Maksudnya?" Tanya Hanbin dengan eskpresi terkejut.

"Yeol sekolah disini bang."

Hanbin menghembuskan nafas dengan kasar, menepuk-nepuk tangan Mikaila " Tenang abang bakal jagain kamu."

####

Yeol menatap khawatir bangku yang ada di pojok kiri kelas. Pasalnya, teman sebangku Karina itu tidak kelihatan batang hidungnya sejak istirahat selesai. "Kemana perginya cewek itu?" Yeol pun tidak tau.

"Apa ada kaitannya dengan dirinya? Mungkin iya."

Saat pertama kali Yeol menginjakkan kakinya di sekolah barunya, yaitu SMA Waiji Internasional ia sangat senang. Karena ternyata orang yang dirindukannya, satu sekolah dengan dirinya bahkan satu kelas.

Yeol diam-diam melirik cewek itu saat jam pelajaran. Perasaannya yang bahagia, tidak dapat ia deskripsikan dengan kata-kata. Tapi senyumnya, runtuh saat ia mendapati tatapan tajam dari cewek itu.

"Senyum yang selalu terkembang, kemanakah ia?"

"Mikaila, si ceria yang dulu ia kenal? Kemanakah sosok itu pergi?"

"Secepat itukah ia berubah? Aku rindu dia yang dulu."

"Apakah waktu bisa diputar kembali? Ingin aku memperbaiki semuanya, lagi."

"Ternyata senja yang dulu ia kagumi, kini telah kehilangan keindahannya"

"Mentari yang dulu selalu menerangi langkahnya, kini telah kehilangan pancaran sinarnya."

"Bulan sabit yang dulu membuat hari-harinya bersinar, kini telah redup."

"Dan bunga yang dulu selalu ia bangga-banggakan, kini telah layu. Di genggamannya."

"Dulu, karena ombak itu yang terlalu egois. Menerjang semuanya."

Symphony [Koo Junhoe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang