VII - Tujuh

16 3 0
                                    

Berhati-hatilah dengan sebuah harapan. Karena bila sedikit saja kamu terbuai. Jatuh adalah resiko.

-Mikaila-

Dengan langkah gontai, Mikaila masuk ke dalam rumahnya. Masih gelap, Ia menyalakan lampu lalu menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.

Mikaila melempar tasnya ke atas ranjang, lalu langsung masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai mandi dan berpakaian, ia merebahkan tubuhnya ke ranjang yang terbalut seprai berwarna pink.

Mikaila menatap kosong langit-langit kamarnya yang dipenuhi dengan tempelan kertas lipat berbentuk bintang. Dalam kegelapan malam, ia tidak merasa takut karena bintang itu bagaikan kawan.

Mengapa hari ini begitu menyesakkan?

Apa maksud dari perlakuan June kepadanya, padahal mereka baru ketemu beberapa hari?

Saat pagi ia tiba-tiba peduli?

Tapi kenapa ketika pulang tadi ia tiba-tiba berubah?

"Haashh, ngapain sih gue tiba-tiba mikirin orang itu" Mikaila merutuki dirinya yang tiba-tiba menjadi seperti itu.

"Bunda kok belum pulang sih? Tumben" Gumamnya lalu mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Biasanya bundanya akan menelponnya bila pulang terlambat, tapi tumben bundanya tidak mengabarinya.

Mikaila keluar dari kamar karena perutnya keroncongan. Ia turun dari lantai dua, namun saat berada di ruang keluarga ia mendengar bel rumahnya berbunyi.

"Haduhh siapa malam-malam gini bertamu? Mana gak ada bunda lagi. Mika takut." Mikaila memegang dadanya yang bergemuruh, jantungnya berdetak dua kali lipat. Mikaila mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran negatif yang menghampirinya. Ia berusaha tenang dan perlahan-lahan melangkah. Ia mengintip dari balik jendela, terlihat punggung seorang laki-laki yang mengenakan hodie hitam dan celana training.

Mikaila memberanikan diri untuk membuka pintu "Maaf, siapa ya?" Tanya Mikaila dari ambang pintu.

Orang itu membalikkan tubuhnya sambil tersenyum "Alooo" Dan melambaikan tangannya ke arah Mikaila.

"Hanbin ih!"

####

Saat ini dua anak remaja sedang berada di dalam mobil. Membelah ramainya jalan di malam hari.

"Tumben lo main ke rumah gue bang?" Tanya Mikaila.

"Bunda lo yang nyuruh gue"

"Tapi Bunda gak ngabarin gue."

"Bunda lo takut lo khawatir, dia bilang hari ini gak bisa pulang karena kerjaannya masih banyak dan gue disuruh nemenin lo"

"Berarti lo nginep dong bang?"

"Hhhmmm"

"Yeee" Sorak Mikaila karena senang.

"Kok seneng banget"

"Iya bang, Mika jadi punya temen. Mika takut kalo sendirian, tadi aja pas denger abang mencet bel pikiran Mika kemana-mana."

"Dasar penakut!"

"Diiihh ngaca dong. Wahai abang Hanbin yang sok berani tapi nyatanya takut sama serangga"

Hanbin cengengesan mendengar sindiran Mikaila. Mobil yang mereka kendarai memasuki area sebuah mall. Hanbin masuk ke dalam lobi, lalu memarkirkan mobilnya. Mereka berjalan bersama masuk ke dalam mall.

"Lo mau makan apa?" Tanya Hanbin.

Mikaila mengedarkan pandangannya sambil mengetukkan jari telunjuknya ke dagu "Eeemmmmm, itu bang." Mikail menunjuk sebuah gerai yang tak jauh dari hadapan mereka.

Hanbin dan Mikaila masuk ke dalam gerai yang cukup terkenal yaitu "Burger King". Hanbin memesan dua paket double cheeseburger. Setelah pesanannya selesai, Hanbin berjalan menuju Mikaila yang duduk di pojok dekat dengan kaca sambil membawa nampan.

"Makasih bang." Mikaila melahap makanannya.

"Malu gue ngajak lo. Kayak gak pernah makan seminggu aja lo!" Sindir Hanbin

"Hehehe maap bang, Mika laper."

"Nih" Hanbin menyodorkan tisu ke arah Mikaila karena melihat mulut Mikaila yang belepotan.

"Maemkaemsih bawng" Mikaila menerima tisu pemberian Hanbin.

"Makan dulu gih baru ngomong"

Setelah selesai mengisi perut, mereka kembali menjelajahi isi mall.

"Bang kok gue gak pernah liat lo di sekolah?" Tanya Mikaila saat mereka berada di depan kedai bubble tea. Menunggu pesanan mereka.

"Lo aja kali yang gak pernah nongolin wajah."

"Hehehe. Bang nih bubble tea punya lo" Mikaila menyodorkan bubble tea rasa coklat ke Hanbin, lalu diterima oleh Hanbin. Dan mereka kembali melangkah.

"Bang gue mau nanya dong?"

"Hhhmmmm"

"Lo kenal sama June gak bang?"

Uhuk...

Hanbin tersedak minumannya.

"Mangkannya hati-hati dong bang kalo minum." Mikaila menepuk-nepuk punggung Hanbin. "Bang lo belum jawab pertanyaan gue."

"Hah? Yang mana?" Hanbin pura-pura lupa.

"Isssh abang nyebelin. Abang kenal Jun-" Ucapan Mikaila tiba-tiba tergantung karena ia melihat seseorang yang beberapa tempo hari bertemu dengannya lagi. Hanbin bernafas lega saat Mikaila tak melanjutkan ucapannya, ia mengikuti arah pandang Mikaila. Orang yang dipandang Mikaila dengan tatapan tajam, juga menatap Mikaila dengan ekspresi terkejut.

Dan saat itu juga emosi Hanbin mulai menyeruak, namun ia tahan karena melihat ekspresi Mikaila.

"Ayo Mik, kita lewat sana." Hanbin menarik tangan Mikaila untuk menjauh, sebelum orang itu mendekat ke arah mereka.


Symphony [Koo Junhoe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang