Luck

1.2K 253 66
                                    

Changbin mengusap rambut basahnya dengan handuk. Dia berjalan menuju kulkas yang ada di dapurnya. Belum ada apa-apa di dalamya yang bisa Changbin gunakan untuk dimasak. Changbin pikir, dia perlu ke kota untuk membeli bahan makanan di supermarket. Tidak selamanya Changbin akan bergantung makanan pada Paman Matthew dan Bibi Seojin.

"Kau cari apa?" suara Bibi Seojin mengagetkan Changbin. Dia datang dengan dua tempat makan.

"Kenapa dua?"

"Tolong antarkan kotak warna biru ke tempat Felix. Aku sudah ditunggu Matthew di depan. Kami mau menjenguk sodara Matthew di kota. Mungkin besok siang baru pulang. Bisa kan?" Changbin mengangguk.

Selepas Bibi Seojin pergi, Changbin meletakkan handuknya dan membawa keluar dua kotak makannya, mengunci rumahnya, dan menuju ke rumah Felik. Tangannya mengetok rumah berwarna putih itu dan terdengar suara sahutan dari dalam.

"Bibi Seojin?"

"Bukan, ini aku Changbin"

"Masuklah, pintunya tidak dikunci"

Changbin pun masuk setelah diizinkan oleh Felix. Sang pemilik rumah sedang duduk di sofa ruang tengah.

"Apa yang membuatmu ke sini?"

"Makan malammu. Bibi Seojin tidak bisa mengantarnya ke sini, dia pergi ke kota dengan paman dan baru kembali besok siang." Felix mengangguk-angguk mengerti.

"Kau sudah makan?"

"Belum. Tapi bibi sudah memberiku."

"Mari makan bersama."

Felix dituntun Changbin ke ruang makannya. Aroma oceanic dari tubuh Changbin dihirup Felix dalam-dalam.

"Aku suka wangimu."

"Benarkah?" Felix mengangguk, membuat keduanya tertawa.

Changbin membuka kedua kotak makan di meja. Lauk mereka sama. Sup bayam dan udang rebus. Changbin menaruh satu kotak makan di depan Felix dengan sendok dan garpunya. Lalu mereka fokus makan. Changbin menoleh sebentar ke arah Felix yang sedikit kesusahan mengupas kulit udang.  Dia lantas mendekatkan kursinya.

"Sini ku bantu."

"Lanjutkan makanmu, aku bisa sendiri."

"Jangan mengelak, aku cuma mau membantu."

Changbin mengupas semua kulit udang di kotak makan Felix. Lalu mengambilnya dengan sendok dengan nasi.

"Buka mulutmu." Felix terkekeh.

"Tidak usah, aku bisa sendiri. Makan saja makananmu, Changbin."

"Buka Fel," Felix menyerah dan membuka mulutnya. 

Sesuap demi sesuap, sampai makanan mereka habis. Changbin membersihkan kotak makan sedang Felix beranjak bangun. Dia mengambil tongkatnya, dan berjalan ke arah tangga menuju lantai dua. Changbin yang sudah menyelesaikan pekerjaan segera menyusul Felix dan berjalan di sampingnya, menuntun pemuda itu.

Lantai dua rumah Felix memiliki dua balkon. Satu menghadap rumah Changbin, dan satu lagi menghadap danau. Felix mengajak Changbin duduk di balkon yang menghadap danau. Ada satu sofa panjang di sana.

"Apa anak-anak tadi mengganggumu?" tanya Felix pada Changbin yang duduk di sampingnya.

"Tidak sama sekali. Aku malah suka dengan mereka. Apalagi dengan Brian." Changbin kembali tertawa mengingat kejadian sore tadi. Felix yang mendengarnya juga ikut tertawa.

"Aku rindu kakekmu." ucap Felix tiba-tiba. Pandangan kosongnya lurus ke depan.

"Dia sering memintaku dan kakak menemaninya saat dia merasa sepi. Kami diberi mainan yang dia bawa dari Korea. Dia bilang itu mainan cucunya yang tidak lagi disukai. Mainanmu kan?" lanjut Felix.

metanoia || changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang