Brothers

975 118 18
                                    

"Sayang?"

"Masuklah."

"Mana Kak Changbin? aku membelikannya makan siang." Minho mendongak ke arah kekasihnya yang baru saja datang.

"Dia sudah pulang, mari makan berasamaku saja." Minho beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan ke arah Jisung yang sudah lebih dulu duduk di sofa.

"Are you okay babe?" Jisung menoleh ke arah Minho yang duduk di sampingnya sekarang. Minho tersenyum lalu mengangguk.

"Aku tahu ini masalah keluargamu, tapi bolehkah aku membantumu untuk sedikit meringankan beban pikiranmu?" Minho mengerutkan dahinya menatap Jisung. Jisung hanya tersenyum lalu memeluk pria di sampingnya.

"Apa ini membantumu?" Minho tersenyum dan membalas pelukan Jisung.

"Sangat membantu, terima kasih sayang." Minho mengecup pucuk kepala Jisung. Ia bersyukur Jisung selalu ada untuknya di hari-hari Minho yang berat. Minho juga menikmati saat ini karena sangat jarang ia bisa seperti ini dengan Jisung.

"Kau mau makan atau tetap seperti ini?" tanya Jisung pelan, membuat Minho terkekeh.

"Sebentar lagi. Aku sudah lama tak memeluk kekasihku yang manis ini." pipi Jisung merona. Pria yang satu itu memang selalu berhasil membuat pipi Jisung merona.

Setelah Changbin pergi dari kantor Minho, ia bergegas menuju Jeongin di rumah kakeknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Changbin pergi dari kantor Minho, ia bergegas menuju Jeongin di rumah kakeknya. Jeongin sedang membaca buku di taman belakang sekarang.

"Hey."

"Hai Kak." Jeongin menutup bukunya ketika Changbin datang.

"Sudah lebih baik?" tanya Changbin padanya.

"Ya, sedikit. Akan lebih baik lagi kalau aku bisa bertemu Hyunjin." Changbin tersenyum kecut mendengar jawaban Jeongin.

"Aku baru saja menemui kakakmu."

"Dan pasti berakhir dengan adu mulut dengannya kan?"

"Ya." Jeongin terdiam.

"Sebenarnya apa yang membuat Kak Minho sampai seperti ini?"

"Belum waktunya kau tahu." Jeongin tersenyum.

"Kak."

"Hm?"

"Kau tahu kan aku sangat mencintainya?" Jeongin menoleh pada Changbin.

"Ya, aku tahu. Tak mungkin kau sampai sejauh ini kalau kau tak mencintainya."

"Maksudku, lebih dari sekadar teman." Changbin mengangguk.

"Apa aku salah mencintainya?" tanya Jeongin kembali. Changbin menghela napas. Tangannya merengkuh pundak sepupunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

metanoia || changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang