V - Lima

18 3 0
                                    

Karena kita tidak akan pernah tau dan tidak bisa memilih. Kepada siapa hati kita akan jatuh. Dan hanya pada satu objek, mata ini tidak lelah untuk menatap.

-June-

June menatap malas ke depan kelas. Guru yang sedang memberikan materi, seperti angin yang berhembus di telinganya. Sedangkan tangannya sibuk mencorat-coret buku yang tidak berdosa sama sekali.

Kenapa dia menjadi seperti ini?

Cewek seperti apa Mikaila, sampai bisa membuat June si tukang modus jadi gampang galak?

Semua terjadi tanpa pernah terencanakan sebelumnya. Dia benar-benar dibuat gila dengan cewek itu. Pertemuan yang begitu menyebalkan baginya, tapi ternyata membawa dampak yang membuat dirinya gegana.

"Jun, kenapa lo?" Bobby menyenggol lengan June.

June menggedikkan bahunya, males hanya sekedar untuk mengeluarkan sebuah kata-kata. Pikirannya dipenuh oleh Mikaila, Mikaila dan Mikaila.

"Mcek, lo berhasil buat gue gila sekarang."

Tanpa sadar ia menulis nama Mikaila di buku yang ia coret-coret.

"Owh. Mikaila" Batin Bobby melirik apa yang ditulis June.

Setelah sekian lama June hanya bermain-main, kini ia kembali merasakan galau karena hal yang sepele. Yaitu cinta. June berharap dalam hati agar Mikaila menerima permintaan maaf dan sekotak susu pemberiannya.

"Woy June, lo gak ikut ke kantin?" Tanya Chanu yang membuat lamunannya terbuyar. Ia baru sadar bahwa bel istirahat sudah berbunyi.

"Gue ikut lah anjir." June bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan bersama dengan anak gengnya menuju kantin. Banyak pasang mata yang diam-diam melirik ke arah mereka.

Jinan mengerlingkan mata ke arah kerumunan siswi yang berbisik-bisik tentang ketampanan ke tujuh cowok itu. Dan seperti dugaan, mereka menjerit senang.

"Dasar lo cebol, hobi bikin anak orang jejeritan." Sindir Hanbin.

"Biasa aja dong, gue bukan cebol. Dasar idung gede!" Jinan memukul lengan Hanbin.

Saat mereka memasuki kantin juga menjadi tontonan. Sudah seperti artis saja, gimana gak jadi tontonan coba? Tujuh orang jalan bareng udah kayak tawuran, mana ganteng-ganteng semua lagi. Mereka menuju bangku yang ada di pojok kantin, tempat favorite tongkrongan mereka. Deka dan Chanu pergi untuk memesan makanan.

June menyandarkan punggungnya ke tembok sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin. Tapi nihil, ia tidak menemukan sosok yang belakangan ini memenuhi pikirannya tanpa diperintah.

"Lo tau gak gaes?" Tanya Yoyo tiba-tiba.

"Apaan apaan?" Sahut Jinan, yang lainnya menyimak.

"Masa kemarin gue dikasih uang sama Papa"

"Terus terus?" Timpal Bobby

"Uangnya gue sayang, Papa gue buang" Yoyo cengengesan.

Yang lain memandang Yoyo, lalu detik berikutnya baru tertawa.

"Garing hahaha" Jinan tertawa sambil tepuk tangan.

"Nyebelin lo pada! Telat ketawanya" Yoyo cemberut karena kesal.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun datang, Chanu dan Deka datang membawa nampan yang berisi pesanan mereka. Mereka makan dengan lahap, tanpa menggubris berisiknya suasana kantin. Ketika lapar menguasai mereka.

####

"Mik lo gak ke kantin?" Tanya Baekhyun. Ia sebenarnya khawatir melihat Mikaila yang dari tadi hanya diam dengan wajah yang tetap ditekuk.

"Enggak males, lo ke kantin aja."

"Nggak titip apa-apa gitu?"

Mikaila membalas dengan gelengan kepala.

"Yaudah gue duluan ya." Baekhyun berlalu dari dari hadapan Mikaila dan keluar dari kelas.

Mikaila menghembuskan nafas. Ia males ke kantin pergi ke kantin karena kejadian tadi pagi. Pasti kalau ia pergi bakal jadi bahan omongan. Ia tidak mempermasalahkan itukarena memang tidak seperti itu kenyataannya, tapi Mikaila tidak suka menjadi pusat perhatian.

Mikaila mengambil sekotak susu pemberian June dari loker bangkunya. Ia menatap sekotak susu itu, daripada pergi ke kantin terpaksa ia minum sekotak susu rasa stroberi itu untuk mengganjal perutnya.

Tanpa Mikaila sadari, ada seseorang yang sedang tersenyum melihat dia dari balik jendela.

"Thanks" Gumam Mikaila.


Symphony [Koo Junhoe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang