❄️ Embun Pagiku
Kau pernah punya rasa yang dibalut pura-pura? Membungkusnya rapih pada sebuah kantung penuh dusta. Menyembunyikannya dengan pandai. Menahan luka agar tak terberai.
Aku lupa sejak kapan semua tentangmu menguasai alam pikiran. Aku tak ingat sejak kapan kau jadi topik utama dalam tulisan. Yang aku tahu, semakin hari rasa semakin menyesak. Membiarkan diriku tenggelam dalam jurang cemburu yang dalam, hanya diam, tak ada hak untuk melakukan pembelaan.
Pernah ku coba sekali perlahan menghapus rasa ini. Takut jadi malapetaka di kemudian hari. Namun ternyata keputusanku salah lagi. Malapetaka hadir, saat aku mencoba membunuh rasa yang sudah menjadi takdir.
Tuan, menjadi ada di matamu sangat tak mungkin bagiku. Sebab apalah aku dibanding engkau yang dipenuhi cahaya kemilau. Siapalah diriku dibanding kamu yang yang tak pernah keliru jadi nomor satu. Aku, serpihan debumu?
❄️❄️❄️
Kisah ini milik sahabat pena, dikemas dengan sangat istimewa.
Apa yang aku senang dari memulai berbincang dengan kisah milik orang lain, aku mampu berbenah dengan cepat, dan itu pembelajaran yang amat baik.
.
Ayo, kisah milik kalian menyatu bersama antologi elegi ini.
Aku tunggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELEGI KISAH UNTUK KEKASIH
RandomKasih kekasih menjadi kisah. . Aroma Atsiri, Cendana, dan Petrikor tercium bersamaan dengan asinnya tangis di ujung jurang kekecewaan. Aku bertanya-tanya pada Tuhan, mengapa di jalan ceritaku ada objek yang selalu memalingkan pandang dua bola mataku...